Browsing Tag

SOEKARNO

Melihat perspektif sejarah Papua

“ Kami melihat bagaimana wanita wanita desa untuk pertama kali selama hidup mereka pergi ke pasar dengan membawa ikan dan buah buahan untuk dijual, dan mereka memiliki uang yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Karena selama pendudukan Belanda, mereka tidak mengerti manfaat pasar, karena Belanda mengimpor segala galanya sampai kepada buah buahan, sayur mayur dan batu arang sekalipun “

Itu adalah penggalan tulisan Fritz Molendorf, seorang jurnalis Republik Demokrasi Jerman ( dulu Jerman Timur ) yang terlibat dalam sebuah join production pembuatan film dokumenter di Irian Barat tahun 1963, tak lama setelah Irian Barat resmi diserahkan ke Indonesia. Ia menggambarkan sebagian besar penduduk masih hidup dalam ‘ abad kegelapan ‘ dibanding wilayah lain.. Mereka juga kurang paham apa itu merdeka, atau menjadi bagian dari Indonesia atau Belanda.

Mengenai tuntutan wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke, sesungguhnya Belanda tidak mempunyai keberatan apa apa. Van Mook dalam perundingan Linggarjati mengatakan “ Jika kita mengakui Republik Indonesia ini, maka daerah Republik Indonesia adalah – Het out Nederlanss-Indisch Grondgebied “ . Bekas wilayah Hindia Belanda.
Belanda sendiri memakai klaim Kesultanan Tidore dengan alasan sudah sejak lama Kerajaan Tidore menguasai Papua. Walau pertanyaannya, apakah Tidore menguasai Papua hanya wilayah pesisir saja, atau seluruh pedalaman Papua ?
Dengan konsekuensi diatas, maka Irian Barat oleh penjajahan Belanda dimasukan dalam yuridiksi Hinda Belanda. Bukan wilayah jajahan tersendiri, seperti Suriname misalnya.

Dr. H. J Royen, wakil Kerajaan Belanda dalam sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Desember 1948 mengatakan “ Seperti yang saya terangkan semula, pertikaian ini bukan mengenai soal apakah Indonesia akan menjadi merdeka atau tidak. Semua pihak setuju bahwa apa yang dulu dinamakan Hindia Belanda, harus menjadi suatu negara merdeka secepat mungkin “ .

Jauh sebelum itu dalam sidang BPUPKI, pembahasan tentang batas negara memunculkan dua pendapat. Yamin setuju agar batas negara secara eksplisit disebutkan dalam Undang Undang Dasar. Sementara Sukarno dan panitia kecil, tidak menyetujui pencatuman hal ini. Selain itu Yamin ingin agar negeri seperti Malaya, Sarawak, Brunei, Kalimantan Utara ( Sabah ) dan Timor Timur masuk dalam wilayah Indonesia kelak.
Hatta selain mendukung Sukarno dan panitia kecil, juga tidak setuju jika negara Indonesia yang akan ditegakkan nanti, mencakup wilayah yang bukan bekas Hindia Belanda.

Continue Reading

Politik Bola. Suara Rakyat ?

Bung Karno mungkin tersenyum dari alam baka. Tersenyum melihat Aljasair lolos dari Grup H Piala Dunia 2014 sebagai runner up dan bakal menantang Jerman sebagai juara grup G. Ini adalah pertemuan kedua tim setelah Piala Dunia di Spanyol tahun 1982, di mana Jerman – waktu itu Jerman Barat – harus menelan kekalahan karena gol gol Rabbah Majjer dan Lakhdar Belloumi.

Bagaimana tidak ? Aljasair adalah bayi atau buah hati karya perjuangan Bung Karno memerdekan negara negara Asia Afrika. Gedung Merdeka, Bandung, 18-24 April 1955, adalah saksi kehadiran pejuang FLN Aljazair (Front de Liberation Nationale) bernama Yazid dan Hoceit Ahmed dalam Konferensi Asia-Afrika dan turut serta mendapat dukungan dari 29 negara, sampai akhirnya mencapai kemerdekaan Aljazair pada tanggal 5 Juli 1962.

