Tidak ada yang harus dipertanyakan mengapa orang tua saya memilih menyekolahkan di sekolah Katolik sejak kecil hingga bangku SMA. Jaman itu – belum ada sekolah plus – hanya sekolah Katolik yang terkenal dengan etos disiplin dan pendidikannya. Tidak ada penyesalan dan memang tidak seharusnya diperdebatkan. Sama seperti Ahmad Wahib yang memilih tinggal di Asrama Mahasiswa Realino Yogjayakarta yang diasuh oleh Pastur pastur londo. Padahal ia jebolan pesantren dan saat itu menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam.
Barangkali pengalaman berbaur dalam kemajemukan orang orang yang berbeda telah membentuk ide besar tentang pluralisme. Di sekolah katolik itu ada anak anak tokoh komunis, gubernur, menteri sampai ketua partai Islam. Tionghoa, Jawa, Batak sampai peranakan blasteran.
Memasuki dunia Natal mereka dalam diorama panggung sekolahan selalu memberi kesan mendalam tentang arti pembebasan manusia. Karena miskinnya, Yusuf dan Maria yang hamil tua ditolak menginap dimana mana. Sampai menemukan sebuah kandang untuk tempat berteduh dan melahirkan bayi Yesus.
Syahdu dan menggetarkan, saat paduan suara menyanyikan Malam Kudus. Untuk sesaat membawa pada relung keheningan yang paling indah.
Bagi saya buku catatan harian Ahmad Wahib, “ Pergolakan pemikiran Islam “ lebih menarik dan revolusioner dari catatan harian Soe Hok Gie. Ia memang tidak seromantis Gie yang menggambarkan dunia mahasiswa, politik dan percintaan.
Namun pemikiran Ahmad Wahib jauh melompat kedepan, tentang ide ide pluralisme. Ia yang dikucilkan teman temannya di organisasi karena pemikirannya yang berbeda. Coba baca salah satu tulisannya.
Haruskah Aku Memusuhi Mereka yang Bukan Islam dan Sampai Hatikah Tuhan Memasukan Mereka ke Dalam Api Neraka ? – September 1969
Hari ini aku tak tahan lagi berada dalam kebimbangan terus menerus antara ‘ the establishment HMI ‘ dan ‘ suara hati ‘. Ini tidak baik bagi HMI dan diriku sendiri. Dengan berat secara informal permohonan dikeluarkan kuajukan. Orang seperti aku dan Djohan Effendi tak bisa masuk organisasi yang terlalu ketat seperti HMI.
Kegoncangan kegoncangan yang timbul karena benturan dengan dinding kebimbangan, kucoba menghilangkan dengan kunjungan ke exposisi lithurgia katolik di Kotabaru. Aku mendapatkan angin angin segar disana : suasana cerah, penjaga penjaga stand yang ramah, benda benda pameran yang menarik. Aku nonton slide disana sampai dua kali, menyaksikan suasana kudus dalam lithurgia katolik, ukiran ukiran artistik dalam gereja mereka, apresiasi seni yang tinggi dan komentar komentar slide yang membawa manusia pada dasar perasaan yang paling dalam. Dalam Gereja mereka. Tuhan adalah pengasih dan sumber segala kasih. Sedang di mesjid dan langgar langgar, dalam ucapan da’I da’I kita. Tuhan tidak lebih mulia dari hantu yang menakutkan dengan neraka di tangan kanannya dan pecut api di tangan kirinya.
Sama sekali tak terduga aku bertemu dengan Romo yang pernah mengasuhku lebih dari dua tahun yaitu romo HC Stolk , yang sekarang menjadi rektor di Seminari Kentungan. Alangkah mesranya, pertemuan kembali antara putera dan ayah yang berlainan faham. Muslim dan Kristiani. Kami menghormati dalam dialog karena sama sama penganut pluralisme.
