Lastri dilarang syuting di Solo

Selalu ada yang hal hal yang ajaib tentang bagaimana sekelompok masyarakat menjadi benteng moral di negeri ini. Ini bukan berkaitan dengan UU Pornografi. Bukan itu. Ini tentang bagaimana sutradara Eros Jarot yang dilarang syuting di wilayah Solo.  Bukan dilarang oleh polisi atau Pemerintah, tapi dilarang oleh sebagian kelompok masyarakat di sana.
Kelompok yang menamakan – mengaku – perwakilan sejumlah elemen masyarakat di kota Solo menolak pengambilan gambar film LASTRI , yang rencananya akan dibesut di wilayah Solo.  Pasalnya, karena mereka menilai skenario film itu mengandung ajaran komunis. Demikian ujar Triyanto, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat kabupaten Karanganyar.

Menurut Eros, tokoh Lastri ini memang diceritakan sebagai tokoh GERWANI. Namun ia mengatakan sebagai kebebasan kreasi seni, sah sah saja mengambil latar belakang karakter komunis. Walhasil film yang akan dibintangi Lukman Sardi, Slamet Rahardjo, Marcella Zalianty dan Iga Mawarni harus ditunda atau mungkin dipindahkan lokasi syutingnya. Pabrik gula Colomadu juga akhrnya menurut desakan ini dan mencabut ijin syuting disana.
Bagaimana mereka bisa mendapatkan skenario itu juga hal yang ajaib. Karena skenario merupakan bagian internal sebuah produksi yang tidak disebar kemana mana. Pada umumnya masyarakat atau warga sekitar lokasi syuting tidak pernah tahu jalan ceritanya.

Kejadian  ini sangat menggelikan sekaligus miris. Pertama, mungkin para pekerja film harus membuat film yang isinya ulama, pastor, alam atau cinta memble dan horror saja. Kedua,  para elemen masyarakat disana harusnya tahu bahwa sekarang komunis sudah rontok. Kalaupun masih ada tersisa sudah jadi funky, beradab – tidak suka menyilet kemaluan dan mencungkil bola mata – serta menjadi kapitalis.
Lihat saja China yang lebih memilih bagaimana menjual produk ekspornya daripada mengurusi komunisnya. Sementara para remajanya tidak ditabukan untuk memuja Michael Jackson daripada Mao Ze dong.

Bentuk bentuk kesewenangan ini menjadi bukti bahwa masyarakat kita belum dewasa, atau mudah terprovokasi. Kebebasan berkreasi semestinya dihargai. Toh mereka bukan membuat film porno. Padahal film film dengan latar belakang komunis banyak ditemukan di sini.
Kalau begitu , saya semakin miris membayangkan betapa seramnya kekuatan ‘ paksa ‘ yang dimiliki orang atau sekelompok masyarakat. Jika urusan film saja mereka bisa bertindak sebagai polisi moral. Lalu bagaimana dengan Undang Undang yang memfasilitasi mereka untuk main hakim sendiri ?


* foto dari buku ” Under Soeharto’s years ” tentang anggota GERWANi yang ditangkap di daerah Solo.

You Might Also Like

86 Comments

  • aRuL
    November 19, 2008 at 9:53 pm

    masyarakat kita masih sensitif dengan isu seperti ini. Kalo memang tidak mengajar komunis kenapa ditentang… kalo di dalamnya ada ajaran komunis.. yah difikir2 sih kayaknya perlu difilter.

  • adi
    November 21, 2008 at 7:32 am

    di televisi saya lihat sang jurubicara kelompok penentang itu menyarankan utk adegan percintaannya dipindah ke ancol saja. what a moron ….

  • lady
    November 21, 2008 at 4:36 pm

    tetangga saya banyak yang ikut audisi dalam peran sebagai tahanan wanita. rata2 pesertanya dari masyarakat bawah. kabarnya memang dilarang syuting di daerah tersebut.

  • samidin
    November 21, 2008 at 11:31 pm

    Lho koq Indonesia masih primitif gitu ya kang ?
    Di Jerman misalnya, kekejaman kekejaman nazi Hitler malah dibongkar terus gak habis habisnya, orang Jerman berani melihat kesalahan kakek-nenek mereka yang nazi , makanya mereka malah maju disemua bidang dan jadi toleran lhooo, gak kaya negri awak, apa apa dilarang…eh siapa dalangnya ya ? gara gara pilpres nih ye ?