Dalam surat Presiden Abdelaziz Bouteflika, yang dimuat di Jakarta Post, 6 Juni 2001 berjudul A Tribute to Soekarno from People of Algerie . Salah satu petikan suratnya ia mengatakan, ” Melalui Konferensi di Bandung, Presiden Sukarno menawarkan untuk perjuangan Aljazair, dalam sebuah tribun yang tak terduga, untuk membuat suara kami didengar untuk perjuangan kemerdekaan nasional

Bung Karno pernah menuturkan peranan Indonesia kepada Guntur Soekarnoputra sambil menyebut berita ini “top secret” kelas A. Katanya, Indonesia bukan cuma memberi dukungan diplomatik terhadap Aljazair, malah membantu dengan menyelundupkan senapan senjata untuk pejuang pejuang kemerdekaan Aljasair.
Diketahui memang Bung Karno memerintahkan kapal selam Indonesia yang baru dipesan dari Uni Sovyet agar mampir dulu ke Yugoslavia untuk mengambil senjata senjata yang didaratkan diam diam di pantai Aljasair. Selain itu Indonesia juga mengirim instruktur instruktur militer untuk melatih pejuang pejuang Aljasair.

Aljasair membutuhkan Jerman Barat menang lebih banyak gol atas Austria. Namun konspirasi pertandingan antara Jerman Barat dan Austria membuat Aljasair tersingkir. Jerman dan Austria tidak bermain ngotot setelah gol Horst Hrubesch, menit ke 11. Tentu saja kalau Bung Karno hidup, dia akan berteriak, “ Ini konspirasi Nekolim. Mari buat sendiri ajang sepak bola negara negara new emerging forces ! “. Jangan salah, Bung Karno pernah menggelar GANEFO – Games of the New Emerging Forces tahun 1963 di Jakarta, sebagai pesta olahraga tandingan Olimpiade.

Continue Reading

Berebut legitimasi Sukarno

Memakai nama dan simbol Sukarno dalam pemilu sudah dilakukan sejak pemilu 1971, untuk mendapatkan dukungan luas masyarakat.
Dalam kampanye yang dilakukan PNI, mereka membawa Guntur dan Rachmawati. Sambutan yang luar biasa terhadap putera puteri Sukarno menunjukan, disatu pihak betapa luar biasanya kedudukan Sukarno dimata pendukungnya, sekaligus ketergantungan PNI terhadap Sukarno.

Sekarang Sukarno tidak saja menjadi sumber legitimasi ide ide politik PDIP, partai yang secara historis menjadi rumah baru PNI. Tapi juga diusung partai partai lain. Mereka berusaha menunjukan sebagai penerus cita cita Sukarno, walau sejujurnya dalam sejarah partainya, hampir sedikit – kalau dibilang tidak ada – pergulatan pemikiran Sukarno yang diadopsi.

Prabowo Subianto, kandidat Calon Presiden dari Gerindra berani mengindentifikasikan dirinya dengan penampilan yang mirip mirip proklamator itu. Baju putih putih berkantung empat dan peci hitam. Prabowo juga mengambil cara berpikir Sukarno dalam kerangka mitologi Jawa, yaitu konsep kepercayaan sebagai tercermin dalam cerita cerita wayang, mitos Ratu adil yang intinya adalah harapan, penantian kehadiran juru selamat.

Gaya orasi Prabowo yang mirip dengan Sukarno, untuk menunjukan negeri yang besar, sumber daya alam, demografi yang luar biasa, tapi penduduknya yang miskin. Keadilan sosial yang tidak merata.
Puluhan tahun lalu, Sukarno sudah berpidato berulang kali tentang luas Indonesia yang lebih besar dari daratan Eropa, dengan zona waktu yang berbeda. Kini Prabowo juga melakukan hal yang sama pada setiap pidatonya.

Sebagaimana Sukarno, Prabowo juga menunjukan kemandirian serta keberpihakan pada bangsa sendiri daripada bangsa asing. Sukarno juga sangat mencintai wayang, bahkan Presiden pertama Indonesia sangat kagum dengan sosok Bima. Tulisan tulisan Sukarno sebelum kemerdekaan, banyak memakai nama samara Bima.
Bukan kebetulan, dalam acara pemantapan tim pemenangan pasangan Prabowo – Hatta di Solo, dalang Ki Manteb Sudarsono memberikan wayang Bima yang dianggap sebagai personifikasi Prabowo.

