Bagi saya sosok asal Tana Toraja ini adalah jawara sepakbola Indonesia. Sewaktu saya kecil, saya mengidolakan eks kapten PSM Ujung Pandang, Warna Agung dan kesebelasan nasional PSSI. Bagi saya juga Ronny Patinasarany lebih hebat dari Iswadi Idris, Waskito atau Risdianto.
Pada jamannya, ketika kompetisi sepakbola professional pertama – Galatama – digulirkan, saya rela menonton naik mobil truk, dan berganti menumpang lagi untuk sampai di Stadion Utama Senayan. Menonton final Galatama antara Jayakarta melawan Warna Agung. Tentu saja Warna Agung yang menang.
Karena tak bisa ada dua matahari dalam satu team. Ronny Patti harus menunggu beberapa lama sebelum Iswadi Idris melepaskan ban kapten team nasional kepadanya.
Waktu itu saya berharap bisa ikut berlatih di tim junior Warna Agung. Hanya karena tempat latihannya di daerah Ancol, terlalu jauh dari rumah sehingga ayah saya memasukan ke Jayakarta, di Ragunan.
Setiap sabtu minggu , kami berlatih. Kadang Anjas Asmara atau Sutan Harhara melihat dan memberikan bekal teknik kepada anak anak kecil sebaya saya yang berharap – bermimpi – menjadi pemain sepak bola tenar.
Dan saya masih berharap seandainya saya berlatih di Warna Agung, tentu bisa melihat Ronny Pattinasarany berlatih sepak bola.
Sampai akhirnya saya berhenti bermain bola. Karena terlalu bandel, kepala saya gegar otak, dan dilarang dokter selama setahun bermain bola.
Akhirnya saya melupakan cita cita menjadi pemain bola. Tetapi tetap kekaguman terhadap Ronny Pattinasarany tak pernah luntur. Konon, ia dianggap memiliki teknik yang paling tinggi dalam sejarah persepakbolaan nasional.
Gaya permainannya elegan, dan menjadi irama bagi permainan teamnya. Skillnya luar biasa dan mumpuni.
Saya teringat ada pertandingan antara PSSi melawan Washington Diplomats yang diperkuat Johan Cruiff menjelang masa pensiunnya. Suatu ketika ada bola lambung meluncur jauh ke jantung pertahanan Indonesia. Hanya Ronny sendirian – menjadi libero – didepan penjaga gawang.
Dengan tenang posisi badannya tetap mengarah depan. Tanpa menoleh ke belakang ia mendorong kakinya kebelakang. Seolah ia tahu dimana bola itu akan jatuh. Mak dulll, bola tepat jatuh dibelakang tumit sepatunya, dan pelan bergulir diberikan ke penjaga gawang. Tidak melenceng dan tidak salah arah. Saat itu Johan Cruiff terkesima dengan teknik tinggi yang diperlihatkan sang kapten PSSI.
Ketika pertandingan selesai. Semua orang mengejar ngejar Johan Cruiff untuk meminta tanda tangan dan photo bersama. Ia justru mencari cari Ronny Patinasarany. Tak heran waktu itu Ronny juga masuk squad team Asia All Star. Sementara pemain pemain dari Arab baru bisa belajar menendang bola, lalu Jepang baru mengirimkan delegasinya untuk studi banding ke Indonesia. Belajar mengelola kompetisi profesional.
Ronny juga punya kebiasaan aneh. Ia suka merokok. Lebih anehnya nafasnya tidak pernah ngos ngosan, dan selalu kuat bermain 2 x 45 menit.
Kini sang maestro telah tiada. Hilang salah satu legenda sepakbola nasional.
Dalam acara Kick Andy di Metro TV, Ronny pernah diundang datang. Bukan sebagai pemain bola, tetapi sebagai ayah yang turun tangan melepaskan anak anak dari jerat narkotika. Ia melepaskan pekerjaannya sebagai pelatih, hanya untuk sehari hari membantu ketergantungan obat obatan anak anaknya.
Ia berhasil menyelamatkan jiwa anak anaknya. Namun ia tak berhasil menyelamatkan nyawanya sendiri dari penyakit kanker.