  • yati
    November 22, 2008 at 5:26 pm

    ketololan luar biasa…hhhhhhhh….

  • yati
    November 22, 2008 at 5:27 pm

    dapet dari mana sih skenarionya? kalopun dapet skenario, apa ga bisa mereka menangkap pesan apa yg akan disampaikan oleh pilm ini? apa satu wilayah itu isinya semacam fpi semua?

    *masih lanjut emosinya*

  • Mita
    November 22, 2008 at 7:24 pm

    Org2 solo yg mnolak adl sbgian crminan org2 ind yg BODOH !
    Gmn bgsa mw mju klo masyrktx ga mw tw apa2 kslhan dmasa lalu,parno,shrsx qt bljr jd lbh baek dr kbrukan ms lalu kyk PKI,
    Lha wong film ga msuk akal kyk kuntilanak ddkung mlh film LASTRI DILARANG!!

  • sofian
    November 23, 2008 at 6:54 am

    Kadang memang ada sebagian kelompok masyarakat yang berusaha melakukan provokasi, dan kita tidak dapat menyalahkan mereka yang mudah diprofokasi karena tingkat pengetahuan serta pandangan mereka. Beginilah nasib negara kita, ditraktir goreangan 3 ribu saja sudah bisa teriak-teriak di depan gedung MPR dan Gedung-gedung lain termasuk gedung gula di SOLO.

  • boy
    November 24, 2008 at 2:16 pm

    MOHON HARGAI PERASAAN SEBAGIAN DARI WARGA INDONESIA YANG PERNAH DILUKAI FISIK DAN MORALNYA OLEH GERWANI DAN PKI nya.
    JANGAN HANYA KARENA ALASAN KEBEBASAN BEREKPRESI, SENI DLL. MUDAH MELANGGAR PERASAAN ORANG LAIN

  • Elyani
    November 24, 2008 at 3:41 pm

    Ah… Lastri, nama yang indah tapi membawa petaka. Mungkin judulnya harus diganti “Romansa Tiga Puluh Seconds” (g30s)… Jadi filmnya benar2 lebih pendek daripada iklan! Mudah2an Lastri jalan terus. Dulu saja novelnya Pramoedya diharamkan, mosok Lastri gak bisa lolos? Ayo jeng Lastri, maju terus!

  • faisal
    November 24, 2008 at 3:49 pm

    mas boy, yang benar masyarakat yang dilukai fisik dan moralnya oleh gerwani atau justru gerwani yang menjadi koran kelaliman orde baru? yang jujur dong boy…!

  • Vandoe
    November 24, 2008 at 4:51 pm

    Sekarang ini para pekerja seni di indonesia sudah banyak yang kebelinger, mereka mangatasnamakan seni sebagai wujud kebebasan apresiasi, meraka pekerja seni taunya buat sesuatu yang di anggap seni tapi tidak peduli dengan dampak dan respon masyarakat, sebagai contoh artis artis yang ramai ramai bertelanjang memamerkan aurat mereka dukung mati matian dengan mengatasnamakan seni dan masih banyak lagi penyimpangan2 berekspresi dari kaum seniman dan artis yang bebal tersebut, khusus untuk Film Lastri penomena pembelaan terhadap Film “LASTRI” beralasan bahwa film tersebut hanya berkisah percintaan anak manusia pada masa itu, sesungguhnya film tersebut berusaha untuk mengangkat penghapusan pencitraan history yang salah dari rezim orde lama yang sarat dengan unsur komunis, film ini berusaha untuk membentuk pencitraan yang berlawanan dari pencitraan yang dibanggun selama ini oleh rezim orde baru, tujuanya untuk mengiring penonton menghapus memory2 negatif terhadap rezim orde baru tersebut melalui kisah percintaan di film ini, itulah agenda sebenarnya di balik film LASTRi tersebut atau dengan kata lain secara tidak langsung film LASTRI adalah bentuk STRATEGI PROPAGANDA untuk membenarkan aksi-aksi PKI di masa lalu. Untuk para muslim perlu di ketahui Komunis /PKI merupakan salah satu faham “isme-isme” bentukan kaum yahudi di samping faham-faham isme lainya seperti “kapitalisme, liberalisme,demokrasi ” dimana tujuan dari pengagas faham faham tersebut sebagai salah satu jalan untuk menkecoh dan mengobok-obok akidah dan syariah umat terutama umat ISLAM, kita tau pendiri faham faham tersebut adalah orang orang yahudi yang tergabung dalam rekayasa tatanan dunia dimana mereka memiliki organisasi rekayasa pekerja yang sangat hebat, mereka ada dalam beberapa tingkatan level ordo organisasi mereka bertujuan mewujudkan tatana dunia baru di bawah satu kendali “YAHUDI”, oleh karena itu untuk kaum muslim patutlah bersandar pada AL Quran dimana dalam Alquran mereka YAHUDI digolongkan sebagai kaum yang di laknat ALLAH SWT, Tuhan telah melabelkan mereka dengan label tersebut karena kejahatan, ketamakan dan kerakusan mereka maka patutlah kita untuk membenarkan perkataan ALLAH tersebut melalui kitabnya (ALQURAN).

