Browsing Tag

Jogjakarta

Mbah Marto

Tidak sulit mencari rumah mbah Marto ini, dari belakang kampus ISI – Bantul Yogjakarta tinggal menyusuri jalanan di pinggir sawah dan rumah rumah, sebelum kita memasuki sebuah rumah batu bata yang tidak diplester. Dari samping kita langsung memasuki dapur berlantai tanah tempat ia memasak. Tipikal dapur kampung yang gelap. Semburat sinar matahari masuk di sela sela. Udara pengap, panas bercampur asap kayu bakar dalam tungku tungku tanah yang menggantang panci panci berisi krecek dan masakan. Beberapa bahan makanan masih berserakan menunggu di racik. Orang lebih mengenalnya dengan nama Sego Geneng Mbah Marto.

Sebuah dipan bambu di pojok tempat beraneka ragam masakan matang. Ada gudeg, ayam opor, krecek, sayur daun singkong dan mangut lele. Seorang perempuan tua di duduk di pojok sambil menghitung uang di kaleng. Dialah Mbah Marto, pemilik rumah ini. Sesekali ia beranjak ke ujung ruangan untuk mengulek bumbu bumbu dapur, sambil mempersilahkan kami mengambil sendiri makanan. Ada kesan tak perduli.

Kami bisa makan dimana saja, di dapur, di halaman teras atau di ruang makan di depan. Bebas dan self serviced. Mbah Marto juga menemani kami makan sambil bincang bincang ringan sambil meneruskan pekerjaannya di dapur.
Dia memang perempuan Indonesia mandiri. Sejak subuh sudah bangun belanja dan memasak, menyiapkan untuk tamu tamu yang ingin mencicipi masakan khas desa. Gudeg campur daun singkong atau mangut lelenya yang luar biasa.

Continue Reading

Renjana

Berbeda dengan versi penuturan aslinya bahwa Rara Jonggrang tidak mencintai Bandung Bondowoso. Sebenarnya justru setelah ‘ dikerjai ‘ oleh si puteri. Bandung Bondowoso mengejar Rara Jongrang yang lari bersembunyi di keraton ayahnya. Keraton Boko. Syahdan sambil memandang matahari tenggelam, si Bandung Bondowoso bisa meyakinkan kesungguhannya. Merekapun berpelukan. Semburat oranye menjadi latar silhoutte mereka berpagutan.Teramat lembut dan menggetarkan. Melupakan dendam dan berkawan rindu.
Kini Ia tidak menjanjikan seribu candi. Hanya sebuah candi kecil dibangun oleh Bandung Bondowoso. Tersembunyi dalam hati Rara Jongrang. Keajaiban sunset telah membangkitkan renjana di hati sang puteri. Sayang, tak ada yang mempercayai penuturan versi saya.

Continue Reading

Internet & Copyright ( 1 )

Jika karya tulis anda dicomot tanpa ijin, apa yang harus anda lakukan ? pertanyaan semacam ini memang menggelisahkan dan sangat menggoda untuk ditelaah lebih dalam. Sejauh apa produk perundang undangan hukum kita mencakup ke ranah dunia internet ?
Pemerintah baru akan menyiapkan Rancangan Undang Undang ( RUU ) Informasi dan Transaksi Elektronik yang akan disahkan DPR, yang kini masih dalam tahap sosialisasi kepada publik dengan melibatkan Pemerintah, dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informasi. Termasuk disini pelanggaran hak cipta.
Hanya saja kapan UU ini akan disahkan belum tahu. Jika berbicara masalah pembahasan Rancangan Undang Undang di DPR bisa bisa menunggu sampai tahun jebot. Sama seperti RUU Perfilman yang sudah bertahun tahun kertasnya menumpuk jadi debu. Tentu ini berkaitan dengan vested interest para pihak yang terlibat. Tidak bisa dibandingkan dengan UU Telekomunikasi, Perbankan, Pertambangan atau investasi lain yang bisa dengan cepat digulirkan. Sudah rahasia umum, bahwa pembahasan peraturan Undang Undang di DPR erat dengan kepentingan pemain raksasa, pemilik modal dsb.
Tak aneh juga Bank Indonesia kesandung KPK, karena menggelontorkan uang 100 milyar yang diantaranya dialokasikan untuk biaya pembahasan perundang undangan di dewan. Tanda petik – uang lelah dan dana operasional.

Continue Reading

Tulisan saya dijiplak dan dibuat Buku !

Akhirnya puncak copy paste dari tulisan saya terjadi lagi. Ceritanya kemarin saat menemani anak lanangku ke toko buku Gramedia, saya menemukan sebuah buku baru setebal 120 halaman yang berjudul “ Soekarno Uncencored – Benarkah Soeharto lebih baik dari Soekarno ? “.
Tentu saja sebagai pemerhati dan sekaligus ( mungkin ) Soekarnois, saya selalu mengumpulkan segala literature dan buku buku tentang sang proklamator.
Sungguh mengagetkan ternyata dalam Bab AKHIR YANG TRAGIS halaman 99 – 102 buku itu jelas jelas menjiplak tulisan ‘ Soekarno – Sejarah yang tak berpihak ‘ yang diterbitkan dalam blog pribadi saya pada tanggal 13 Januari 2008. Sementara itu buku ini terbitan edisi 1 bulan Maret 2008.

Buku ini secara terbuka melakukan penjipkakan tanpa meminta izin dari saya, atau mencantumkan sumber penulisan. Jika diperbandingkkan dengan tulisan asli, ia hanya menghapus paragraf awal dan akhir, serta menghapus kalimat atau kata kata yang menyebutkan keterlibatan orangtua saya. Seperti ketika orangtua saya sungkem jenasah atau kata kata ‘ kembali ke penuturan ibu saya ‘. Karena dalam tulisan di blog, saya menceritakan apa yang dituturkan oleh ibu saya. Selebihnya benar persis plek ketiplek.
Dari kutipan bahasa asing, titik koma, huruf miring dan kalimat. Silahkan anda bandingkan isi postingan saya diblog dengan halaman 99 , halaman 100 – 101 , dan halaman 102 dari buku tersebut.

Continue Reading

Senja di Ratu Boko

gerbang-ratu-boko.jpgSyahdan Rara Jonggrang, seorang putri Raja Boko mengajukan syarat kepada Bandung Bondowoso yang hendak meminangnya.
Berikan aku seribu candi dalam semalam, maka kuberikan cintaku padamu “.
Tentu saja Rara Jonggrang tak akan menduga kalau dengan kesaktian dan dibantu prewangan jin jin, Bandung Bondowoso dengan mudah menciptakan candi candi itu. Cemas karena mendekati candi ke seribu, Rara Jonggrang mengatur siasat dengan membuat kegaduhan dan membangunkan hewan hewan piaraan. Kokok ayam membuat Bandung Bondowoso mengira hari telah pagi dan gagal memenuhi tugasnya.
Kelak setelah mengetahui bahwa ia diperdaya oleh sang putri. Bandung Bondowoso melepaskan kemarahannya dengan mengutuk Rara Jonggrang menjadi patung Btari Durga yang kini berdiri tegak di pintu masuk Candi Sewu .

Continue Reading