Benarkah Sukarno minta ampun ?

Cerita tentang permohonan maaf Sukarno, adalah kisah yang paling kontroversial sekaligus absurd dari kisah kehidupan perjuangannya. Mungkinkah Bung Karno – yang dipuja sebagai bapak kemerdekaan Indonesia – pernah meminta ampun dan berjanji bertobat ke Pemerintah kolonial ?.

Ditambah dalam pembuangannya di Ende, Flores, Bung Karno menyibukan diri dengan hal hal di luar politik. Saat itu ia mulai belajar shalat dengan meminta kiriman buku “ Panduan Shalat “ dari A. Hassan, seorang pemuka Islam dari Bandung. Selain itu dalam koresponden rutinnya dengan Hassan, ia sering bertanya tentang Islam, maupun permintaan dikirimi buku buku Islam lainnya.
Kegiatan lainnya Bung Karno adalah membentuk group tonil sandiwara yang dinamakan ‘ Toneel Klub Kelimutu ‘. Group tonil ini diakui Bung Karno menjadi salah satu nafas yang membuatnya bertahan hidup di tanah pembuangan

Sejumlah penulis asing mengangkat topik ini dalam bukunya. Bernard Dahm dan Lambert Giebels mungkin yang paling menonjol.
Bernard Dahm pernah menulis hal ini. “ Sukarno and the struggle for Indonesian Independence – Ithaca NY : Cornell University Press – 1969 ) dalam halaman 166 – 173. Ia mengutip cerita Maskun, bekas pengikut PNI lama yang masuk bergabung dengan PNI baru, yang juga ditangkap dan dimasukan ke penjara Sukamiskin. Ia mengatakan kalau istrinya pernah dititipkan surat dari Sukarno kepada Inggit untuk disampaikan kepada Pemerintah kolonial.
Maskun memang pernah tinggal bersama Sukarno dan Inggit di Bandung, sehingga cukup dekat.

Cerita itu agak aneh. Buat apa Sukarno harus menitipkan surat kepada istri Maskun. Mengingat Sukarno bisa mengirimkan surat itu melalui sipir penjara atau langsung ke istrinya sendiri karena Inggit selalu rutin mengunjungi Sukarno.
Perlu diketahui saat itu tingkat persaingan para tokoh pergerakan dari kelompok Sukarno ( Partindo ) dan Hatta ( PNI Baru ) sangat tinggi. Debat debat keduanya mengisi halaman halaman koran Daulat Ra’jat, Menjala, Api Ra’jat dan Fikiran Rakjat selama berbulan bulan. Sukarno, seorang pendorong agitasi masa, yang berbeda dengan Hatta untuk membentuk kader kader terdidik dalam organisasi.
Tentu perseteruan ini turun sampai ke kader kader di bawahnya.

Hatta percaya tentang surat itu tapi tidak pernah melihat surat itu sendiri. Ia menduga bahwa Sukarno seorang pemimpin yang sulit berpisah dengan rakyat. Ia terbiasa dielu elukan rakyat yang menghadiri pidatonya dengan suara yang menggelegar dan membuai. Ia disalami disambut seusai pidato. Dengan kata lain menurut Hatta, Sukarno merupakan pahlawan yang kesepian jika harus tinggal di daerah tanpa peradaban seperti Digoel. Waktu itu ada pemberitaan Sukarno akan diasingkan ke Digoel, walau akhirnya ia dibuang ke Flores.

Sedangkan John Ingleson dalam “ Road to Exile : The Indonesian Nasionalist Movement 1927 – 1934 “, menulis setelah ditahan Sukarno berkirim surat kepada Jaksa Agung bahwa ia menarik diri dari pimpinan Partindo, menyesal atas kegiatan politiknya serta bersedia bekerja sama di masa mendatang dengan Pemerintah, asalkan ia dapat bebas.