    Kembali ke Film LASTRI, kita tentunya tau siapa sebenarnya PKI tersebut, mereka memiliki faham anti tuhan, oleh karena itu bagi anda yang masih merasa memiliki TUHAN, apapun agama anda.., maka sudah sepatutnya untuk tidak lagi bersentuhan dengan komunis karena itu sudah mengingkari syariah dan akidah anda, apapun alasan anda terhadap FILM LASTRI tersebut , taukah saudara PKI sudah banyak mengkianati perjuangan bangsa kita masih ingatkah kita di tahun 1948 pembrontakan PKI madiun mereka menghujamkan tikaman pisau mereka dari belakang sementara kita sedang berjuang melawan belanda saat itu, taukah anda pembrontakan PKI 1965 yang dengan tega mengkianati konstitusi negara kita dengan upaya cup, taukah anda bagaimana PKI membenci dan mebunuh ULAMA dan santri pada saat itu dengan fitna sebagai tuan tanah taukah anda PKI telah merampas tanah tanah yang sah dari pemiliknya dengan mengatasnamakan demi pemerataan rakyat dengan cara merampok tanah yang mana hal tersebut terlarang dalam agama, taukah saudara PKI saat ini berafiliasi kedalam barisan NASIONALIS semata mata untuk membenturkan kaum nasionalis sejati dengan Umat Islam karena untuk di indonesia ISLAM adalah salah satu pagar beton yang kokoh yang perlu mereka robohkan untuk mencapai tujuan mereka, tentunya kita juga tau siapa sutradara dibalik film ini “Eros Jarot” tokoh nasionalis yang katanya pancasilais pengagum sukarno dengan PNBKnya sepertinya lupa dengan hal2 yang telah di jelaskan diatas dimana pada saat itu kaum Nasionalis sejati pun menjadi korban PKI, mereka dikejar-kejar oleh PKI bahkan dibunuh, maka perlu dipertanyakan NASIONALIS MACAM APA EROS JAROT ITU apa lagi bila di tinjau dari akidah keislamanya sungguh sangat dipertanyakan???

    Untuk generasi muda penerus bangsa mari terus kaji sejarah bangsa dan mari terus tingkatkan iman dan takqwa kita kepada Allah SWT sebagai sandaran terhebat dan terdasyat umat manusia

    Pesan : waspadai infiltrasi faham faham ciptaan YAHUDI dalam seluruh denyut kehidupan bangsa kita, semoga Allah SWT selalu melindungi dan merahmati bangsa kita…..Amin..!

  • Born free
    November 25, 2008 at 1:03 pm

    Sejarah seharusnya bukanlah hal yang perlu ditakutkan apalagi ditaboo-kan, bukankah semuanya sudah berlalu dan tidak bisa dirobah kecuali kita mempunyai mesin waktu? Rasanya hampir sebagian masyarakan penikmat film sekarang lahir jauh sesudah peristiwa kelam itu terjadi. Kalaupun Lastri meminjam setting masa lalu sebagai bagian dari cerita, toh film ini hanya merupakan fiksi, bukan sebuah film dokumenter yang melibatkan sejahrawan dan sebagainya. Apakah setiap orang harus melihat dengan kaca mata dan sudut pandang yang sama? Komunis mungkin bukan paham yang cocok buat negara kita, tetapi toh tidak serta merta kita harus kebakaran jenggot dan menjadi paranoid. Sampai sekarang negara dengan paham komunis seperti Cina, Vietnam, Kuba dan Rusia toh tidak mengganggu kita. Apakah mereka juga harus dibantai dan dimusnahkan dari muka bumi ini? Menghubungkan Tuhan, Yahudi, dan komunis dalam satu frame sungguh tidak adil. Kalau Lastri tidak boleh dibuat, ya kasih saja alasab yang jelas tanpa perlu membawa-bawa nama Allah.

