Lelaki itu bernama Totok Suryawan Soekarnoputra. Dia mungkin tak meminta dilahirkan sebagai anak Presiden pertama Republik ini, Soekarno. Tetapi nasib yang mempertemukan ibunya, Kartini Manoppo menjadi istri kesekian dari Bung Karno. Sialnya, negara tidak mengakui status perkawinan orang tua mereka.
Negara hanya mengakui hak hak dan tunjangan untuk 5 istri sang Presiden. Setelah turunnya Bung Karno, mereka diusir dan rumah megahnya di bilangan Cawang di sita negara. Sejarah sekali memihak kepada pemenangnya. The Winner takes it all.
Siapakah yang berhak menentukan apa yang mesti negara berikan untuk rakyatnya. Tentu tidak senaive JFK dengan semboyannya ‘ Jangan minta apa yang negara bisa berikan, tapi tanyakan apa yang bisa kau berikan untuk negaramu “.
Ketika krisis keuangan yang merontokan bursa saham. Membuat banyak orang orang kaya yang kehilangan segalanya. Sebuah sistem pasar yang hanya dinikmati segelintir – mereka pemilik modal besar – dan sedikit sekali pengaruhnya pada perkonomian nasional, dibanding kontribusi perbankan dan sektor riil.
Ini memang berbeda. Hampir semua warga negara Amerika memiliki investasi terkait dengan pasar modal. Sedangkan di Indonesia hanya segelintir warga kelompok the haves yang menikmati keuntungan dari sini.
Anehnya, mereka yang hanya segelintir ini bisa berteriak seolah akhir jaman dan ancaman krisis moneter 1997 akan terulang lagi. Jaringan media yang mereka kuasai bisa menakutkan masyarakat pembaca. Perekonomian akan runtuh. Padahal kehidupan di pasar pasar tetap berjalan seperti biasa, dan tidak ada kepanikan masyarakat untuk menarik uangnya dari Bank.
Artinya bahwa ketahanan ekonomi mikro rakyat kecil memang tangguh dan tak terganggu. Mereka yang selalu dikorbankan dan tidak berpretensi meminta apapun kepada negara atas hidupnya yang makin sulit.
Sekelompok kecil tetap bisa mempengaruhi Pemerintah untuk melakukan intervensi di Pasar Bursa. Sekali lagi Pemerintah mengulangi kebodohan – konon – menalangi sampai 14 trilyun. Coba terangkan kepada saya yang bukan ahli ekonomi ini.
Memang tidak sebanyak ratusan trilyun dana talangan BLBI, tetapi dana yang hampir sama jumlahnya dengan dana Bantuan Langsung Tunai ( BLT ) akan lebih bermanfaat jika dicemplungkan bagi kegiatan sektor riil, program program membuka lapangan kerja, kredit mikro pedagang dan pengusaha kecil.
Ini membuktikan Pemerintah lebih sensitive terhadap jeritan ‘ kelompok saudagar kaya ‘ daripada rakyat kecil. Keberpihakan yang tak adil.
Joseph Stiglitz, peraih nobel bidang ekonomi sudah wanti wanti, agar pemerintah tak mensubsidi pemain saham. Mereka adalah kalangan berpunya yang sudah semestinya tahu resiko permainan ini. Bisa untung besar atau tiba tiba buntung. Selain itu masuknya dana segar dari Pemerintah bahkan bisa memicu spekulator.
Mungkin ada yang membantai dalil dalil murahan diatas. Alasannya dana talangan Pemerintah akan menyegarkan bursa. Membeli kembali saham saham BUMN yang rontok. Tapi bukan itu permasalahannya. Ini sekadar politik balas budi.
Apakah Jusuf Kalla bisa menolak permintaan Aburizal Bakrie yang telah membantu ‘ moril dan materiil ‘ sehingga ia terpilih menjadi Ketua umum Golkar beberapa tahun lalu di Bali. Ia juga meminjamkan jet pribadinya yang mewah – dengan panel interior bersepuh emas – untuk rombongan wapres menuju Paris pada hari lebaran kedua.