Kami berbicara tentang benda benda pameran, kehidupan pribadi masing masing, tentang ensiklik Paus, tentang sikap wali gereja dan pergaulan kami di masa lalu. Dia mengantar saya menunjukan buku buku yang baik. Setelah kami berpisah rupanya ia masih terpesona dengan pertemuan mendadak tadi. Tiga kali ia mencari cari dan menemui saya kembali, setelah tiap kali sebelumnya kami mengucapkan salam perpisahan. Dia mengajak menonton slide dan mengajak menonton pameran.
Ketika aku tidak punya karcis untuk masuk gereja, berkat pertolongannya aku bisa masuk bahkan duduk di bangku depan di tengah penonton yang penuh dan banyak berdiri.
Seorang teman lama , Soekisno berjumpa kembali dan kini telah masuk Seminari Kentungan. Ya. Tiap tiap manusia menempuh caranya sendiri sendiri dalam mendekati Tuhan. Dan selanjutnya secara tak terduga aku bertemu dengan Romo Willenborg yang pernah mengasuhku selama hampir tiga tahun.
Aku dimintanya mampir kalau ke Solo. Suatu kisah yang mengasyikan setelah berpisah hampir 5 tahun.
Aku tak tahu, apakah Tuhan sampai hati memasukan dua orang bapakku itu ke dalam api neraka. Semoga tidak.
Catatan harian ini – saat itu – ada pemikiran bahwa jalan kebenaran menjadi hakiki milik seorang golongan dan setelah melewati hampir 40 tahun catatan itu masih relevan, ketika persoalan keragaman masih menjadi issue issue bangsa ini.
Saya teringat ucapan Kardinal Darmoyuwono, bahwa apakah kita mesti terkurung dalam pagar agama untuk semangat kemanusiaan. Menurutnya seorang orang yang tidak mempercayai Tuhanpun asal hidupnya baik, dan rela berkorban untuk sesama, pasti masuk surga. Surga yang dijanjikan Allah lebih luas dari agama. Begitu katanya.
Saya ingin mengucapkan selamat hari Natal kepada teman dan saudara yang merayakan. Ini adalah bentuk pengakuan yang tulus terhadap semangat natal yang universal.
Mudah mudahan juga Tuhan tidak memasukan saya ke dalam api neraka, hanya gara gara ucapan selamat Natal yang tulus ini. Gloria in exelcis Deo.
72 Comments
Toni
December 23, 2008 at 7:45 pmAgama memang selayaknya menjadi pembebas, bukat penyekat.
Selamat Natal … 🙂
danalingga
December 23, 2008 at 8:09 pmPinjam catatannya dunk mas, nyari nyari nggak pernah ketemu nih.
JJ
December 23, 2008 at 8:13 pmTerima kasih, Mas Iman. Sebagai yang merayakan Natal, saya sangat tersentuh dengan tulisan ini. Sekali lagi, terima kasih. 🙂
Catshade
December 23, 2008 at 8:53 pmTuh kan, memang benar rupanya kalau sekolah-sekolah dan lingkungan Katolik itu meracuni pemikiran anak-anak Islam! Buktinya lihat saja jebolannya, seperti Ahmad Wahib dan Iman Brotoseno ini yang sudah keracunan bidaah pluralisme! 😛
/sarcasm
Selamat natal juga, Mas Iman. 😀
iman
December 23, 2008 at 9:05 pmCatshade,
( lirik.. Momon )
Banyak orang orang Islam di negeri ini yang ‘ teracuni bidaah pluralisme ‘ tanpa harus terlibat dalam pengalaman lingkungan kristiani. Terus terang, saya tidak mau berdebat masalah syariat di sini he he. Selamat Natal juga Catshade !