Continue Reading

PRRI – Pemberontakan separuh hati

Kesaksian wartawan Keyes Beech dalam bukunya “ Not without the americans “ yang menggambarkan pengiriman senjata ke Padang tahun 1957. Sebuah kapal barang Amerika diatur untuk mengangkut alat alat berat dan bahan pembangunan yang akan di turunkan di Padang. Kapal itu juga membawa sejumlah persenjataan yang dalam manifest ditujukan untuk kebutuhan militer Thailand. Ketika kapal merapat di pelabuhan, Kolonel Ahmad Husein – komandan militer Sumatera tengah – dilapori atas penemuan senjata senjata di kapal ini. Ia lalu memerintahkan agar senjata senjata tadi dibongkar dan ‘ diamankan ‘. Seminggu kemudian si penulis bertemu agen CIA di Bangkok. Sang Agen mengamini, bahwa cara cara seperti yang dilakukan untuk memasok senjata untuk pemberontak PRRI di Sumatera.

John Foster Dulles, Menteri luar negeri Amerika saat itu sudah sangat cemas melihat PKI bertambah kuat di Indonesia. Instruksinya kepada Duta besar Allison pada permulaan tahun 1957 lebih jelas lagi :

“ Jangan biarkan Sukarno sampai terikat dengan komunis. Jangan biarkan dia menggunakan kekerasan melawan Belanda. Jangan dorong ekstremis-nya. Dan diatas segala galanya, lakukan apa saja yang dapat anda lakukan agar Sumatera ( pulau penghasil minyak ) tidak sampai jatuh ke tangan komunis “

Dalam hal ini, Hatta sengat kecewa dengan pembentukan Pemerintahan tandingan. Terlebih dengan tokoh tokoh yang membelot seperti Sumitro Djojohadikusumo, Burhanudin Harahap, Sjafrudin Prawiranegara, Simbolon, Kawilarang sehingga dianggap membuat daerah ‘ semakin berani ‘ mengancam pusat.

Ditengah ketegangan, Sukarno melakukan perjalanan ke luar negeri selama 6 minggu pada January 1958. Ketika Kolonel Sumual masih mencari senjata di Maniila. Sebuah ultimatum kepada Presiden Sukarno dikeluarkan oleh Kolonel Simbolon dan Ahmad Hussein di Padang, Sumatera Barat tgl 10 Februari 1958. Ultimatum itu diberi nama “ Piagam Perjuangan untuk menyelamatkan Negara “ menuntut Kabinet Djuanda mengundurkan diri, Sukarno kembali ke kedudukan sebagai Presiden ‘ konstitusional ‘. Kemudian Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX membentuk ‘ zaken kabinet ‘ yang terdiri dari orang jujur, terhormat serta tidak memasukan golongan komunis.

Perdana Menteri Juanda tak mungkin memenuhi tuntutan pemberontak. Saat Sukarno masih di luar negeri. Justru Nasution mengambil keputusan memecat Ahmad Hussein, Lubis, Simbolon dan Djambek dari tentara. Nasution juga memerintahkan penangkapan mereka dengan tuduhan “ melakukan percobaan pembunuhan kepada Presiden, berencana mengubah negara dan pemerintah dengan kekerasan “.
Dengan habisnya batas waktu ultimatum, maka diumumkan tanggal 15 Februari 1958 di Padang, terbentuknya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia ( PRRI ).

Continue Reading

Sejarah Konfrontasi

Wilayah Malaysia yang meliputi semenanjung Malaya, Singapura dan Kalimantan Utara menimbulkan pro kontra di berbagai kalangan. Rakyat Malaya yang beretnis Melayu takut dengan kehadiran etnis Cina, terutama dari Singapura. Pemerintah Inggris memberikan solusi dengan cara menggabungkan wilayah Kalimantan Utara dengan Malaysia. Dengan cara ini, maka etnis Melayu sebagai penghuni asli akan bertambah banyak dari etnis Cina yang mendominasi perekonomian Malaya.

Tunku Abdul Rahman pada tanggal 27 Mei 1961 di depan The Foreign Corespondent’s association of South East di Singapura mengemukakan rencana penggabungan wilayah bekas jajahan Inggris, yakni Malaya, Singapura, Kalimantan Utara, Brunei dan Sarawak.
Gagasan Tunku mendirikan Federasi mendapat dukungan dari Lee Kuan Yew, pemimpin Singapura yang berjanji wilayahnya akan bergabung dengan Malaysia. Pembentukan Malaysia tentu saja mendapat sokongan dari Pemerintah Inggris yang memiliki kepentingan ekonomi di semua wilayah tersebut.