Totok Suryawan pada akhirnya sadar bahwa ia sama saja seperti rakyat kecil lainnya. Ia hanya anak gelap Soekarno. Ia juga harus terus berjuang untuk tetap hidup. Dengan vespa bututnya keluaran tahun 1964, ia berjalan mengelilingi Jakarta menyebar undangan acara peringatan haul Bung Karno. Ia tidak berharap honor dan makan nasi bungkus bersama pekerja lapangan panitia acara ini. Sementara saudara saudara tirinya datang dengan mobil mewah, sebagai undangan yang duduk di sofa empuk didepan panggung.
“ Ini yang bisa saya lakukan untuk membuktikan cinta saya pada bapak dan negara “ katanya lirih.
Ia seperti Adipati Karna yang terbuang dari ibu kandungnya Dewi Kunti, yang dicemooh oleh saudara saudaranya Pandawa Lima. Karna hanya bisa pasrah dan terus bekerja, mengabdi kepada negaranya Hastina. Demikian pula rakyat kecil, para pedagang pasar yang tak pernah menunggak cicilan kreditnya di Bank Perkreditan Rakyat. Selalu patuh membayar angsurannya. Karena mereka sadar hanya anak tiri negara ini.
Yang bisa berharap orang tuanya memberikan sedikit rezeki yang sebagian besar telah dihabiskan kepada anak kandungnya, para saudagar kaya.
Ketika gempita gemuruh perayaan Haul Bung Karno. Totok mungkin terpekur di balik panggung. Ia menerawang jauh, persis seperti Karna yang sedang membersihkan pelana kuda di Istana. Sayup sayup mendengar gelak tawa saudara saudaranya Pandawa dan Kurawa sedang bermain judi. Serta isak tangis Drupadi yang dipertaruhkan.
84 Comments
yuswae
October 15, 2008 at 6:23 pmgmana kalo mas totok disuruh bikin partai juga mas?
biar rame…
hehehehe
roi
October 15, 2008 at 6:42 pmTapi mas, bahkan Adipati Karna pun akhirnya menjadi ‘andalan’ para saudaranya untuk, yang lebih miris, bertempur dengan saudaranya sendiri (Arjuna).
…karena cerita kehidupan masih akan berlangsung terus dan tidak akan berakhir disini…
mantan kyai
October 15, 2008 at 6:44 pmBahkan jika para saudagar itu harus masuk penjara. Mereka akan disambut karpet merah.
Kita memiliki rakyat kecil bjiwa besr. Hdp indonesiah!
Anang
October 15, 2008 at 7:08 pmbenar-benar deh, tidak ada keberpihakan untuk rakyat kecil… contoh sederhana pkl digusur semena-mena woh… pemodal yg disayang-sayang. doh memang negeri ajaib….
bayu
October 15, 2008 at 7:10 pmtulisanya mantaf mas… mak nyus…
tapi memang.. ibu yang satu itu cuma sibuk jual aset negara waktu berkuasa…
keep writing…
Gun
October 15, 2008 at 7:32 pmPaling nggak rakyat yang “anak tiri” mencoba berusaha sekuat tenaga agar diakui, seperti usaha Adipati Karna. 😀
arifudin
October 15, 2008 at 8:31 pmkeep wrtting 🙂
edratna
October 15, 2008 at 8:36 pmSaya baru tahu cerita ini mas Iman…..
ichaawe
October 15, 2008 at 9:38 pmTotok Suryawan??? looh ini si mas totok blogger itu kah??? namanya pun totok s, webnya pun totoks.com … diakah??? 😛
Rasyeed
October 15, 2008 at 9:45 pmMungkin, secara garis besar sebagian rakyat indonesia bisa di kategorikan sebagai rakyat masochis yang “menikmati” nyeri dan luka atas siksaan sebagian golongan rakyat indonesia lainnya -yang the have dan memiliki kekuatan /kekuasaan- yang menjadi pelaku sadism.
Indah Sitepu
October 15, 2008 at 9:58 pmMas, keseluruhan anak Soekarno sebenarnya berapa?
pertanyaan ga penting banget yahh 😛
SJ
October 15, 2008 at 10:44 pmterlanjur basah barangkali. kalo tidak ditalangi nanti menimbulkan efek domino [konon]. jadi, sampek kapan pun harus dilindungi [barangkali]. atau bila suatu ketika ada perubahan sistem ekonomi.