Danalingga,
Boleh..foto copy saja kali ya..jangan aslinya, soalnya barang langka ..
leksa
December 23, 2008 at 9:55 pmsampai tahun ini, seorang ibu yg saya kenal dari mantan pacar saya masih selalu meng-sms kalo udah waktunya natal atau pun lebaran,..
dan mengingatnya membuat saya juga selalu bertanya2,..
apakah tega Tuhan memasukkan mereka ke dalam api neraka…
Btw,.. malam natal itu hari kelahiran Isa kan Mas,…
ga salah kalau dirayakan oleh muslim,..toh Isa Alaihissalam juga seorang nabi pengajar kasih utama dalam Islam..
met natal semua yg merayakan,..
semoga rasa kasih sayang meramaikan seluruh penjuru bumi ..
astrid savitri
December 23, 2008 at 10:14 pmMeminjam kalimat Emha Ainun Najid; Gusti Allah itu ndak ndeso…
Dan saya percaya bhw Tuhan tak serta merta memasukkan manusia ke neraka cuma karena meyakini agama yg (menurut manusia sendiri) berbeda.
Dony Alfan
December 23, 2008 at 11:47 pmBukankah Yesus dan Isa itu adalah orang yang sama?
racheedus
December 24, 2008 at 1:15 amNatal adalah peringatan hari lahirnya Yesus. Sedangkan orang Islam menganggap Yesus adalah Nabi Isa. Lantas apa salahnya memperingati kelahiran Nabi Isa? So, selamat Hari Natal bagi yang merayakannya. Semoga Kasih Tuhan senantiasa menyertai kita semua.
mantan kyai
December 24, 2008 at 1:49 amthanx to gusdur 😀
arya
December 24, 2008 at 2:13 amhahahaha dulu sempat pengen jg sekolah di de britto atau loyola atau van lith…
Donny Verdian
December 24, 2008 at 5:12 amTerimakasih ucapannya, Mas Iman.
Natal dalam konteks kekinian bisa pula diartikan sebagai wujud kelahiran hidup baru yang lebih baik. Dan tentu saja hidup baik itu adalah hak semua orang.
So, selamat Natal juga ya Mas.
hanny
December 24, 2008 at 8:22 amSelamat Natal semuanya! Karena dari TK sampai SMA aku juga mendamparkan diri di sekolah Katolik, aku jadi kangen tuh perayaan Natal di sekolah jaman dulu, ada lomba menghias kelas dengan pohon Natal dan pita warna-warni, musik Natal mengalun dari speaker. Dan waktu bikin drama Natal ada temenku yang bawa anjing putihnya untuk dijadikan domba. Hahahaha. *yang paling suka itu kalo lomba vocal group… dan menang!* hihihi
AdFa
December 24, 2008 at 8:47 amNatal,lebaran atau perayaan umat beragama lainnya, bisa kita rayakan sebatas kontekstual yang memang tidak berlebihan saja. Karena ini adalah salah satu hal yang bisa memberikan persatuan terhadap kita sebagai umat manusia yang hidup didunia.
dony
December 24, 2008 at 8:57 amselamat natal buat yang merayakan 🙂
*berdoa semoga tuhan tidak juga memasukkan saya ke neraka karena ucapan ini*
genthokelir
December 24, 2008 at 9:21 ammemang semestinya kita tak harus terjebak dalam kesempitan wawasan ke agamaan betapa indah dan bijaksananya jika saling memahami dan tidak membatasi toh masalah keagamaan itu privasi sekali …mengenaili agama lain tentu membuatt kita terbuka wacana dan pengetahuanya dan cenderung tidak fanatik yang membuta ….. seperti dalam persahabatan alngkah indahnya bila saling memahami dan saling bertegur sapa tanpa harus meng AKU kan atau melepas Ke Egoan Karena merasa hebat dan paling TOP sendiri …. menjadikan kita menjadi KATAK DALAM TEMPURUNG dan tidak bisa melihat dunia lain
salut eh postinganya ……kepanjangan yah hahaha
salam hormat saya
hedi
December 24, 2008 at 10:13 amorang-orang seperti sampeyan dan Ahmad Wahib yang dibutuhkan negeri ini agar menjadi negara yg semakin baik dan bukan negeri paradoks 😀
zam
December 24, 2008 at 11:10 amselamat natal semua!