Suatu hari saya bertemu dengannya di studio RCTI. Saya bertanya mungkinkah sepakbola Indonesia bangkit seperti jaman jaman dahulu. Setidaknya untuk kawasan Asia. Ia hanya menggeleng.
“ Tak mungkin “.
Saya hanya tersenyum. Tidak salah saya memilih mengidolakan klub luar negeri, Arsenal. Tidak seperti ayah saya yang selalu bercerita tentang Ramang, Waskito dan Ronny Patinasarany. Saya lebih baik bercerita Kaka atau Thiery Henry kepada anak saya.
PSSI ? Buat apa buang buang waktu untuk sebuah kesebelasan dagelan.
63 Comments
serdadu95
September 25, 2008 at 12:28 amPSSI…?? Sad But True !!!
Donny Verdian
September 25, 2008 at 12:33 amHehehehe, mengena lagi Mas.
PSSI emang payah, ngurus ketum aja susah apalagi berprestasi, ah benar kata almarhum, sepertinya memang tak mungkin tim kita bicara di kancah Asia setidaknya.
Padahal bayangkan, ada 200 juta orang lebih tapi tak bisa mencari 11 orang, aih!
aRuL
September 25, 2008 at 2:27 amlebih hebat mana Om ronny atau ramang mas? 😀
wah nama besar Om ronny tentunya sangat melekat dengan kita, legenda sepakbola yang tentunya akan semakin dikenang.
Anang
September 25, 2008 at 3:00 amhidup arsenal, mas! *salaman*
mending jagoin tim luar ya mas. eh, memang beliau ini legenda bola yg tak tergantikan bagi indonesia.. *nunggu ada nama stadion ronny pati*
Rasyeed
September 25, 2008 at 3:51 amArsenal? Ah… Chelsea sajalah… 🙂
Dony
September 25, 2008 at 4:40 amKepengurusan PSSI aja cuma dagelan, apalagi tim yang mereka bina :p
mantan kyai
September 25, 2008 at 4:47 amkalo saya tetep il diavolo roso lah 😀 forsa milan. eh selamat jalan om ronny.
silly
September 25, 2008 at 6:06 amWah..wah.. selain berbakat jadi ‘guru sejarah’ (terutama yg berbau2 sukarno), mas Iman juga ternyata jago jadi reporter sepakbola 😀
*otak iseng juga muncul*
mas…mas… ada yang aneh ama kalimat ini
Merokok kok aneh sih mas, perasaan laki2 merokok tuh, biasa ajah, hahahahahaha… Eiiitt, tunggu dulu, tahan dulu… sebelum mentung2 saya… tak kasih contoh laki2 yg merokok lagi… Mas Chrisye merokok, paman tyo merokok, padkhe mbilung merokok, kakek saya ngerokok, paman saya ngerokok, mbok venus… tika banget… ngerokok… ehhh, mereka berdua perempuan yah, salah deng… pokoknya banyak kok laki2 yang merokok… apanya yang aneh???…. *pura-pura bego* 😛
Anyway, soal kopdar… asal saya diajak main pelem, jadi babu juga ndak popo… saya mau deh… ini 10 hari kedepan saya menajlani training sebagai babu beneran, hahahaha… welcome to the real multitasking world 😀
Mas Iman pulang kampung?… selamat mudik yah, hati2 dijalan yahhh, tangannya dijaga,… jangan nyopet maksut saya, hahahahaha… 😉
*babak belur dihajar mas iman*
danalingga
September 25, 2008 at 6:40 amPSSI memang dagelan. Kasian.
Memanfaatkan Wordpress
September 25, 2008 at 6:59 amInnalillahi wa innailaihi rojiuun
Dilla
September 25, 2008 at 7:23 amMas iman pernah gegar otak?? Skr udah gpp kan tapinya?