Cerita tentang surat permohonan ampun Sukarno ini pertama kali diangkat oleh Rosihan Anwar dalam artikelnya “ Perbedaan antara politik Soekarno dan Hatta “ dalam harian Kompas 15 September 1980.
Berbagai reaksi muncul dari tulisan ini. Ada yang menuduh Rosihan menyebar fitnah, ada pula pula yang biasa saja. Mulai dari Sitor Situmorang, Ong Hok Ham, Anwar Luthan, sampai tanggapan Presiden Soeharo dan Wapres Adam Malik di harian Merdeka. Namun umumnya menolak dengan keras tuduhan ini.
Moehamad Roem dengan mempertaruhkan namanya, ia menuduh bahwa pemerintah kolonial sengaja memalsukan surat permintaan ampun Soekarno.

Hal itu memang lazim dilakukan oleh rezim penjajah dengan melakukan pemalsuan untuk membunuh karakter tokoh pergerakan.
Hatta sendiri pernah merasakan fitnah ini. Saat itu sebelum ia kembali ke Indonesia, ia pernah ditawari kursi parlemen oleh Partai Sosialis Merdeka ( Onafhankelijke Socialistisch Partij – OSP ). Ia memang menangguhkan jawabannya karena kembali ke tanah air.

Baru tanggal 10 Desember 1932 ia mengawatkan kepada J. Kadt – sekretaris OSP – tentang penolakannya. Tapi oleh pemerintah kolonial, yang menekan kantor berita Belanda di Indonesia, Aneta, justru menyiarkan bahwa Hatta menerima tawaran itu. Sehingga muncul kehebohan dalam Partindo maupun PNI Baru bentukan Hatta.
Berita ini membuat Soekarno ( Partindo ) dan Sartono ( PNI Lama ) mengambil kesempatan menyerang Hatta. Kata mereka, Hatta tidak konsekuen dengan sikap non kooperasi yang dianutnya, karena mau bekerja sama dengan penjajah dalan parlemen.
Ini merupakan palu godam Sukarno ‘ Djawab saja pada saudara Mohammad Hatta ‘ dalam harian ‘ Fikiran Ra’jat. Pada ujung artikel, Sukarno menulis “ Karena itu sekali lagi. Seterusnya tolaklah kursi di Den Haag !

Sementara Lambert Giebels secara spesifik menulis surat Sukarno tahun 1933 itu untuk menunjukan perubahan drastis seorang Sukarno yang semula digambarkan perkasa, gagah berani menjadi seorang yang bertobat. Bagaimana Sukarno yang berjiwa labil, akhirnya menyerah pada kekuasaaan kolonial.

Satu hal yang pasti, tidak pernah ada yang melihat secara utuh surat permintaan maaf Sukarno. Jikapun itu benar, semestinya Pemerintah kolonial menggunakannya untuk melemahkan semangat perlawanan, dengan menunjukan surat itu kepada rakyat Indonesia ,bahwa pemimpin mereka sudah menyerah.
Sejahrawan Bonnie Triyana pernah menulis
“ Kalau benar surat itu ditulis Sukarno, kenapa pemerintah kolonial tidak menggunakan surat itu sebagai jalan menumpas habis charisma Sukarno di depan pendukungnya. Misalnya dengan mengumumkan di media massa sebagai bukti ‘ pertobatan ‘ Sukarno “.

Menanggapi tulisan Rosihan Anwar, Mahbub Djunaidi menulis di harian yang sama dengan kalimat pembukaan “ Saya terlongo-longo membaca artikel sohib saya al-ustadz Haji Rosihan Anwar “. Ia lalu menemui Inggit, mantan istri Sukarno di Bandung.
“ Itu mah mustahil. Pamali buat si Kus ( Inggit selalu menyebut Sukarno dengan nama panggilan Kus ) minta ampun segala ke Belanda “. Jawab Inggit
Mahbub Djunaidi menyebut sebagai hasil ciptaan kaum intel yang sering punya bakat besar mengarang cerita fiktif.