Fa
December 24, 2008 at 11:11 ammenurut saya, keputusan memasukkan manusia ke surga atau neraka adalah murni hak Tuhan. saya jadi ingat, ada satu hadits yang menceritakan bahwa Tuhan telah memasukkan seorang Yahudi ke dalam surga hanya karena penghormatannya thdp org yang sedang berpuasa.
jadi menurut hemat saya ya Mas, org2 non muslim yang baik seperti dlm tulisan Ahmad Wahib itu mungkin jauhhhh lebih mulia di hadapan Tuhan dibanding orang muslim yang masih percaya praktek perdukunan atau sejenisnya. wallahu a’lam.
*btw, makasih ya Mas udah mampir ke blog saya, jadi terharu -halah-*
meong
December 24, 2008 at 12:00 pmastaga mas…..
pemikiran mas iman ini persis banget dengan pemikiran mas dono… *bengong*
kl dipertemukan dan diskusi, saya mau jd pendengarnya. pasti sangat menarik.
ayo mas, kl ke jogja lagi, mancing ikan nila lagi di rumah sawah, hehehe…
bahtiar
December 24, 2008 at 12:28 pmfatwa mui ijik payu ra yooo … 🙂
he hehe …
sebagai sesama cucu – cicit abraham : selamat natal yaa …
afwan auliyar
December 24, 2008 at 1:25 pmmemang pemikiran itu tergantung dr pergaulan seseorang ….
just say it !!
didut
December 24, 2008 at 2:55 pmbuat yg merayakan selamat hari raya natal 😀
Nyante Aza Lae
December 24, 2008 at 6:29 pmlakum diinukum waliyadiin..Met natal buat tmn2 yg merayakan.
Met tahun baru Islam 1 Muharram 1430 H.
Moh Arif Widarto
December 24, 2008 at 6:42 pmAlmarhum Bapak adalah seorang muslim yang taat, anggota Muhammadiyah. Setiap Natal, almarhum selalu mendatangi satu-satu tetangga dan kenalan yang merayakan Natal untuk mengucapkan selamat. Kegiatan yang dulu pernah saya protes.
Akan tetapi, dua tahunan ini saya selalu bertanya-tanya, apa iya saya murtad hanya karena mengucapkan selamat sedangkan saya tetap memegang kalimat tauhid di dada saya dan saya tetap hanya menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah.
Akhirnya, saya ucapkan selamat merayakan Natal untuk Saudara-saudaraku.
iman brotoseno
December 24, 2008 at 7:29 pmAdfa dan Arief Widarto,
Saya rasa memang disini peran kontekstualnya. Sebatas penghormatan dan toleransi hubungan sosial antar tetangga, teman cyber, teman kantor, saudara, dan lain lain, tidak dengan ikut perayaan atau ibadah.
Maaf untuk EKA PUTRA, komennya masuk kedalam spam, karena terlalu banyak link tautan. Dan juga terlalu panjang sekali. Juga saya memutuskan tidak menampilkan karena pembahasan dari sudut ayat ayat dan syariat akan merusak semangat postingan saya. Namun saya mengerti dan memahami apa yang Eka Putra sampaikan. Bagaimanapun saya juga beragama Islam dan biarlah apa yang menjadi prinsip saya menjadi pertanggungjawaban saya sendiri di akhirat.
dondanang
December 24, 2008 at 8:59 pmmemang ada sekat2 yang membatasi hubungan antara umat muslim dan non Muslim. Apa itu menjadi penghalang kita untuk berbuat baik dengan mereka yang non Muslim? Gak juga. Selamat hari natal buat kamu yang merayakan. 😀
Anang
December 24, 2008 at 9:00 pmsalam damai dari surabaya…
aziz
December 24, 2008 at 9:35 pmwah, kok bisa yah pluralisme jadi suatu pegangan?? kan gak cocok lah suatu yang bertentangan bisa berjalan seiringan…. cuma bilang itu aja seh, ndak setuju, ya silahkan debat saya…..
dan saya masih teguh dengan idealisme saya….