BARRY
September 25, 2008 at 7:44 amMendengar nama-nama yang mas iman sebutkan tiba-tiba saya jadi ingat saat dulu masih “kecil” sering mendengar keluarga yang secara semangat mengidolakan PSSI. Sekarang bukan saja saya tidak pernah nonton PSSI, nonton bola saja jarang 🙂
edratna
September 25, 2008 at 8:31 amSaya masih ingat zaman nya Ronny Patinasarany, Iswadi Idris dll…..saat itu sepak bola Indonesia masih menggairahkan. Sayang makin lama yang terkenal kok malah tawurannya, gontok-gontokan pimpinannya…..
Kapan ya kita bisa bangga lagi sama sepak bola Indonesia?
Setiaji
September 25, 2008 at 8:37 amwah kalo sang maestro saja bilang “tak mungkin”, bisa jadi karena melihat sepakbola nasional adalah PSSI. kalo gitu harusnya PSSI dibubarkan, ganti dengan organisasi baru dan orang2x baru yg hanya punya satu tekad, membangkitkan kembali kebanggan sepakbola nasional dengan prestasi, jgn diisi oleh mafia lagi…
didut
September 25, 2008 at 8:56 amhah silly minta ‘dihajar’ mas iman?!? hihihi~
hmm..tentang PSSI memang sdh byk yg gave up mas, sy aja jadi muak ngeliatnya tp kasian juga sama pemain-pemainnya yah
siska
September 25, 2008 at 9:09 amhmmm saya akrab dengan nama ronny patinasarany, karena beliau sering jadi komentator bola…eh tapi sebelumnya pernah muncul di lirik lagunya P Project, lupa judulnya…hehehe…
PSSI? Hmmm…hmm…hmmm…. :p
Tyas
September 25, 2008 at 9:26 amPSSI ya mz….jadi inget, kl di rumah lagi ntn bareng pertandingan PSSI bareng 2 adek cowok sy dan ayah sy, rumah lgs jadi ribut banget kayak di pasar, tapi bedanya yg keluar malah suara2 seperti “Gob***” atau “liat bolanya doong” atau juga “piye too”
tapi biar gitu mz, PSSI bisa bikin orang2 Indonesia tiba2 jadi nasionalis loo mz, masi inget pas indonesia lawan korea di piala tiger tahun lalu, senayan penuh banget mz, dan kerasa banget euphoria nasionalisnya, biar kalah juga akhirnya hehehe
biar begitu…nanti kalo sy sudah punya anak (nikah aja belom :p), sya juga akan cerita soal cech fabregas dan arsenal (saya lebih suka yg muda :D) kok….inter milan juga, eh barcelonanya juga ga boleh ketinggalan hihihihi
BTW ijin ngelink ya mz…matursuwun
Chic
September 25, 2008 at 9:47 amdulu waktu masih tinggal di Jogja and tetanggaan sama Om Iswadi (almarhum), suka iseng ikut ngeliat anak-anak Mataram Indocement latihan (secara latihannya di depan rumah saya… hihihihi). Ngobrol-ngobrol dengan Om Is, believe or not Mas, Om Is juga punya kepesimisan yang sama dengan sepak bola Indonesia sekarang, tapi tetap mendukung dengan tetap aktif di PSSI…
ada apa sih ya dengan sepak bola kita?
BloGendeng
September 25, 2008 at 10:01 amJujur saja aku malu kalo ngomong soal sepak bola Indonesia,mas. Mental sebagian pemain dan suporternya harus dapat perlakuan khusus. Bahasa jawanya “brainwashed” hehe..harus dicuci otak. Apalagi tiap aku nonton di tv pasti permainanya sama dengan anak-anak yang main di jalanan kampung. Kasar dan seperti nggak pake teknik yang elegan. Mungkin latihannya bagus, tapi karena mengedepankan emosi di lapangan, seakan-akan jad ngawur. Kalo itu nggak dirubah juga, ya nyampe kiamat nggak maju.
Moga-moga ada keajaiban…
iman
September 25, 2008 at 10:32 amsetiaji,
yang jelas bossnya organisasi jangan kriminal saja..
silly,
mari tung..tung, iya aneh , karena satu satunya pemain sepakbola yang merokok disela sela latihan, atau bertanding. Biasanya olahragawan nggak ngerokok
Nayantaka
September 25, 2008 at 10:42 amHedi mana?