Demikian pula artikel Moehamad Roem yang merupakan palu godam bantahan ke Rosihan Anwar. Mohammad Roem yang pernah jadi tahanan politik Sukarno, pernah meneliti isi empat pucuk surat tersebut berdasarkan fotocopi yang diperoleh dari negeri Belanda. Surat itu ternyata hanya salinan yang diketik oleh pejabat Belanda dan tidak ditandatangani Sukarno. Artinya dari surat palsupun bisa dibuat salinan otentik.
Roem menyebut ada beberapa kejanggalan dari surat tersebut. Selain disebut diatas, ini merupakan kesempatan Belanda untuk menghabisi Sukarno. Roem juga menemukan beberapa kesalahan dalam bahasa Belanda yang dipakai dalam surat tersebut. Padahal bahasa Belandanya Sukarno sudah hampir seperti bahasa ibu.
Keganjilan lain, ada dalam surat tersebut, Sukarno menyebut surat lain yang ditujukan ke Partindo dan istrinya. Anehnya surat yang dimaksud itu, tidak pernah ada.
Roem kemudian menyimpulkan, “ selama surat asli tidak pernah ditemukan, selama itu pula kebenaran bahwa Sukarno penah minta ampun belum bisa diterima “

Buku Giebels memang salah satu karya yang tendensius. Disatu sisi ia berhasil meramu sisi kehidupan Sukarno secara personal sehingga kita merasa dekat dengan kesehariannya, namun disisi lain banyak kebohongan yang diangkat. Entah apa yang ingin dibuktikan oleh mantan penasehat perencanaan Departemen Pekerjaan Umum tahun 1970an ini.
Selain kisah minta ampun, ada juga kisah Sukarno diam diam mengatur kesepakatan dengan Bob Kote – seorang agen rahasia Belanda – pada masa revolus kemerdekaan. Diceritakan Sukarno setuju Belanda menjajah Indonesia dengan adanya Gubernur Jenderal, asalkan Sukarno ditunjuk sebagai Perdana Menteri. Selain itu Sukarno meminta jatah buat Indonesia sebesar 50 % dari pendapatan perusahaan perusahaan Belanda.
Dengan segala macam pengorbanan dan perjuangannya, percayakah kita Sukarno ingin menjual negerinya ?

Issue tentang surat ampun Sukarno terangkat kembali, ketika seorang blogger Kompasiana menuliskan bahwa ia membaca dalam biography “ Bung Karno penyambung lidah rakyat Indonesia – karya Cindy Adams “ tentang pengakuan Sukarno sendiri mengirim surat itu.
Saya bisa menebak dengan pasti, bahwa blogger tersebut membaca cetakan edisi bahasa Indonesia yang terbit setelah orde baru.
Mengapa dikatakan begitu. Karena hal itu memang telah dilakukan oleh rezim Soeharto untuk menjelekkan nama Sukarno.

Salah satu contoh adalah paragraph dimana Sukarno mengatakan.
“ aku merasakan magma yang menggelora ketika teringat detik detik menjelang proklamasi. Kami, aku dan Hatta saling membutuhkan. Itulah esensi kebersamaan negeri ini. Saling bahu membahu. Kepada orang orang yang mendesak untuk segera memproklamirkan. Saya mengatakan. ‘ Hatta tidak ada. Kataku. Saya tidak mau mengucapkan proklamasi jika Hatta tidak ada “

Namun setelah orde baru berkuasa, ada pemutarbalikan sejarah dalam buku biografi itu. Ketika buku buku Sukarno sulit ditemukan paska 1965. Justru buku ‘ Penyambung Lidah Rakyat Indonesia ‘ mengalami cetak ulang beberapa kali ( 1966, 1982, 1984, 1986, 1988 ). Pada cetakan pertama, masih tertulis nama penerterjemah Mayor Abdul Bar Salim. Pada edisi berikutnya pangkatnya tidak disebut lagi. Namun ada pengantar penerbit bahwa penerjemahan ini direstui Menpangad Letjend Soeharto, selain kata sambutan dari Soeharto sendiri.

Dalam pengecekan yang dilakukan Yayasan Bung Karno, ternyata ada kekeliruan terjemahan, dan penambahan dua alinea dalam bahasa Indonesia sejak tahun 1966. Padahal dua alinea itu tidak ada dalam cetakan asli bahasa Inggris.

Ada sisipan paragfraf baru dalam edisi terjemahan. Yakni
“ Tidak ada yang berteriak ‘ kami menghendaki Bung Hatta ‘ Aku tidak memerlukannya. Sama sekali aku tidak memerlukan Syahrir yang menolak memperlihatkan diri saat pembacaan proklamasi. Aku dapat melakukan seorang diri, dan jika aku melalukan sendirian. Di dalam dua hari yang memecahkan urat syaraf itu maka peranan Hatta dalam sejarah tidak ada “.