Namun ternyata gagasan tersebut tidak diterima dengan mulus oleh sebagian warga masyarakat. Kalimantan Utara. Pemimpin etnis Cina, Ong Kee Hui, Pemimpin Dayak Tumenggung Jugah Anak Barieng dan pemimpin Partai Rakyat Brunei, AM Azahari menolak bergabung ke Malaysia. Mereka mendirikan UNKO ( United Nationaal Kadazan Organization ). Barisan ini menyerukan penolakan penggabungan Kalimantan Utara di Kinibalu, 9 Juli 1961

Bahkan Sultan Brunei sendiri, Omar Ali Saifuddin ragu ragu bergabung, setelah Tunku mengatakan akan menarik minimal 50 % dari hasil tambang minyak yang diperoleh di Kesultanan Brunei.
Selain itu, sebagian rakyat Brunei, melalui Partai Rakyat pimpinan Azahari yang baru memenangkan pemilu, juga menuntut bentuk negara diubah menjadi Republik. Ketegangan memuncak, ketika Azahari sedang berada di Philipina, para pendukungnya – Tentara Nasional Kalimantan Utara ( TNKU ) , sebuah sayap militer dari Partai Rakyat dibawah pimpinan Yassin Effendi justru melakukan perebutan kekuasaan.

Continue Reading

Surat surat Usman sebelum kematian

21 September 1966

Ayah dan Bunda yang tercinta,
Sepeninggalan surat ini, anaknda dalam keadaan sehat sehat saja. Demikian pulalah yang anaknda mohonkan kehadirat Illahi siang maupun malam, semoga ayahanda dan bunda serta handai taulan disana dikarunia kesejahteraanNya, kemulianNya dan dijauhkan dari bala bencana.

Ayah dan Bunda,
Maafkan semua kesalahan anaknda karena telah sekian saat lamanya anaknda baru mengirim surat.

Saat menulis surat ini, Usman teringat kilas balik peristiwa itu. Malam yang pekat, sehingga sebuah objek yang terapung apung di lepas pantai Singapura tak begitu mengusik perhatian. Sepintas bagaikan batang kayu yang dipermainkan alunan ombak di laut lepas. Jika diperhatikan lebih jelas, obyek itu bukan batang kayu, melainkan sebuah perahu karet, dimana tiga orang bergelantungan di balik perahu.

Mereka – sambil menunggu waktu yang tepat untuk bergerak menuju pantai -adalah anggota KKO – Korps Komando AL ( sekarang Marinir ) Sersan Dua KKO Djanatin, Kopral Satu KKO Tohir dan rekannya Gani bin Aroep. Ketiga awak perahu tadi menyeberangi selat Malaka sambil menghindari patrol Inggris dan Singapura. Misi utama dari prajurit KKO adalah melakukan sabotase di pusat kota Singapura dengan membawa bom peledak seberat 12,5 kg. Sasarannya adalah Mc Donald House tempat dari Hongkong dan Shanghai Bank di tepi Jalan Orchard. Ini adalah bagian perang yang dilakukan oleh Indonesia, yakni penghancuran alat alat vital, klandestin, sabotase dan menciptakan teror dengan harapan Inggris akan kehilangan kesaabaran dan menerima rumusan penyelesaian politik. Demikian JAC Mackie menuis dalam bukunya “ Konfrontasi, The Indonesia – Malaysia Dispute 1963 – 1966 “.
Hongkong Bank sebagai sumber keuangan terbesar di Singapura menjadi pilihan pemboman, dengan tujuan mengacaukan sumber sumber keuangan.

Hiruk pikuk massa menyambut aksi Dwikora yang dikumandangkan tanggal 3 Mei 1964. Usman paham ini adalah politik konfrontasi. Bung Karno memang menolak pembentukan negara baru ini, yang dianggap bertentangan dengan hak hak rakyat Kalimantan Utara yang enggan bergabung kedalam federasi Malaysia.

Continue Reading

Buku tentang Bung Karno mana yang layak dibaca ?