Aris
September 25, 2008 at 10:44 amPSSI dagelan? wah jangan gitu mas. PSSI justru kita mesti menghargai sbg organisasi yg visioner dgn program2 yg jauh ke depan dlm mengembangkan sepakbola Indonesia. Enggak percaya? lihat saja program2nya, mungkin hanya PSSI lah satu2nya organisasi sepakbola di dunia yg punya program pencarian bakat di LP. Bahkan untuk merealisasikannya, tidak tanggung2 sang Ketua Umum sendiri yg masuk LP.
Btw di EPL saya tetap menjagokan MU dibandingkan Arsenal dlm merebut gelar jawara.
ocha
September 25, 2008 at 10:49 amohhh… gitu toh. baru tahu kalo om ronny itu dari tana toraja dan merokok pulakk.. waksss kan pemaen bola, kok bisa yooo…
aiiiih, mas Iman lebih milih menceritakan pada anaknya tentang KAKA dan thierry henry 🙂
kalo saya jelas, anak-anak harus sudah dibaptis sejak kecil menjadi milanisti 😀
Timnas PSSI, sudah lumayan sebenarnya, cuman butuh orang yg berkomitmen tinggi mau memajukan sepakbola Indonesia, bukan hanya mikirin perut sendiri doang.
Eh saya jg tetap cinta Persipura, dan anak2 mutiara hitam yang main di timnas kita 😀 selain AC Milan.
hans
September 25, 2008 at 11:00 amjadi kepengen liat om ronny main di masa jayanya…
ada rekamannya gak yah di youtube?
bangsari
September 25, 2008 at 11:40 amhahaha. penutup yang miris.
serdadu95
September 25, 2008 at 11:43 amTo: Ronny..
————-
Fortune, fame
Mirror vain
Gone insane
But the memory remains
Heavy rings on fingers wave
Another star denies the grave
See the nowhere crowd cry the nowhere cheers of honor
Like twisted vines that grow
Hide and swallow mansions whole
And dim the light of an already faded primadonna
…..
Fortune, fame
Mirror vain
Gone insane
But the memory remains
Ash to ash
Dust to dust
Fade to black
But the memory remains
[** The Memory Remains, Metallica, Album: Reload/1997 ** ]
za
September 25, 2008 at 1:07 pmbeuh! jadi makin pengen pulang…. soale inget pas bapakkuw dengerin dari radio…. yang sampe sekarang za gak tau apa enaknya dengerin bola…..
Hedi
September 25, 2008 at 1:08 pmlha ya kan, mantan pemain, kapten, pembina, pelatih dan pengurus sepakbola kita aja pesimistis, apalagi orang awam ;))
fisto
September 25, 2008 at 5:27 pmjadi makin penasaran dengan sosok ronny patinasarany nih….sewaktu saya udah mulai melek sepakbola, dia udah jadi komentator sih…jadinya saya ga pernah liat dia ketika di lapangan hijau deh… 🙁
Yoyo
September 25, 2008 at 6:31 pmlangkah kaki orang Indonesia tertinggal lebih dari dua langkah dalam gerakan lari, nggak akan bisa ngejar !
Kang Iman, sama ya, dengan saya : Gunners Now, ARSENAL !
Bagas
September 25, 2008 at 6:52 pmPSSI? Jangan memasukkan itu dalam percakapan, Karena malah akan mengotori indahnya sepakbola *halah*
Embun
September 25, 2008 at 7:30 pmPSSI… sekarang menjadi Psst….!!!
Diam aja ah. Seandainya Abramovich melihat potensi PSSI, pasti dibeli nih organisasi…. Indonesia bisa juara dunia..
duniafannie
September 25, 2008 at 9:02 pmOoooohh.. sakit kanker ya meninggalnya?
^manggut2^
Andy MSE
September 25, 2008 at 9:10 pmMohon maaf lahir batin
Ray
September 25, 2008 at 9:11 pmSaya malah berharap Sepak bola di Indonesia ini dihentikan saja, karena setiap kali ada pentas, selalu diikuti dengan kericuhan dan keonaran oleh penonton dan suporter, baik di dalam arena maupun diluar arena.
