SBY hari hari terakhir banyak tersenyum. Wajahnya semakin bertambah jatmika. Sebab musabab yang dapat diduga. Partai Demokrat memenangi pemilu legislative. Dengan perolehan lebih dari 20 persen, partai ini bisa mengusung calon presidennya sendiri. Tidak salah prediksi beberapa lembaga survey bahwa, Partai Demokrat akan meraih suara signifikan. Yang justru di luar perkiraan justru Partai Keadilan Sejahtera yang sebelumnya diramalkan akan merebut suara banyak, ternyata jeblog. PKS tetap di bawah PDI-P dan Golkar.
Penurunan suara PDI-P dan Golkar tidak mengherankan, karena partai moncong putih sudah kehilangan β aura β partainya wong cilik sementara Golkar kurang bisa memaksimalkan mesin politiknya yang pada jaman Akbar Tanjung bisa menjadi jawara pemilu 2004.
Apakah ini menjadi representasi suara pemilih. Mencemaskan bahwa angka pemilih turned out hanya 60 %. Belum ada data pasti apakah sisa 40 % ini termasuk pemilih golput atau mekanisme administrasi DPT yang ambur adul.
Memang tidak apa masalah dengan legalitas pemilu ini. Apapun itu tetap dianggap legitimate. Masalahnya hilangnya angka sebesar itu β 30 % sampai 40 % – membuat pelaksanaan pemilu dipertanyakan. Sebuah tamparan yang menyakitkan tentang harga demokrasi di negeri ini yang sedemikian mahal.
Apakah keapatisan atau simpang siur itu seimbang dengan ongkos sebesar lebih dari 20 trilyun. Bandingkan dengan biaya pemilu 2004 yang hanya 4 trilyun. Ini merupakan biaya pemilu terbesar dalam sejarah Indonesia. Jika dipukul rata, biaya seorang pemilih di Indonesia menghabiskan biaya sebesar Rp 130,000,-. Sementara di Amerika hanya berkisar 1 β 3 dollar per orang.
Salah satu syarat positif tentang demokrasi adalah kehadiran suatu demokrasi adalah partisipasi aktif para para warga dalam proses pembentukan pemerintahan.
Partisipasi menjadi sangat penting dalam pemerintahan yang kompleks seperti Indonesia. Namun dengan apatisme warga terhadap praktek politik yang kotor membuat apatisme pada akhirnya akan membusukan vitalitas demokrasi.
Salah seorang filsuf demokrasi, John Stuart Mill mengatakan. Biarkan seorang warganegara tidak melakukan apa apa untuk negaranya. Maka lama kelamaan ia tidak akan peduli terhadap negaranya. Idealnya bahwa demokrasi membutuhkan partisipasi sehari hari dari rakyat termasuk memilih pemerintahannya.
Itu jika dari apatisme warga terhadap jalannya pemilu. Lalu bagaimana jika persoalan administrasi membelenggu calon pemilih sehingga tak dapat menjalankan haknya. Masalah nama nama yang tak terdaftar dalam DPT. Apakah tak ada cara lain seperti membuktikan penduduk dengan identitas yang sah.
Jika dulu ada TPS mobile yang bergerak dari rumah sakit ke rumah sakit. Sekarang para pasien yang tak bisa meninggalkan rumah sakit, harus merelakan kehilangan hak memilihnya.
Ada yang bilang juga, bahwa nanti dalam pemilu capres, kemungkinan peningkatan partisipasi warga akan lebih banyak. Bisa masuk akal juga, karena secara emosional ikatan pemilih lebih akrab dengan sosok sosok capres. Bandingkan ada 11.301 caleg yang memperebutkan 560 kursi di DPR. Itu di luar para caleg untuk DPRD dan DPD.
Banyak orang akhirnya mengabaikan ketika membuka lembaran kertas pencontrengan, karena bingung begitu banyak nama caleg disana.
Ini mencemaskan ketika orang tidak peduli dengan siapa yang duduk di lembaga legislative dan hanya perduli dengan sosok presidennya.