  • Riza
    November 25, 2008 at 4:35 pm

    sebagai warga Solo, sebenarnya kami menyayangkan hal itu terjadi. Sebab tak semua warga Solo bersikap anarkhis…Warga solo adalah warga yang sangat menghargai keragaman. warga solo adalah warga yang sangat egaliter….meski akhirnya dicideri oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan warga solo, dan berlindung atas nama moral dan agama membenarkan upaya tindakan anrkhis.

    Justru menurut kami, yang lebih memprihatinkan adalah, sikap Polri yang saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan penggayangan Preman di banyak tempat, justru di Karanganyar, Polisi melakukan Pembiaran terhadap premanisme “berjubah” meneror terhadap pekerja film dan bahkan terkesan tunduk terhadap perilaku preman “berjubah” tersebut.

    Tentunya disini telah terjadi pelanggaran HAM terhadap warga sipil dalam kebebasan berekpresi. Dimana Polisi melakukan pembiaran adanya teror yang dilakukan oleh sekolompok orang terhadap para pekerja seni, dan terkesan tunduk terhadap para preman……

    Jika hal ini dibiarkan, maka bisa berdampak terhadap kemerdekaan dari warga sipil yang bisa diberangus oleh segelintir orang yang menafsirkan sendiri soal ketentraman, agama, dll.

  • Robert
    November 26, 2008 at 4:08 pm

    Kebebasan bukan berarti bebas sebebasnya tanpa adanya aturan yang mengikat, itu adalah sebuah kekeliruan yang amat fatal, seharusnya para produser dan artis memiliki knowledge yang baik dalam berkreasi, kita hidup dinegara yang multi complex jadi apapun yang akan kita lakukan haruslah mempertimbangkan hal hal tersebut dengan penuh bijaksana karena kita diciptakan tuhan sebagai manusia yang baik, berakal dan beriman, janganlah menjadi manusia bodoh yang hanya mementingkan popularitas sesaat tapi menimbulkan bencana untuk yang lainya, kalau memang kita tau hal hal tersebut masih terlalu sensitif di negeri ini mengapa tidak lebih baik dihentikan saja, bukan malahan menantang melawan arus.

    Lastri ->mungkin hanya sebuah film tapi taukah kalian semua dampak dari sebuah tontonan terhadap physikologi dan tingkah laku seseorang?, sangat besar, apalagi film tersebut mengandung unsur unsur politik dan ajaran faham yang mungkin bertentangan dengan faham orang lain maka hal tersebut akan sangat membahayakan keharmonisan bangsa, janganlah selalu menciptakan “Antitesis baru”.

    Jangan hanya bisa menyalahkan golongan lain yang menentang, sesungguhnya hal tersebut adalah cambuk terbaik untuk memperbaiki diri, Saya setuju dengan tulisan “Vandoe” kita perlu mewaspadai faham faham buatan manusia tersebut, bangsa ini sudah cukup pintar untuk menilai sesuatu yang baik dan buruk

  • Anita S
    November 26, 2008 at 4:22 pm

    Komentar komentar yang ada banyak yang terlalu liberal, ternyata tingkat pendidikan yang tinggi di negeri ini hanya menciptakan pola pikir yang sangat bebas, Aku berlepas pada semua hukum buatan manusia dan cara pandang berpikir manusia yang lemah, Ya Allah ternyata orang yang menyampaikan kebenaran tidak diharapkan dinegeri ini, sungguh..jauhkan aku dari murkamu.

  • aldi
    November 28, 2008 at 1:13 am

    Ajaran komunisme??…..gini hare cing?…lah bapak moyangnya Rusia dan China dan rakyatnya dah jadi pengusaha Mc Donald dan makan Big Mac sama Coca Cola tiap hari….capek deh…..

  • Dhani Hargo
    November 29, 2008 at 12:39 am

    Wah wah berat.
    Komunisme bentuk anti Tuhan?
    Sepertinya bekas eks Tapol yang saya kenal cuma mngenal PKI sebagai Partai Tani
    Yang setuju pembatasan kekayaan individu.
    Sisanya mereka tetap menjalankan ibadah agama seperti biasa.