Penyakit ini sudah sangat parah .. dan entah kenapa kok mereka para supporter dengan amat bangganya jika bisa melibas dan menyakiti atau merusak supporter lainnya.
Mas mas.. kenapa sih harus selalu ada keonaran dibalik kemeriahan?
Ray
September 25, 2008 at 9:17 pmDan dulu sebenernya aku suka sepak bola (waktu kecil) sampai suatu saat diajak oleh Bapak melihat pertandingan langsung di stadion trikoyo klaten. dan terjadihal hal itu, semua ribut saling baku hantam antara pemain suporter dan wasit. sejak saat itu kecintaanku pada sepak bola sudah punah.
Daus
September 25, 2008 at 9:28 pmAlmarhum adalah sahabat bapak saya, almarhum adalah seorang berdarah ambonesse yang lahir dan besar di Makassar sulawesi. Bapaknya kalo tidak salah salah satu pengurus PSSI, almarhum RONNY dimakamkan di sandiago hill”s di kerawang semoga arwahnya tenang disana. Oh iya salam kenal buat mas IMAN BROTOSNO yang udah pernah ke BANDA , kapan mau bepergian ke daerah timur lagi.
Daus
September 25, 2008 at 9:30 pmmaaf salah mengeja namanya mas “IMAN BROTOSENO”
rizoa
September 25, 2008 at 11:16 pmmaav lahir dan batin iah..maavin rizoa…
genthokelir
September 25, 2008 at 11:22 pmYa itulah milik kita ya MAs gimana lagi nasionalisme kita kadang jadi nggak ada artinya sih karena yang di banggakan PSSI malah isinya mengecewakan
genthokelir
September 25, 2008 at 11:25 pmoh iya Lupa Mat lebaran mohon maaf lahir dan batin mas
odiboni
September 25, 2008 at 11:38 pm@silly
Merokok tentu saja hal yang aneh bila anda adalah seorang atlet terlepas apakah anda laki-laki atau perempuan
andrias ekoyuono
September 26, 2008 at 12:25 amSelain sepakbola, keteguhannya dalam mencintai keluarganya sangat mengagumkan. Rela melepaskan pekerjaan dan sempat dihadang banyak kesulitan demi melepaskan sang anak dari jeratan narkoba, bahkan sampe rela nongkrongin rumah bandar narkoba.
Selamat Jalan Bung Ronny ! Ayah dan pesepakbola tangguh.
bintang
September 26, 2008 at 12:39 amhhhmmmm…gak suka sepakbola sihhh jadi bingung euuuyyyy mo ngasih comment apa…hehehe
leksa
September 26, 2008 at 3:28 amjangan gitu mas,..
gini2 saya masih menyimpen harap2 cemas di setiap pertandingan timnas,..
menyisakan waktu di setiap mereka berlaga…
walo akhirnya cuma memaki kecewa…
saya yakin semua penggila bola di Indonesia, masih mengintip ketika Timnas bertanding…se-desperate apapun, seperti mas Iman…
bukan begitu? hahah..
leksa
September 26, 2008 at 3:44 amOhya, soal Ronny Patinasarany..
dia jadi idola saya sejak mendengar Project Pop membuat lagu kloningan berlirik sepak bola indonesia…
sampai saya mencari-cari cerita soal Timnas dulu dari alm. bapak dan Om saya..
Kata Alm. bapak saya waktu itu, “sayang dulu cuma bisa dengar di radio..”
Manusiasuper
September 26, 2008 at 3:53 amKasian juga seh, pemain PSSI ngos-ngosan di lapangan dan latihan, tapi ujung-ujungnya yang untung malah pengurusnya… Met Jalan Om Ronny…
kenny
September 26, 2008 at 7:34 amnama dunia persepakbolaan indonesia yg aku kenal cuma ronny patinasarany
kaudanaku
September 26, 2008 at 1:14 pmPSSI??? masih ada tho???
wku
September 26, 2008 at 2:48 pmkayaknya baru kemarin saya menikmati komentar-komentar bung ronny saat pertandingan live di layar kaca… salam buat bang iman dari liverpudlian. maaf lahir batin.