Epat
October 15, 2008 at 11:26 pmbaru tau mas ada si totok ituh. soekarno emang dah….
Aris
October 16, 2008 at 12:25 amBisa jadi Mas Totok anak gelap Soekarno, tapi rakyat mestinya bukan anak gelap negara. Hanya saja rakyat nasibnya memang seperti anak tiri dalam film Ratapan Anak Tiri yang dimainkan Faradila Sandy … terabaikan dan tersia-siakan, hanya diingat menjelang pemilu, baik lokal maupun nasional, sbg deretan angka yg digunakan utk mendudukkan seseorang sbg pejabat negara, bukan abdi negara.
Btw Totok Suryawan bener anaknya Soekarno? baru denger …
Donny Verdian
October 16, 2008 at 12:32 amAih, setelah barusan mbaca buku “ISTRI-ISTRI BK” trus ngebaca tulisan ini seperti mendapatkan kelanjutan cerita 🙂
bangaip
October 16, 2008 at 12:49 am@Ichawae: Setahu saya, totoks.com itu bukan Totok Suryawan. Tapi Totok S(elain itu).
Hehe. Maap Mas Iman, ini komen ndak penting.
Tapi saya memang penasaran waktu melihat ada info kalau ternyata ada lagi anaknya Bung Karno yang meneruskan tradisi bapaknya menulis. 🙂 Sebab setahu saya hanya Mas Tok (bukan Totok, tapi Guntur) dan Mbak Rahmawati saja yang menulis.
Ooh maaf, ralat, saya salah. Ibu Mega rupanya juga sering menulis buku…
buku tamu
ambar
October 16, 2008 at 1:05 amkebetulan Paul Krugman memenangi Nobel Ekonomi tahun ini. Salah satu paradoks Wall St ya mas.
hanggadamai
October 16, 2008 at 1:42 amikhlas kuncinya (mungkin)
Leah
October 16, 2008 at 7:36 amPengen nangis rasanya saya baca posting ini *ih..lebay gak sih Mas ?
Saya nangis karena prihatin sama rakyat kecil yang selalu dikorbankan, yang selalu terpinggirkan, yang selalu dianggap bodoh, TAPI ternyata punya “ketangguhan” untuk bikin republik ini tetap survive ditengah krisis !
angki
October 16, 2008 at 9:32 amMas Iman, Totok Suryawan masih di JKT-kah? bisakah saya berkenalan dengannya jika saya ke JKT nanti?
*riset kecil-kecilan*
moh arif widarto
October 16, 2008 at 10:24 amMenurut saya, kembalikan saja bursa saham kepada ideologinya, yaitu pasar bebas. Kalau memang mau anjlok sampai indeksnya mencapai angka NOL ya biarkan saja.
Bursa saham hanya merupakan portfolio investasi. Besarnya kapitalisasi pasar di bursa saham tidak identik dengan besarnya lapangan kerja. Tinggi-rendahnya harga saham juga tidak mencerminkan besar-kecilnya tenaga kerja yang diserap. Buat apa menyelamatkan para spekulan, para tukang judi.
Saya setuju, Rp 14 Trilyun cukup untuk mengolah sawah sejuta hektar. Dengan asumsi setahun panen 3 kali, dalam setahun dananya akan menjadi Rp 42 trilyun. Duitnya bisa berkembang. Coba itu, diguyurkan ke bursa saham. Apa kembalinya untuk negara atau rakyat?
Salam untuk Pak Totok Suryawan.