    PKI adalah orang-orang tanpa rasa humanis?
    Pembantaian di PKI Klaten apakah harus disebut humor?

    Saya malah jadi ingat omongan bapak saya;;

    “Jaman itu jaman perang le,
    Semua bawa golok, semua membunuh atau dibunuh.
    PKI kejam
    Tentara Kejam
    Organisasi keagamaan juga kejam.
    Mereka hanya mempertahankan posisinya masing-masing.

    Bunuh bunuh bunuh

    Masyumi dkk dengan alasan PKI tidak bertuhan.
    PKI dengan alasan kyai simbol priyayi.

    Siapa yang harus kita salahkan?

    Saya pribadi menyalahkan propaganda 30 tahun
    yang terlalu berlebihan.

    Untuk sisi filmnya, saya rasa daripada membahas isu PKI, mending kita lihat bahaya ideologi Ram Punjabi….budaya kita sudah hancur lebur di televisi.
    Komunisme bukan ya?

  • imcw
    November 29, 2008 at 4:56 pm

    Bahaya laten komunis akan selalu ada dan patut kita waspadai.

  • am2
    November 30, 2008 at 12:55 am

    mau dilarang ato ngga..
    tetep aja ga bakal nonton…..males…
    mening nonton miyabi ups….maaf

  • Nika
    November 30, 2008 at 6:09 pm

    Duh kasian Indo, pilem sejarahnya minim bgt. Mau buat pilem sejarah dr sudut pandang brbeda lgs dilarang. Apa org2 itu tau kalo gembar gembor kekejaman PKI itu cuma buatan Soeharto (ups maaf). Tim dokter forensik yg memeriksa jenazah para jendral lubang buaya tdk menemukan luka pnganiayaan spt yg dituduhkan kpd PKI. Luka yg ada adl krn popor senapan dan tembakan.
    Dgn dukungan AS yg jg punya kepentingan untuk membinasakan uni sovyet dan merampok hasil bumi Indo. Betapa mudah kita merasa sok tau. Sok benar sdr tanpa pernah mencari tau kebenaran yg sesungguhnya. Sy yakin ada yg brmain dlm menggagalkan pilem ini. Dan mereka punya kepentingan pribadi.
    Prinsip sy ya buat apa paranoid jika kt yakin punya benteng iman yg kuat? Paranoid cuma buat mereka yg tdk punya keyakinan.

  • Nika
    November 30, 2008 at 6:18 pm

    Sy setuju bahwa Raam Punjabi cs beserta pilem2nya justru lbh brbahaya. Pilem mrk selama ini sdh bnyk mengedukasi remaja dan anak2 kt dgn materi, jiwa yg menye2, ketakutan, teror, kriminal, dll. Itu lbh brbahaya dr sekedar komunis! (if we say China was komunis tp tiap hari kt mengkonsumsi dan brjualan produk mereka). Mental generasi muda jd taruhan. Dan memang generasi yg tdk mengalami tempaan spt thn2 awal republik kualitasnya jg tdk sebaik mrk yg ditempa.

  • whathefcuk
    December 1, 2008 at 12:26 am

    @yuswae
    “Solo makin menakutkan aja…”

    lo pikir solo lg perang apa???!
    pake’ acara ‘mnakutkan’ sgala…

  • jaka
    December 3, 2008 at 10:07 pm

    “kapan DN AIDIT dianugerahi gelar pahlawan nasional?”

    🙂
    Ngga deh. Ada2 aja. Pahlawan biasa aja bukan. Membuat filem dengan lakon seorang gerwani tdk brarti mendukung PKI kan ? Kalau saya bikin filem tentang Hitler bukan berarti saya diktator nasionalis bukan ?
    Ke-GR-an; sikap yg persis sama dengan kelompok yg melarang Lastri.