Saya selalu bingung kalau ada yang bertanya. ” Mas, buku tentang Bung Karno apa yang menarik dibaca ? “. Selalu saja ada yang bertanya di TL. Ini membutuhkan jawaban susah gampang, karena ada begitu banyak literatur tentang sosok Sukarno. Mulai dari kisah yang ringan sampai berat karena sarat dengan konsepsi. Bahkan banyak juga berasal dari disertasi doktor. Saya sendiri memiliki mungkin 100 judul buku – tebal, tipis – tentang Sukarno dari berbagi sisi tulisan. Ada yang kritis, menjelek-jelekan, membela, atau yang cukup obyektif berdasarkan riset yang detail.
Tidak semuanya bisa saya sarankan, sebagai bacaan yang cocok. Banyak berdasarkan cuplikan dari blog, atau media lain yang sering kita baca dari sumber lain. Buku buku kisah percintaan Sukarno dengan isteri isteri ( mudanya ) seperti Yurike Sanger atau Heldy memang menarik, tapi tidak begitu penting isinya. Berbeda dengan kisah yang dituturkan Inggit, Fatmawati atau Hartini yang benar terlibat dalam pergulatan kehidupan Sukarno.
Namun saya merekomendasikan sekitar 37 buku yang menurut saya menarik untuk sebagai sumber pemahaan tentang Sukarno, termasuk ideologi yang dia tawarkan.
Buku buku tersebut adalah :

Continue Reading

Memfilmkan ( menafsirkan ) Sukarno

Tidak seorangpun dalam peradaban modern ini yang menimbulkan demikian banyak perasaan pro – kontra seperti Sukarno. Aku dikutuk seperti bandit, dan dipuja bagai dewa – ( Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat )

Budayawan Umar Kayam pernah merasa kurang enak, saat memerankan sosok Sukarno dalam film ‘ Pengkhianatan G 30 S PKI ‘ terutama pada scene pangkalan Halim. Saat itu ia – Sukarno – harus menepuk nepuk pundak Brigjend Soeparjo yang melaporkan gerakan tersebut. Bagaimana tidak, bahasa tubuh yang diperankan dalam film itu jelas mengamini penonton, bahwa Sukarno merestui penculikan para jenderal. Penulis novel ‘ Para Priyayi ‘ yang mantan Dirjen Radio, TV & Film itu memang tak pernah dekat dengan Sukarno. Tapi ia tahu bahwa penguasa saat itu berkepentingan menggambarkan Sukarno menurut versi mereka, demi legitimasi rezim orde baru.

Setelah Soeharto tumbang, banyak bermunculan sanggahan untuk meluruskan sejarah, diantaranya bekas panglima Angkatan Udara Omar Dhani yang hadir di Halim saat itu. Menurutnya, Sukarno justru memarahi Soepardjo dan meminta menghentikan semua gerakan. Ditambah kesaksian Ratna Sari Dewi dan ajudan Mangil, yang menunjukan ketidaktahuan Sukarno atas apa yang sesungguhnya terjadi subuh dini hari tersebut.

Menafsirkan Sukarno tidak hanya medium tulisan, dalam bentuk buku. Tapi juga memasuki ruang audio visual. Tercatat ada 4 film biopic Sukarno. Hanung Bramantyo dengan “ Soekarno : Indonesia Merdeka “ sedang bersiap diputar bioskop. Ada juga “ Soekarno “ besutan Viva Westi yang bercerita kehidupan sang proklamator pada masa pembuangan di Ende. Selain itu ada versi berjudul “ Kuantar ke Gerbang “ dan “ 9 reasons, Great leader Great Lover “ yang entah jadi apa tidak memasuki produksi.

Banyak harapan film film Sukarno ini akan menjadi cerita sejarah ‘ alternative ‘ kalau tidak bisa dibilang sebagai pelurusan sejarah Sukarno yang sekian lama ditulis sejahrawan orde baru. Dari pihak keluarga Sukarno sendiri berkepentingan agar sejarah Sukarno diletakan pada rel yang sesungguhnya.
Menariknya para pembuat film berusaha menceritakan sejarah Sukarno dengan intepretasi masing masing. Pertanyaannya, sumber manakah yang paling sahih sebagai pemegang tafsir sejarah Sukarno ? Apakah buku buku sejarah yang sudah dipublikasikan, data data dokumentasi yang selama ini tersembunyi atau biografi Sukarno sendiri ?.