Padahal dalam teks asli edisi bahasa Inggris yang ditulis Cindy Adams, hanya tertulis. “ dalam detik detik yang gawat dalam sejarah inilah, Soekarno dan tanah air Indonesia menunggu kedatangan Hatta “.

Sukarno memang seorang yang menarik untuk dikupas dalam pergulatan sejarah perjuangannya. Namun banyak penulis yang justru masuk kedalam perspektif pribadi Sukarno yang bisa jadi sangat subyektif dan dipengaruhi cara pandang pemikiran jaman itu.
Kasus bahwa Sukarno dianggap sebagai kolaborator dengan Jepang, menunjukan ketidaktahuan apa yang terjadi saat itu. Padahal kolaborasi yang dilakukan Sukarno, Hatta dengan Jepang itu merupakan kesepakatan tiga serangkai – Sukarno – Hatta dan Syahrir.
Tentang Romusha, pada awalnya Sukarno sendiri tidak bakal menduga bahwa kerja itu akan mencelakakan bangsanya sendiri. Apalagi waktu itu Sukarno dan Hatta menggunakan pengerahan tenaga kerja sebagai cara mengurangi angka pengangguran rakyatnya.
Memang kata orang, sejarah selalu ditulis oleh mereka yang menang. Peran Sukarno sebagai bapak bangsa yang membangun nation- state tidak akan terciderai karena urusan pribadi, jika dibandingkan apa yang telah diperbuat untuk membawa bangsanya ke pintu gerbang kemerdekaan.

Avatar dari disini

You Might Also Like

17 Comments

  • orbaSHIT
    September 28, 2013 at 11:08 am

    ck..ck..ck proyek desukarnoisasi yg sistematis…..dan saya yakin 32 tahun penggembosan BK oleh ORBA telah menelan biaya yg sangat besar dr kocek pemerintah suharto saat itu 😛 tp dengan hasil yg sangat minim LoL, nama BK tetep HARUM dimata rakyanya juga dimata dunia hanya seglintir orang2x “pekok” dan “koplak” sejarah saja yg masih beretorika ha2xl “ajaib” ttg BK ROFL….justru yg sukses adalah proyek DESUHARTOISASI akibat blunder si harto sendiri 😀 tidak ada biaya yg dikeluarkan dalam proyek sukarela ini……orang2x muda yg sadar kebenaran sejarah terus memberitakan fakta ttg founding father yg nyaris terlupakan ini pepatah lama mengatakan EMAS tetaplah EMAS beda dengan LOYANG (semua pada tau khan siapa yang “loyang” disini)……blakangan ini ada proyek ambisius dr sekalangan “suharto lover” yg nempelin poster “the vicious smiling general” di blakang bak truk2x tp ttp kalah ama poster IWAN FALS wakakkakakakka…

  • Budi Prasetyo
    September 28, 2013 at 3:15 pm

    orbaSHIT mohon sanggahan nya, apa benar Soekarno pernah berjanji kepada tokoh muslim di Aceh yakni Daud Beureureh namun Janji tersebut tidak ditepati oleh Soekarno pada Daud Beureueh sekaligus pada rakyat Nanggroe Aceh Darussalam apa benar demikian orbaSHIT? Kalau boleh tahu janji apa yang demikian itu? lantas apakah benar Bung Karno sampai menangis-nangis memohon bantuan kepada Daud Beureureh? (apa jangan-jangan saya termasuk korban pembodohan sejarah orba atau memang wacana perjanjian itu benar adanya?) Mohon sanggahan nya orbaSHIT!