Abduh
December 24, 2008 at 9:51 pmAziz,
tidak usah dipertentangkan, silahkan dengan idealismenya, dan ndak perlu diperdebatan..Tak usah memperdebatkan apa yang sudah ditulis oleh ayat ayat..
selamat natal juga bagi yang merayakan.
septian
December 24, 2008 at 11:07 pmMerry Christmas, mas Iman !
ps : saya barud dengar yang namanya Ahmad Wahib
mbakDos
December 25, 2008 at 12:00 amwalaupun saya ini bukan ‘siapa-siapanya’ Tuhan, saya yakin kok kalo Mas Iman gak bakalan masuk ke sana hanya gara-gara postingan ini.
*masih sangat berharap semakin banyak orang paham arti universal seperti Mas Iman*
anyway, makasih ucapannya ya, Mas 🙂
Goen
December 25, 2008 at 2:24 am*masih nungguin sinterklas*
Juliach
December 25, 2008 at 4:02 amSudah 4x natal terakhir ini aku lewatkan di Eropa. Rasanya tidak semeriah di Indonesia. Sejak kembali ke Eropa aku malah merayakan natal sesederhana mungkin- sore ini hanya pergi ke gereja bersama anakku Ines dan kemudian kami berempat makan mie ayam bakso kampung. Biar ngak lupa makan mie ayam sambil kaki nangkring sebelah!
Selamat Natal bagi yg merayakannya!
gagahput3ra
December 25, 2008 at 5:36 amInspiring excerpt mas…..memang tidak ada alasan untuk membenci pluralisme dan menjadi individu yang paling benar……penerimaan diri akan perbedaanlah yang menciptakan kita menjadi manusia dewasa 🙂
Saya sendiri punya memori yang kurang baik saat disekolahkan di sekolah Katolik, tapi saya kira saya terlalu muda untuk menciptakan stereotipe…..beda adalah nama dari pemikiran manusia….
DosenGila
December 25, 2008 at 7:59 amTerimakasih Mas Iman. Selamat Natal juga …
kw
December 25, 2008 at 8:57 amagama memisahkan, iman menyatukan
selamat merayakan natal….
(*api neraka hanya berkobar di hati orang2 yang menyimpan kebencian
Epat
December 25, 2008 at 9:53 amemang apa coba agamanya Tuhan? wekekeke
damai itu indah…
ichanx
December 25, 2008 at 10:02 amagama saya, ya agama saya… agama orang lain, ya agama mereka… bagi saya agama saya benar… bagi mereka agama mereka yang benar. cukup sampai disitu perbedaannya. yang penting saya berteman dan bersahabat tanpa membedakan apa agama mereka… damai itu indah.. selamat merayakan natal untuk temen2 yang berhari raya… 🙂
elly.s
December 25, 2008 at 5:32 pmSebenarnya tak ada hadis atau ayat Alquran yang “benar2″ melarang umat Islam mengucapkan selamat natal kepada umat kristen.
yang ada adalah fatwa2 ulama yg dikeluarkan karena ada umat Islam yang dengan dalih toleransi ikut2an acara natal sampai2 misa segala. Toleransi beragama tidak harus sampai mengorbankan akidah masing2 sebagaimana umat kristen nggak perlu juga ikut2an sholat karena alasan toleransi.
Kemurnian ajaran masing2 perlu dijaga sebagaimana disitir dalam AlQuran..”dan bagiku agamaku bagimu agamamu”
Akhirnya perdamaian dan persaudaraan juga ditunjukkan Rasulullah Saw pada suatu waktu ketika dia sedang duduk2 bersama para sahabat maka lewatlah serombongan orang Yahudi menuju kepemakaman. Rasulullah lalu berdiri memberi peghormatan hingga rombongan itu berlalu dari hadapan beliau….Rasulullah juga menghormati para tawanan perang yang beragama nasrani dengan membiarkan mereka berdoa menurut agama mereka sendiri serta memenuhi kebutuhan mereka.