Continue Reading

Dwitunggal

“ Kami tidak meminta tentara sekutu mengakui Republik Indonesia. Kami hanya meminta anda untuk mengakui kenyataan, yaitu bahwa bagi perasaan rakyat suatu Repubik Indonesia dengan pemerintahnya telah berdiri.
Seluruh pegawai pemerintahan serta semua penduduk ( Indonesia ) siap sedia dalam membantu tentara Sekutu untuk menjaga ketertiban umum asalkan mereka ( penduduk ) tidak dilukai perasaannya.

Demikianlah surat yang ditulis dan ditandatangani oleh Sukarno dan Hatta pada tanggal 1 Oktiber 1945 kepada panglima sekutu Timur Jauh ( supreme commander of the far eastern regions ) di Colombo.
Surat itu sebagai pernyataan politik dwitunggal tentang eksistensi negeri yang baru berdiri. Yang dimaksud ‘ melukai perasaan ‘ adalah bila tentara sekutu tidak menghargai hasrat bangsa Indonesia yang ingin hidup merdeka.

Kata Dwi tunggal memang mencerminkan hubungan dan kegiatan mereka. Semuanya dilakukan bersama, saling berkonsultasi sehingga saling mempercayai, sehingga apa yang dilakukan seseorang juga merupakan tangggung jawab lainnya.
Konperensi pers dilakukan berdua, termasuk datang ke rapat rapat. Ketika Sukarno menjanjikan surat wasiat ke Tan Malaka, ia berkonsultasi dengan Hatta sehingga Hatta merasa turut bertanggung jawab dengan memberikan perubahan.
Mereka berdua pula datang ke Surabaya untuk menenangkan rakyat disana yang berhadapan dengan tentara Inggris.
Ada semacam janji diantara mereka berdua, jika salah satu sedang di luar kota, maka pihak lain mengambil tanggung jawab yang sama. Ini menjelaskan pembentukan TKR ( Tentara Keamanan Rakyat ) bisa ditangani Hatta bersama Oerip Sumohardjo. Lalu Maklumat X tanggal 16 Oktober 1945, Manifesto Politik tanggal 1 November 1945 dan Maklumat Wakil Presiden tanggal 3 November 1945.

Continue Reading

Benarkah Sukarno minta ampun ?

Cerita tentang permohonan maaf Sukarno, adalah kisah yang paling kontroversial sekaligus absurd dari kisah kehidupan perjuangannya. Mungkinkah Bung Karno – yang dipuja sebagai bapak kemerdekaan Indonesia – pernah meminta ampun dan berjanji bertobat ke Pemerintah kolonial ?.

Ditambah dalam pembuangannya di Ende, Flores, Bung Karno menyibukan diri dengan hal hal di luar politik. Saat itu ia mulai belajar shalat dengan meminta kiriman buku “ Panduan Shalat “ dari A. Hassan, seorang pemuka Islam dari Bandung. Selain itu dalam koresponden rutinnya dengan Hassan, ia sering bertanya tentang Islam, maupun permintaan dikirimi buku buku Islam lainnya.
Kegiatan lainnya Bung Karno adalah membentuk group tonil sandiwara yang dinamakan ‘ Toneel Klub Kelimutu ‘. Group tonil ini diakui Bung Karno menjadi salah satu nafas yang membuatnya bertahan hidup di tanah pembuangan

Sejumlah penulis asing mengangkat topik ini dalam bukunya. Bernard Dahm dan Lambert Giebels mungkin yang paling menonjol.
Bernard Dahm pernah menulis hal ini. “ Sukarno and the struggle for Indonesian Independence – Ithaca NY : Cornell University Press – 1969 ) dalam halaman 166 – 173. Ia mengutip cerita Maskun, bekas pengikut PNI lama yang masuk bergabung dengan PNI baru, yang juga ditangkap dan dimasukan ke penjara Sukamiskin. Ia mengatakan kalau istrinya pernah dititipkan surat dari Sukarno kepada Inggit untuk disampaikan kepada Pemerintah kolonial.
Maskun memang pernah tinggal bersama Sukarno dan Inggit di Bandung, sehingga cukup dekat.