  • SaifulMuhajir
    September 28, 2013 at 3:35 pm

    Aku malah baru tahu ada rumor soal ini. Hooo…

  • orbaSHIT
    September 29, 2013 at 7:04 am

    @budi taun 1945 BK menjajikan kpd daud bereuh bahwa ATJEH bisa melaksanakan syariat islam….namun pada pelaksanaanya dilapangan tidaklah mudah karena republik masih sangat muda dan pemberontakan dalam negeri serta rongrongan NEKOLIM masih terjadi secara beruntun…..kurun waktu 1946~1949 adalah masa paling menentukan republik…. bubar atau tetep lanjut, nah 18 september 1948 ada pristiwa “madiun affair” yg tidak lama kemudian disusul dengan mulai berontaknya DI/TII karto suwiryo +/- bulan desember 1948 (full rebelion 1949)…gimana bisa ngatur administrasi pemerintahan disituasi yg kacau balau tsb??? pada saat DI/TII di atjeh surut BK bertemu imam daud bereuh dan beliau ttp pada janji awalnya memberikan ATJEH status istimewa, dan ini terbukti dari 1963 pemerintah memberikan status Daerah Istimewa kepada ATJEH

  • denmase
    October 1, 2013 at 12:47 pm

    untung sekarang ada internet

    propaganda dan indoktrinisasi desoekaronoisasi yang menyebabkan kudeta hati bagi para pendukung ORBA, menelan korban ribuan nyawa, harta dan harga diri.
    semua buku, artikel, pikiran, arsip, tentang Soekarno berusaha dibinasakan secara sistematis.

    seandainya saat itu sudah ada internet, bisa gak ya membreidel??

  • swastika
    October 6, 2013 at 10:17 am

    Jadi penasaran seperti apa film Soekarno yg sebentar lagi dirilis itu. Akan menyoroti sisi apanya Soekarno ya?

  • nazly purihati
    October 8, 2013 at 9:07 pm

    Sesungguhnya sdh lama saya mengikuti tulisan mas Toto, tapi baru skrg saya berani sharing krn topiknya adalah tokoh yg diperkenalkan ortu kami sejak kami kecil. Spt yg mas Toto bilang,TUHAN MENCIPTAKAN BUMI INDONESIA SAAT TERSENYUM sehingga kekayaan alam tak terhingga..baik tambang, perikanan maupun hutan. Sayangnya semuua kekayaan bumi Indonesia BUKAN DINIKMATI OLEH BANGSANYA. Semua dirampok habis, sementara bangsa ini hanya mampu jadi TKI…baik diluar maupun dlm negeri. Bung Karno susah payah memerdekan,bangsa ini, tapi ironisnya bangsa ini sdh terjajah kembali. Bung Karno ingin kita mandiri spt yg dicanangkan Mahatma Gandhi di India, ironisnya garam saja harus import. Spt yg dikatakan Denmas, jika saja internet sdh ada jaman bung Karno, maka sejarah kita tdk carut marut spt skrg ini. Negara ini HARUS DIPIMPIN OLEH SEORG NEGARAWAN SPT BELIAU sayangnya hanya pemimpin pencitraan yg senang dipuja puji oleh barat. Miris sekali sehingga kita hanya bisa berharap bahwa bumi Indonesia yg kita cintai bisa memiliki seorg negarawan sehingga bisa sejajar dgn bangsa besar lainnya…

  • edratna
    October 14, 2013 at 6:15 am

    Membaca tulisan mas Iman selalu mencerahkan.
    Kita memang harus berpikir jernih, banyak sekali cerita yang diubah saat orba…..

  • bejohope
    October 26, 2013 at 4:31 pm

    mungkin iya bisa juga tidak, mungkin saja tulisan Rosihan A itu pesanan agar pengaruh Soekarno yg kuat lambat laun lemah, atau manusiawilah apalagi biasanya tahanan politik biasa disiksa

  • lismoe
    November 21, 2013 at 2:13 pm

    TERIMAKASIH … TULISAN MAS IMAN BROTOSENO BANYAK MEMBERIKAN PENCERAHAN DAN PERENUNGAN. SEMOGA RAHMAT DAN BERKAH PENULIS DAN PEMBACANYA, AMIN.

  • orbabest
    December 29, 2013 at 4:56 pm

    Masak sih desuhartonisasi sudah berhasil? Coba tanya ribuan supir angkutan umum dan jutaan rakyat di seluruh Indonesia yang menempelkan gambar tempel “iseh penak zamanku”, beli stiker itu bayar lho, jadi gak gratis hehehe…inget juga zaman orde lama orang kangen zaman kolonial, zaman reformasi orang kangen zaman orde baru, zaman orde baru dan reformasi orang tidak kangen orde lama, itu karena orde lama dipimpin oleh diktator demagoge komunis keblinger yang pencernaannya rusak parah akibat terlalu banyak makan obat kuat untuk mengimbangi gairah seksual istri-istri dan gundik-gundiknya..

