Browsing Tag

Gerwani

Berita hoaks sebagai alat balas dendam – Studi kasus penghancuran Gerwani

Berita hoax bukan monopoli era social media seperti sekarang. Sebagai disain komunikasi, maka dipakailah penyiaran berita hoax sebagai metode penghancuran PKI. Memang terbukti akhirnya rakyat terprovokasi untuk ikut memburu komunis dengan masivnya pemberitaan hoax secara terstruktur dan konsisten.
Berita yang dimuat Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha yang kemudian dikutip berbagai suratkabar dengan sejumlah tambahan seperti mata dicungkil dan lain lain, betul-betul membuat pembaca mual, marah sekaligus bergidik. Tak ada yang bisa membayangkan ada manusia yang bisa berbuat kejam di luar batas kemanusiaan seperti itu.

Banyak di antara mereka membayangkan para perempuan pelaku kekejaman itu bukan manusia. Mereka lebih mirip sebagai setan perempuan yang jahat. Jadi pertanyaan. Betulkah cerita itu sebuah fakta? Apa bukan sekadar fiksi ajaib dari sebuah imajinasi yang hebat ? Yang jelas dari sisi jurnalistik, berita tersebut bukan hanya meragukan, tapi sulit untuk dipertanggungjawabkan.

Cerita tersebut Jebih merupakan sebuah fiksi yang sengaja dihadirkan untuk memberi nuansa teror, sekaligus melegalisasi teror yang lebih kejam terhadap mereka yang dituduh bertanggungjawab atas pembunuhan para para pahlawan revolusi.

Kampanye atas kekejaman itu bukan saja dibuat atas dasar kebohongan dan cerita rekaan semata, tapi memang sengaja dirancang untuk menyulut kemarahan umum terhadap kaum komunia dan sekaligus menyiapkan panggung pembunuhan besar – besaran dengan alasan dendam rakyat.

Fakta asli tentang kondisi jenasah para korban sebetulnya bisa diungkap melalui publikasi hasil otopsi tim medis terhadap jenasah. Namun fakta ini sepertinya secara sengaja disembunyikan rapat rapat. Baru tahun 1987, Ben Anderson seorang indolog dari Universitas Cornell mengungkapnya dan menimbulkan kehebohan.

Continue Reading

Lastri dilarang syuting di Solo

Selalu ada yang hal hal yang ajaib tentang bagaimana sekelompok masyarakat menjadi benteng moral di negeri ini. Ini bukan berkaitan dengan UU Pornografi. Bukan itu. Ini tentang bagaimana sutradara Eros Jarot yang dilarang syuting di wilayah Solo.  Bukan dilarang oleh polisi atau Pemerintah, tapi dilarang oleh sebagian kelompok masyarakat di sana.
Kelompok yang menamakan – mengaku – perwakilan sejumlah elemen masyarakat di kota Solo menolak pengambilan gambar film LASTRI , yang rencananya akan dibesut di wilayah Solo.  Pasalnya, karena mereka menilai skenario film itu mengandung ajaran komunis. Demikian ujar Triyanto, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat kabupaten Karanganyar.

Menurut Eros, tokoh Lastri ini memang diceritakan sebagai tokoh GERWANI. Namun ia mengatakan sebagai kebebasan kreasi seni, sah sah saja mengambil latar belakang karakter komunis. Walhasil film yang akan dibintangi Lukman Sardi, Slamet Rahardjo, Marcella Zalianty dan Iga Mawarni harus ditunda atau mungkin dipindahkan lokasi syutingnya. Pabrik gula Colomadu juga akhrnya menurut desakan ini dan mencabut ijin syuting disana.
Bagaimana mereka bisa mendapatkan skenario itu juga hal yang ajaib. Karena skenario merupakan bagian internal sebuah produksi yang tidak disebar kemana mana. Pada umumnya masyarakat atau warga sekitar lokasi syuting tidak pernah tahu jalan ceritanya.

Continue Reading