Cerita itu agak aneh. Buat apa Sukarno harus menitipkan surat kepada istri Maskun. Mengingat Sukarno bisa mengirimkan surat itu melalui sipir penjara atau langsung ke istrinya sendiri karena Inggit selalu rutin mengunjungi Sukarno.
Perlu diketahui saat itu tingkat persaingan para tokoh pergerakan dari kelompok Sukarno ( Partindo ) dan Hatta ( PNI Baru ) sangat tinggi. Debat debat keduanya mengisi halaman halaman koran Daulat Ra’jat, Menjala, Api Ra’jat dan Fikiran Rakjat selama berbulan bulan. Sukarno, seorang pendorong agitasi masa, yang berbeda dengan Hatta untuk membentuk kader kader terdidik dalam organisasi.
Tentu perseteruan ini turun sampai ke kader kader di bawahnya.

Hatta percaya tentang surat itu tapi tidak pernah melihat surat itu sendiri. Ia menduga bahwa Sukarno seorang pemimpin yang sulit berpisah dengan rakyat. Ia terbiasa dielu elukan rakyat yang menghadiri pidatonya dengan suara yang menggelegar dan membuai. Ia disalami disambut seusai pidato. Dengan kata lain menurut Hatta, Sukarno merupakan pahlawan yang kesepian jika harus tinggal di daerah tanpa peradaban seperti Digoel. Waktu itu ada pemberitaan Sukarno akan diasingkan ke Digoel, walau akhirnya ia dibuang ke Flores.

Sedangkan John Ingleson dalam “ Road to Exile : The Indonesian Nasionalist Movement 1927 – 1934 “, menulis setelah ditahan Sukarno berkirim surat kepada Jaksa Agung bahwa ia menarik diri dari pimpinan Partindo, menyesal atas kegiatan politiknya serta bersedia bekerja sama di masa mendatang dengan Pemerintah, asalkan ia dapat bebas.

Cerita tentang surat permohonan ampun Sukarno ini pertama kali diangkat oleh Rosihan Anwar dalam artikelnya “ Perbedaan antara politik Soekarno dan Hatta “ dalam harian Kompas 15 September 1980.
Berbagai reaksi muncul dari tulisan ini. Ada yang menuduh Rosihan menyebar fitnah, ada pula pula yang biasa saja. Mulai dari Sitor Situmorang, Ong Hok Ham, Anwar Luthan, sampai tanggapan Presiden Soeharo dan Wapres Adam Malik di harian Merdeka. Namun umumnya menolak dengan keras tuduhan ini.
Moehamad Roem dengan mempertaruhkan namanya, ia menuduh bahwa pemerintah kolonial sengaja memalsukan surat permintaan ampun Soekarno.

Continue Reading

Masih perlukah simbolisasi Islam ?

Abu Maksum mungkin bisa menceritakan perjalanan hidupnya membela partai Islam di Indonesia. Dia Kiai kampung pinggiran kota Jakarta yang pada jaman orba setia membela partai Kabah. PPP. Apalagi ketika Jakarta tahun 1977 dimenangkan oleh PPP, dan Pemerintah Pusat menghukum mereka yang tidak memilih Golkar, dengan derap pembangunan yang tidak menyentuh kampungnya di dekat Mampang Prapatan. Seperti jalanan becek tidak beraspal.
Ia sadar bahwa orde baru memberangus ide ide Islam dalam politik termasuk menembaki mereka dituduh fundamentalis. Untuk itu Abu Maksum sangat benci kepada Soeharto. Dia menganggap Soeharto sebagai simbol kekuasaan kebatinan Jawa yang berlawanan dengan syariat.

Sampai suatu hari Soeharto naik haji dan menambahkan Muhammad didepan namanya. Soeharto juga membentuk organisasi cendikiawan Muslim. Bahkan dalam malam takbiran di Monas. Soeharto dengan suara serak terbata bata melantunkan takbir. Abu Maksum melihat dari siaran TV, serta merta bersujud. Dia bukan lagi Abu Maksum yang membenci Soeharto. Dia mencintai Soeharto.

Abu Maksum adalah potret dari jutaan umat muslim masih mementingkan perjuangan simbolis. Dengan kepentingan politik siapapun. Orang bisa memanipulasi orang orang seperti Abu Maksum. Datanglah kepada mereka dengan sorban dan berbicaralah dengan mengutip ayat ayat Al Qur’an dan Hadits. Mereka akan menaruh respek yang luar biasa, sekalipun sebelumnya anda membunuhi umat Islam. Rhoma Irama bisa mewakili ini juga. Setelah melihat rekonsiliasi Soeharto dengan Islam, Bang Haji bersedia menjadi jurkam Golkar pada pemilu 1997.