Hedi
October 16, 2008 at 10:33 amsoal dana talangan itu, boleh jadi emang ga pada tempatnya pemerintah menyokong kalangan the haves yg maen di stock market. tapi pasti pemerintah juga meliat efek yg lebih luas, mas, apabila krisis yg bermula dari pasar modal nggak disiram duit pemerintah. akan ada multiply efect yg justru lebih gawat dan berbahaya buat masyarakat kebanyakan.
kebijakan bail out ini juga dilakukan di negeri G7, juga dikritik abis2an kok…serba salah buat pemerintah 😀
itikkecil
October 16, 2008 at 10:48 amAnggaplah saya tidak peka… tapi saya sepakat dengan mas Iman, saya merasa tidak ada pengaruhnya krisis yang sekarang ini. toh kehidupan masih berjalan seperti biasanya. kalaupun ada investor yang rugi karena pasar saham anjlok, mereka kan seharusnya sudah tahu resikonya seperti apa.
iman brotoseno
October 16, 2008 at 11:04 amAngki,
Mau riset apaan ? he he
Hedi,
Efek yang tidak pernah ada hed. Amerika menalangi karena hampir seluruh warganya bermain di pasar bursa dan investasi. Di Indonesia tidak, sektor ini tidak bersentuhan sama sekali dengan perekonomian rakyat. Jadi efeknya adalah harga saham Bumi Resourcesnya bakrie terjun bebas jadi murah. Ini berpotensi dicaplok orang yang mempunyai duit lebih. Itu saja. Nilai saham perusahaan batubaranya Bakrie murah, bukan berarti perusahaannya bangkrut. Tidak, itu khan nilai perusahaan, tetapi operasional sehari hari karyawannya atau produksi ya tetap jalan.
Paling parah adalah karyawan perusahaan pialang, perusahaan investasi yang dirumahkan karena perusahaannya bangkrut. Tapi perusahaan yang tercatat di bursa, hanya nilai sahamnya rontok.
dilla
October 16, 2008 at 11:18 amsektor riil ndak pernah jadi prioritas, padahal sebagian besar rakyat hidup dari situ, mana bisa bangkit dari kemiskinan kalo negara ajah ga mo memusatkan perhatiannya kesitu.
boyin
October 16, 2008 at 11:32 amLife is not fair, get used to it ..ini katanya bill gates lho…
Yoyo
October 16, 2008 at 12:44 pmyang dibahas anak tiri, tapi ada lagi yang lebih sadis : “ibu tiri” ! dia jual beberapa aset negara, sekarang, saat “bapak tiri” kelabakan, dia pura-pura nasionalis, cuiiihhhhh !!!!! …. 😀
Ahmad
October 16, 2008 at 12:54 pmAda sejarah lain yang tak sempat ditulis di buku resmi. Sekarang, geliat untuk menuangkan dalam wacana telah bermula. Pembiaran terhadap cerita di atas untuk tidak didengar akan menggelapkan sejarah seutuhnya.
Duh, saya menemukan sisi manusiawi dari manusia besar, sehingga ia memberi ilham pada kita bahwa betapapun sederhana kita, mesti ada yang bisa dilakukan untuk menyinari liyan.
Buthe
October 16, 2008 at 3:46 pmMungkin banyak petinggi pemerintahan kita yang punya saham Bumi resources, makanya dikucurkan juga dana 14 T itu. Supaya gak rugi bandar…?? Rakyat yang ngumpuli duitnya…
btw: Mas Iman, akhir2 ini gak pernah balas YM ku..ono opo tho?
Iman
October 16, 2008 at 4:50 pmAde Tety,
yang mana YM ya de,..? coba YM lagi deh..
mukelu
October 16, 2008 at 5:52 pmwahhh mas aku juga baru nulis tentang karna, tapi konteks nya beda 😀
sesy
October 16, 2008 at 6:03 pmkekayaan terbesar republik ini adalah rakyatnya.
aku penasaran, senadainya pak karno sang proklamator itu masih hidup dan melihat semua yg terjadi di negeri ini kira2 dy bilang apa ya?? trus pada anak dan istri yg tak diakui negara itu, dy akan bilang apa???
ocha
October 16, 2008 at 6:12 pmSekali lagi tulisan yang keren dan ehh ada dikait2kan dengan anak Bung Karno yg lain itu jadi tambah ilmunya dikit.