    Rata2 org zaman skrg yang ngefans Soekarno itu karena terjebak romantisme semata, tapi kalau kita baca buku-buku memoir dari orang yang kenal Soekarno secara pribadi maka kita akan tahu Soekarno itu memang bejat. Mulai dari Mohammad Hatta, Musso, Tan Malaka, Zulfikli Lubis, AH Nasution, Ventje Sumual, Adam Malik, Rosihan Anwar, Mochtar Lubis, Roslan Abdulgani sampai DN Aidit sekalipun, berpendapat sama, Soekarno itu pemimpin tidak berguna, cuma jago pencitraan saja.

    Mengenai Aceh, pertanyaannya adalah apakah sampai Soekarno lengser keprabon syariat Islam dilaksanakan di Aceh? Kalau tidak maka itu adalah pelanggaran janji, tidak ada alasan lagi.

    Terkait buku Cyndy Adams, terjemahan bermasalah tentant Hatta itu tidak ada kaitan dengan orba, dan yang nuduh cuma Asvi Warman Adam, sejarahwan amatiran yang culun. Gunakan logika, buku aslinya terbit tahun berapa? Dan terjemahan Indonesia terbit pertama kali tahun berapa? Apa mungkin dalam waktu sesingkat itu dengan tanpa komputer dan bermodal mesin ketik bisa menerjemahkan ratusan halaman buku bahasa Inggris ke bahasa Indonesia? Jawabannya hanya satu, yaitu sebelum diterbitkan sudah ada naskah penerjemahan yang disiapkan, siapa yang menyiapkan? Sastrawan dari Lekranya PKI dong, karena sastrawan manifes kebudayaan kan sudah digiling dan dijebol Pramoedya Ananta Toer dan Lekra. Kenapa Lekra dan PKI mau menjelekan nama Hatta? Karena Hatta anti komunis dan PKI akan menjebol siapapun dan badan apapun yang anti mereka.

    Apa bukti PKI mau menghilangkan peran Hatta dari Proklamasi? Iwan Simatupang tanggal 3 September 1965 atau 27 hari menjelang Soekarno memerintahkan Untung “mendaulat” “dewan jenderal”, dan jauh sebelum terjemahan otobiografi Soekarno terbit menulis kurang lebih ada berita tentang penjungkirbalikan patung Hatta di gedung GKBI Jakarta oleh mahasiswa Akademi Koperasi yang tergabung dalam CGMI dan GMNI yang terafiliasi PKI dengan tujuan mencoret nama Hatta sebagai Bapak Koperasi dan diganti dengan Soekarno dan ‘penulisan ulang’ sejarah ini didukung oleh Soekarno sendiri. Selanjutnya ucapan selamat proklamasi tahun 1964 dari koran Harian Rakyat (lagi-lagi punya PKI yang dijalankan Lekra) memuat teks proklamasi tanpa mencantumkan nama Bung Hatta seolah Hatta bukan proklamator dan Soekarno tidak memprotes hal ini karena dia sedang dimabuk kepayang dengan komunisme dan DN Aidit.

    Sedangkan tanda tangan Pak Harto hanya untuk memastikan bahwa isinya tidak ada menyebarluaskan komunisme.