Dulu orde baru menganggap partai Islam sebagai barang terlarang. Jaman berubah. Kini muncul partai tanpa rasa kikuk menggunakan Islam sebagai asas. Bagi kalangan minoritas, fenomena itu tak perlu ditakutkan. Pertama karena penduduk Indonesia beragam, maka tak ada yang bisa menguasai Republik ini sendirian. Maka diperlukan loyalitas warga untuk mengikat ‘ rumah ‘ Indonesia, bukan dalam ikatan agama tapi pertalian ragam kelompok.
Kekuatan beberapa partai Islam bukan merupakan kekuaatan yang monolistis. Banyak tokoh atau umat Islam sendiri tidak masuk dalam partai Islam apapun. Ini menunjukan mitos “ ukhuwah ‘ Islam akan terus kuat dan berbentuk dalam beberapa wujud. Tidak harus dalam kesamaan platform politik. Dalam keadaan itu menuduh yang berbeda dengan ‘ kafir ‘. “ murtad ‘ atau ‘ halal darahnya ‘ tidak akan selalu laku.

Continue Reading

Quo Vadis Pendidikan di Indonesia ?

Dan sejarah akan menulis, disana, diantara benua Asia dan Australia, antara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula mula mencoba untuk hidup kembali sebagai bangsa. Akhirnya kembali menjadi satu kuli diantara bangsa bangsa. Kembali menjadi een natie van koelies, en een koelie onder de naties ( Sukarno. “ Tahun Vivere Pericoloso “ 17 Agustus 1964 )

Sepertinya kita terus bertanya tanya dengan landasan pendidikan negeri ini. Seolah olah sistem pendidikan di negeri ini stagnan atau bahkan mundur. Dulu, akhir tahun 60an dan awal 70an. Kita mengekspor guru guru dan dosen ke Malaysia. Mereka belajar di sekolah dan perguruan tinggi kita. Sekarang anak anak kita gantian yang menuntut ilmu ke semenanjung Melayu. Belajar di Malaysia jauh lebih bergengsi dan berkualitas.
Padahal tidak ada yang salah. Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional no 20/2003 memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi untuk mewujudkan pendidikan bermutu yang relevan dengan masyarakat dan berdaya saing global.
.
Ada 3 prinsip perubahan utama dalam reformasi pendidikan nasional. Pertama, perubahan paradigma pengajaran menjadi pembelajaran. Istilah pengajaran, dalam arti belajar dan mengajar sudah tidak relevan lagi, Jika selama ini menitikberatkan pada peran pendidik memberikan pengetahuan kepada murid / peserta didik. Maka sekarang murid atau peserta didik didorong untuk mengembangkan potensi dan kreativitas diri.

Kedua. Perubahan pandangan peran manusia, yang tadinya dianggap sebagai sumber daya pembangunan, sekarang menjadi menjadi manusia berbudaya sebagai subyek pembangunan yang utuh.
Jika dulu murid atau peserta didik diarahkan menjadi manusia siap kerja. Pola pikir ini masih sisa pengaruh budaya kolonial dimana, pemerintah penjajahan membutuhkan tenaga kerja rendahan siap pakai untuk mengisi peran ambtenaar, mandor perkebunan atau pamong praja. Sementara dengan perkembangan jaman, sekarang dia menjadi subyek yang bahkan bisa menciptakan lapangan kerja.

Ketiga. Perubahan pandangan tentang keberadaan anak didik dengan memahami mereka. Melihat lingkungan tempat mereka tinggal dan budaya setempat. Perbedaan anak didik lebih dihargai daripada persamaan.

Namun hingga 14 tahun reformasi, tanda tanda perubahan belum kelihatan juga. Bahkan pendidik atau guru lebih nyaman dengan kemapanan dan bersikap anti perubahan. Kurikulum berbasis kompetensi sebagai ganti kurikulum berbasis materi tidak membawa perubahan.
Peraturan Mendiknas No 22 tentang standar isi, menyebut kurikulum tetap berbasis pada materi. Sementara Peraturan Mendiknas No 23 tentang Standar kompetensi Lulusan berisi kurikulum berbasis kompetensi. Ini menyulitkan guru. Mau berpegang pada isi atau kompetensi.

Continue Reading