Umat Islam juga harus smart dong berfikirnya…masa kita yg sholat 5 waktu..meyakini rukun Islam n rukun Iman, makan makanan yang halalan thoyiban percaya2 aja kalo kita akan dikirim keneraka hanya sebuah ucapan selamat.
Inilah yg mebuat kita selalu terbelakang n dijauhi…Be powerful n strong ummah!
Waulahualambissawab!
Eka Putra
December 25, 2008 at 9:41 pmIts OK Mas Imam.
Senang bisa ikut menyumbang pendapat di blog Mas Imam. :))
thunder
December 25, 2008 at 9:51 pmsecara ideologi n peribadahan islam n kristen gak bakal ketemu seperti gak ketemunya komunis n kapitalis…
yang jelas tidak boleh didunia ini orang disakiti, dizalimi karena dia berbeda ideologi,
namun bagi islam, kristen n yahudi , komunis or kapitalis ada aturan internal yang harus diikuti kedalam, ada tantangan besar bagi masing pengikut itu menciptakan kedamaian hakiki..
ketulusan, itikad baik n kejujuran… itu tantangan kita semua
Adhie Sherano
December 25, 2008 at 10:32 pmJika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kita bersujud kepadaNya???
Selamat natal dan tahun baru muharram 1430…
Love Indonesia and you…
ikhsan
December 26, 2008 at 12:09 amSELAMET
varda
December 26, 2008 at 2:35 ambukankah Yesus itu tidak dilahirkan pada 25 December? salah satunya baca disini sih… http://www.allaboutjesuschrist.org/was-jesus-born-on-december-25-faq.htm
ichaawe
December 26, 2008 at 4:50 amhehehe … orang kita siy sah2 aja mas ngucapin selamat natal.
bedalah sama mesir sini, yg menurut saya bgitu kaku.
paling mreka hny mengucapkan happy ied. and thats it!!!
rackoen
December 26, 2008 at 8:01 amkalau saya percaya ibadah orang-orang diluar agama saya hanya sia-sia dan oleh karenanya mereka akan masuk neraka karena itu tersurat dalam kitab yang saya akui kebenarannya tidakkah berarti saya lantas harus membenci orang yang beda keyakinan dengan saya. bagimu agamamu bagiku agamaku.
ketegasan aqidah bukan berarti lantas kita tidak toleransi. ini yang kadang dianggap salah oleh para pluralis dengan mengatakan banyak jalan menuju surga. sesuatu yang sebenernya menurutku kok lebih tanpa makna. tidakkah justru sebaiknya adalah ajakan marilah kita berlomba berbuat baik dan beribadah sebaik-baiknya menurut agama masing-masing.
begitu kira-kira…
selamat natal
Catra
December 26, 2008 at 8:09 amsemoga agama bisa menjadi penyejuk hati umat pemeluknya
boyin
December 26, 2008 at 10:31 amAgama merupakan suatu sarana/tuntunan agar manusia berjalan dengan benar tapi tetep aja yang paling menentukan adalah perbuatan manusia tersebut. saya juga kayak mas imam disekolahin katolik mulu..katanya biar disiplin kata ibu saya…
edratna
December 26, 2008 at 2:53 pmKita seharusnya memang melihat perbedaan sebagai hal yang wajar. Di masa kecilku, jika Natal, kami pergi mengucapkan selamat Natal pada yang merayakannya, begitu juga mereka akan datang kerumah kaum muslim.
Apalagi keluargaku, terdiri dari berbagai macam kepercayaan, sehingga percaya agama adalah merupakan salah satu cara untuk berdoa, untuk mendapatkan ajaran baik….dan tak mempersoalkan perbedaan.