  • orbaSUCK
    January 9, 2014 at 3:44 am

    Ocehan @orbabest menggelikan sekali, mohon maaf nih ya untuk @orbabest ocehan sampeyan dimari “semurni-murninya omong kosong“. Desuhartoisasi memang belum sepenuhnya berhasil, tapi ketahuilah hei !! begundal Harto, Desuhartoisasi di Indonesia sekarang ini layaknya kudeta merangkak yang pelan-pelan namun pasti membongkar sejarah yang dipalsukan Soeharto. Tidak seperti kau dengan begundal Soeharto lainnya yang membunuh satu generasi untuk Desukarnoisasi. Bukankah yang disebut diktator itu tak segan-segan mengirim lawan politiknya ke akhirat ya? Alias membantai sampai lawan tersebut hilang nyawa, karungin yang tak sejalan politiknya, buang ke kali para aktivis, Tembak mati dewan jenderal lalu jeblosin ke lubang buaya. Orde lama kangen perjuangan bangsa semasa bangkit nya Indonesia di zaman kolonial, Zaman reformasi kangen mencari-cari celah korupsi seperti halnya Orde Baru. Zaman Orde Baru dan reformasi tidak kangen Orde lama yang sifatnya Revolusi karena khawatir tidak bisa korupsi. Yang keblinger itu tokoh PKI nya bukan komunis nya, keblinger nya tokoh PKI karena terjebak oleh strategi politik licik nya Soeharto, mereka korban rekayasa politik yang disebut G30S. Soekarno dikagumi perempuan karena kepiawaianya memimpin negeri lalu menikahi mereka dengan sah tanpa di tutup-tutupi atau menjadikan mereka perempuan simpanan yang tidak seperti layaknya pemimpin Orde Baru sampai sekarang ini menang korupsi jajan sembarangan lantas takut ketahuan istri, dibunuh saja bak habis manis sepah dibuang, inget enggak kasus penembakan Ditje??. Jadi Piye le, pesih mau dirayu sama Orde Baru? Jika mau, maka siap-siaplah
    *Hidup aman tapi mencekam, wong sampeyan mengkritik langsung mati di karungin oleh TNI.
    *Sembako murah, wong dibayarin IMF alias meminjam duit kepada bank dunia (Hutangan).
    *Pendidikan SD,SMP SMA sampai Perguruan Tinggi yang berkaitan sejarah yang merupakan akarbudaya tidak dipentingkan, mungkin takut ada yang kritis kali ya sehingga takut kalau rakyat bisa sampai tahu bau haram dibalik sejarah Orde Baru yang tempo hari menang dengan cara yang tidak halal.

    Rata-rata orang zaman sekarang yang ngefans Soekarno itu analisa nya tajam-tajam, patriotik, mempunyai konsep yang apik, contohnya itu ya JOKOWI, emang kata lo JOKOWI dari partai mana? PDI P itu apa? PDI P itu salah satu partai warisan politiknya Bung Karno. Maka barang siapa saja yang lulus dengan baik dan berhasil mempelajari ajaran politiknya Bung Karno dengan tuntas maka tidak sia-sialah kepemimpinan perjuangan nya. Dan kalau emang cuma pencitraan, buat apa nama Soekarno sampai diabadikan oleh negara lain, Negara lain juga enggak Tolol dan BEGO kali mengabadikan nama orang sebagai jalan. Pastilah dilihat dulu bibit, bebet dan bobotnya. Soekarno dikenal Solid karena memperjuangkan bangsa-bangsa yang tertindas oleh negara-negara Nekolim yang gemar merampas Sumber Daya Alam negara lain dengan cara menindas, memfitnah, mengadu domba dan masih banyak cara yang ujung-ujungnya tidak halal. Peran Soekarno lah yang sangat nyata praktek nya pada waktu itu dalam rangka mengajak untuk merdeka dari negara-negara yang tertindas oleh Nekolim itu tadi.
    Tak heran kalau Soekarno menjadi target yang harus dibunuh oleh Negara-negara Nekolim, berkali-kali mereka mencoba membunuhnya tak kunjung berhasil, lalu Soeharto yang diliputi hati dengki dengan senyum firaun nya mulai tergiur harta datang kepada Nekolim untuk bersedia membantu Nekolim. Jadilah rekayasa politik G30S yang membantai Soekarno yang dianggap terlalu Vokal menyerukan merdeka dari penjajahan, Semua unsur yang berkaitan dengan Soekarno dibantai habis satu generasi termasuk Komunis yang menentang Nekolim.

    Mengenai Aceh, syariat Islam yang bagaimana yang sampeyan maksud belum? banyak sejarah antara Aceh dan Soekarno yang di busukan alias dipolitisi oleh Orde Baru. Kalau kasus DOM Aceh Orde Baru itu baru benar adanya.