  • Anggara
    December 5, 2008 at 10:18 am

    urusannya apa sama komunisme sebagai ideologi, pengambilan latar menurut saya sih jauh dari ideologi komunisme. Dan lagipula kalau film itu merupakan propaganda komunisme kan bisa dijerat dengan pasal – pasal anti komunisme di KUHP. Entah apa dasar pelarangan itu yaa

  • Sillystupidlife » Blog Archive » C’mon… GET A LIFE, GUYS !!!
    December 9, 2008 at 2:34 am

    […] Perempuan selembut saya itu???… Ahhh, imposible… this is just too much… terlalu dilebih2-in pasti deh. Ini pasti cuma gosip murni, untuk mendongkrak popularitas Film “LASTRI” yang di produseri oleh Marzela Zalianty (yang syutingnya ditolak massa setempat, selengkapnya baca posting mas Iman deh. […]

  • Eru Reed
    December 9, 2008 at 4:30 pm

    Dari sejarah kita bisa belajar soal WHY…
    so mo sejarah baik maupun buruk…

    jadi ga cuma Sejarah masa sekolah dulu yang mengelu-ngelukan pihak atau orang tertentu sambil menindas dan membuat yang pihak lain hilang atau mencap mereka pendosa.

    * sigh *

  • ARI BRIMOB
    December 11, 2008 at 12:40 am

    SOAL FILM LASTRI INI ,bukan masalah mau munculkan komunis baru atau melakukan pembelaan terhadap gerwani, tapi bagi masyarakat terutama masyarakat pedesaan yang dulunya basis salah satu parpol kala taun 65 an jelas jelas hal tersebut menjadi phobia politik masyarakat kecil dimana kondisi poltik sebelum meletus G0 s PKI sampai awal kemunculan orde baru trsebut membuat masyarakat tidak tenteram dalam melakukan aktivitas politik sebagai salah satu simpatisan partai. setting film lastri yang di ambil pada masa revolusi tersebut membuat masyarakat menjadi phobia terhadap politik yang jaman taun 65 an dilakukan oleh PKI akan muncuk kembali di masa menjelang pemilu ini.

  • gre
    December 13, 2008 at 12:29 am

    padahal saya sudah daftar jadi salah satu pemainnya.

    jadinya ya batal deh..

  • WondNdeso
    December 14, 2008 at 10:05 am

    @Vandoe…

    ..Kembali ke Film LASTRI, kita tentunya tau siapa sebenarnya PKI tersebut, mereka memiliki faham anti tuhan,…

    Mas…mas… artinya komunis aja kagak tau malah ngumbar bacot disini. Sekolah dulu sono. Jangan-jangan setiap kali akses internet, loe juga buka-buka gambarnya Miyabi. Ngaku deh..

    Jangan sok tahu gitu ah.. haram hukumnya. Jangan menyama-ratakan seniman adalah para eksplotir sensualitas dan propaganda. Cobalah ikut berkecimpung sekali-sekali dalam dunia seni. Rasakan indahnya anugerah ilahi yang bernama cita-rasa. Pandanglah manusia dari sisi indahnya bukan dari sisi gelapnya.

    Vandoe… vandoe.. kemana aja loe????

  • caty
    December 24, 2008 at 3:19 pm

    ada kemungkinan ada salah satu pihak yang takut bila diputarnya film ini akan membongkar kebenaran sejarah yang selama ini telah disembunyikan dan diganti.

  • Wong Samin
    January 20, 2009 at 10:07 pm

    Emang betul kata nenekku: bangsa ini memang belum dewasa. Belum siap menerima perbedaan. Belum bisa menghargai kreativitas. Belum merdeka jiwa dan pikirannya.

  • Ramadhan Ali
    March 7, 2009 at 2:02 am

    Pendidikan, agama, serta moral dalam mental adalah intinya. Keseimabangan dianta 3 unsur itu yang akan membuat manusia saling menerima dan bisa menghasilkan karya yang bukan hanya bagus dan indah, tetapi juga bermanfaat.

  • Ramadhan Ali
    March 7, 2009 at 2:03 am

    Pendidikan, agama, serta moral dalam mental adalah intinya. Keseimbangan dianta 3 unsur itu yang akan membuat manusia saling menerima dan bisa menghasilkan karya yang bukan hanya bagus dan indah, tetapi juga bermanfaat.

  • jodi ibrahim
    October 16, 2009 at 4:02 pm

    waw sangat mengejutkan!!!

  • susiswo - banten
    March 29, 2011 at 4:18 pm

    perlunya ada sejarah yang sesuai fakta tanpa ada tambahan atau dikurangi alur ceriteranya,saya sendiri mengalami peristiwa 1965, syukur alhamdulillah di tempat saya (desa Gayamsari Semarang ) tidak ada pembantaian. partai paling dominan PNI,NU tidak mau balas dendam dengan PKI.

1 2

Leave a Reply

*