Mengapa beliau itu (pak totok) gak kedengaran yachselama ini? 🙁
meong
October 16, 2008 at 8:03 pmomong2 karna jd inget omongannya balebegol. keren bgt itu,kl cerita pewayangan difilm layar lebarkan jd film kolosal. sutradara: iman brotoseno
scenario: medina meong wulandari
produser: george lucas
starred by: brad pitt as arjuna, russel crowe as yudhistira, wesley snipes as werkudara, natalie portman as drupadi, angelina jolie as srikandi, deniro as sangkuni, al pacino as duryudana.
distributed by MGM.
bocah_ilang
October 16, 2008 at 9:48 pmMas Iman,salut untuk tulisannya,kereen..aq pikir,negara ini pro-bono publico,membela kepentingan wong cilik.Nyatanya dia pro-bono elito(ada gak artinya,hee).Salam bwt pedagang sayur dan asongan d seluruh Indonesia.Smangat!
endiks
October 16, 2008 at 9:58 pmkalo adipati karna= totok, lha drupadi sapa om..?
dondanang
October 16, 2008 at 10:15 pmsatu bapak tapi beda nasib. Miris. Satu bukti ketidakadilan lagi. Tapi saya suka sikap ikhlas Totok. Salam buat dia mas.
omoshiroi_
October 17, 2008 at 1:46 amnamanya juga republik saudagar..penguasanya juga para saudagar..yang lebih dikedepankan tentu kepentingan para saudagar..dan yang bukan saudagar,cukup bermimpi untuk menjadi saudagar..
Bagas
October 17, 2008 at 5:15 amBenar, kita hidup di republik sial.
bsw
October 17, 2008 at 5:49 am@Boyin : “Life is not fair, get used to it ..ini katanya bill gates lho…”
Walaupun kalimat itu mungkin juga diyakini oleh Bill Gates (& sebagian besar kita), tidak ada bukti bahwa kalimat itu datang dari Bill Gates (*sumber:snopes.com)
communicator
October 17, 2008 at 9:25 amenak jadi saudagar dong,jadi anak kandung negeri ini..negeri saudagar, republik saudagar oh indonesiaku….
bisakah mas Iman menjadikanku salah satu anak kandung negeri ini…???
*keep writing mas…*
silly
October 17, 2008 at 10:09 amNgabsen doang mas, takut gak dianggap temen ama mas Iman, hehehehe… (lagi mondok disatu tempat buat pemulihan kesehatan).
satu lagi, titip salam untuk Bung Karno yahhh, sepertinya kalian teman akrabbb banget…. 😛
mastogog
October 17, 2008 at 10:32 amKita seperti hidup di negeri Insane-sia, dimana Penguasa berperilaku seperti spekulan bagi rakyatnya..
cak dh1k4
October 17, 2008 at 11:47 amKayaknyaa aku pernah dengar cerita mas totok dari oom ku deh. apa yang dulu pernah ikut partai buruh ya ? kasihan sama saudara saudara tirinya aku malahan. kok bisa bisanya gak perhatian sama saudaranya yang kesusahan. mereka patut dikasihani seperti orang orang yang jadi saudagar di atas yang sampean tulis yang gak perhatian sama orang orang susah. kasihan sekali……
cepaxu
October 17, 2008 at 12:52 pmapalagi berpihak pada orang kampung seperti saya ya?
aditya sani
October 17, 2008 at 3:53 pmwelaaa dulu jaman pak harto, kita jadi negaranya saudagar2 cina-jawa..lha skarang jadi negaranya saudagar bugis-minang..
aprikot
October 17, 2008 at 5:08 pmOOT: mas iman aku lama ga didongengin sama mas iman lho, aku kuangeeeennn
Iman
October 17, 2008 at 7:38 pmendiks,
drupadinya siapa ? wah kebanyakan ciu kamu tuh..sampai lupa..
aprikot,
sini sini tak dongengi nduk.jangan pacaran melulu
Embun
October 17, 2008 at 9:19 pmmas Totok teman saya sekantor, bedanya dia di Jakarta saya di Surabaya. Pertama melihat orangnyanya terkesan seorang yang tabah, dengan gurat-gurat ketampanan ala Soekarno.
Saya salut dia tetap gigih berjuang. Dari pintu ke pintu client hanya untuk menjadi juru tagih.
Meidy
October 17, 2008 at 10:34 pmSalut buat mas Totok.. Hebat!!