    Komentar sampeyan terkait buku Cindy Adam berbau politisi. “Dalam buku edisi Indonesia itu disebutkan Bung Karno menjelek-jelekan Bung Hatta. Ini pemalsuan dan rekayasa Soeharto,” adanya kasus rekayasa dan pemalsuan buku Bung Karno, berjudul ‘Sukarno-An Autobiography, as Told To Cindy Adams” (1965). Orde Baru dengan keterlibatan langsung Soeharto telah merekayasa dan memalsu buku Bung Karno tersebut, yang disiarkan lewat Edisi Indonesia terbitan tahun 1966, dengan kata pengantar Jendral Soeharto.

    Perbedaan prinsip antara Soekarno dan Hatta seharusnya jangan anda politisi dengan cara kotor seperti provokatif atau mengadu domba, maka celaka besar lah orang seperti sampeyan ini yang mengharapkan cerai-berai antara orang-orang yang notabene nya Bung Karnoisme dan Bung Hatta. Untung yang saya kenal punya hubungan / kedekatan nya dengan Soeharto, yang siap di komandoi oleh Soeharto untuk menghabisi nyawa dewan jenderal yang nantinya menjadi penghalang Soeharto. Ketahuilah bahwa Soeharto tidak akan pernah bisa menjabat menjadi presiden jikalau Jenderal Ahmad Yani belum terbunuh. Selain Bung Hatta yang banyak menulis soal koperasi, DN Aidit pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI) juga pernah mengulas soal itu. Yang menarik, pendapat Aidit soal koperasi pertanian. Menurut Dipanusantara (DN) Aidit, pembangunan koperasi pertanian akan sulit terlaksana tanpa penuntasan agenda land-reform. Tanpa pelaksanaan land-reform, struktur kepemilikan tanah tetap timpang. Tanah akan dikuasai oleh tuan tanah dan perusahaan besar. Sementara mayoritas kaum tani tidak punya akses terhadap tanah sebagai alat produksi. Inilah yang terjadi pada saat sekarang ini.

    Tanda tangan Sukarno yang tertulis pada tanda tangan nya adalah “Soekarno” semata-mata adalah untuk memastikan bahwa isinya adalah menjaga dan memajukan bangsanya yang berdasarkan Panca Azimat Revolusi Indonesia serta mempromosikan The New Emerging Forces nya dengan CONEFO yang vokal menentang keserakahan nya Negara-negara Nekolim.

    Sedangkan tanda tangan pak Harto hanya untuk memastikan bahwa selama 32 tahun kedepan memakmurkan keluarga Cendananya beserta kroni-kroninya, partai politiknya yang menyebarluaskan pentingnya Korupsi dan Monopoli.

  • orbaSHIT
    January 9, 2014 at 8:05 am

    ^^ aplaus untuk masbro 🙂 antek2x ORBA slalu punya pikiran text book ttg kesalahan jaman BK dan “kemajuan” jaman ORBA seperti yg tertulis dalam buku PSPB dan propaganda murahan karya JENDRAL NUGROHO NOTOSUSANTO….jd mereka ini adalah TRAGEDI SEJARAH republik karena menjadi kepanjangan tangan pemalsuan sejarah yg masif wkwkwkwkwkwk….

  • Arizal koto
    April 2, 2015 at 11:12 pm

    Bung Karno= Punya Gebrakan..
    Bung Hatta= Punya Politik Yang Tajam..
    salah satu diantra mereka tidak ada,indonesia tidak akan merdeka..
    Bung Hatta mengudurkan diri dari Wapres,karna adanya penyalah wewengan antara pemerintah pada Bung Hatta..
    Bendera merah putih. merah bung karno dan putih itulah bung hatta..
    semoga pembaca semua mengetahui..

  • Sofyana Bellaa
    May 19, 2018 at 1:14 pm

    Apakah kebenarannya bisa dipercaya?

  • Aepdadang
    November 28, 2018 at 7:59 am

    Ini yang saya aneh dengan bangsa ini,

    Setiap blog menarik yang saya baca, selalu saja banyak yang berkomentar (itu menandakan isi blog nya bagus), hanya saja kebiasaan berkomentar nya yang tidak bagus.

    Saling berpendapat itu baik, hanya saja ujung nya selalu jadi saling menjelekkan satu sama lain. Dengan asumsi bahwa pendapat mereka lah yang tentu benar.

  • ibas
    October 10, 2023 at 9:13 am

    good article, thank you

Leave a Reply

*