Ide lain yang menggelitik, apakah kita begitu membutuhkan begitu banyak partai politik ? Pada awalnya ini banyaknya partai politik mengesankan, begitu banyak pilihan, banyak kesempatan, lebih kritis, lebih banyak distribusi kekuasaan.
Implikasinya justru suatu pemerintahan koalisi tidak terhindari, karena tak ada suatu partai yang akhirnya benar benar menguasai secara mayoritas diatas 50 % jumlah suara pemilihnya. Banyaknya partai politik memberikan efek buruk, bagaimana mengadili partai politik jika pemerintahan koalisi tersebut membuat kesalahan.
Hari pemilihan umum akhirnya bukan menjadi pengadilan politik bagi partai politik. Kehilangan 10 % suara yang dialami partai politik tidak dapat dilihat sebagai pengadilan masyarakat terhadap partai tersebut. Hal ini boleh jadi hanya gejolak sementara terhadap popularitas partai tersebut.
Ya, SBY pun memang harus siap siap mengatur strategi koalisi lagi. Dari komposisi hasil pemilu, dan tambahan posisi incumbent, lebih masuk akal menggandeng Jusuf Kalla kembali. Siapa tahu ? bukankah tidak ada yang tak pasti. Bedanya posisi tawar SBY lebih tinggi, berbeda dengan lima tahun lalu. Secara dana SBY sudah tidak tergantung dengan Jusuf Kalla lagi.
Bisik bisik SBY menginginkan kontrak tertulis, mengembalikan posisi wapres seperti halnya tertulis dalam konstitusi. Sebagai pembantu Presiden agar misi dan tugas Presiden bisa diwujudkan bersama. Dengan kata lain, hanya sebagai ban serep. Rupanya ia jera dengan wapres yang terlalu ‘ berkuasa ‘.
35 Comments
Lee
April 12, 2009 at 10:59 pmHahaa, kini sang incumbent punya modal dana, punya modal kekuatan politik.
Semoga beliau tak terinspirasi ‘kebijakan’ Hugo Chavez terhadap UU Pemilu.
astrid savitri
April 12, 2009 at 11:11 pmYup! Miris juga waktu sebagian kawan bersedia mencontreng di TPS demi mendapat tanda telah memilih di jarinya, sebab motivasi mrk adalah segelas kopi Starbuck gratis atau diskon 20% di depsto matahari – yg memang penawarannya dibikin demi menarik perhatian pemilih.
Gak ada kepedulian ttg siapa mau dipilih, sebagian bahakn dgn bangga bercerita pd saya bhw mereka cuma menggambari kertas2 suara. Di sini saya suka bingung, harus tertawa atau nelangsa dgn ‘humor’ mereka π
racheedus
April 13, 2009 at 12:53 amSaya nggak setuju, kalo SBY bareng lagi sama JK. SBY tersandera lagi dengan kasus Lapindo!
gagahput3ra
April 13, 2009 at 2:32 amWah dapet pencerahan lagi…saya baru tahu pemilu Amerika cuma $1-3 per orang biayanya, kirain lebih mahal. π Dengan angka segitu, kualitas segini, kira-kira berapa orang KPU yg masuk penjara ya nanti? *ketok2 kayu*
LuXsmaN
April 13, 2009 at 5:31 amsemua orang termakan oleh sosok seorang SBY dan Slogan…
“LANJUTKAN”
Anang
April 13, 2009 at 6:41 am)|(
Khaazh
April 13, 2009 at 8:22 amJatmika itu apa mas… hehe.. Kaget… ternyata waktu 5 menit-an dibilik suara membutuhkan uang sekitar 130 ribuan…
Heran juga, ditempatku aja ada sekitar 50 orang yang tidak dapat memilih karena tidak terdaftar, padahal sebagai warga negara yang resmi kan mereka punya hak untuk memilih..
lance
April 13, 2009 at 9:56 amKhaazh,
Jatmika itu ganteng dan bijak..he he
bung tobing
April 13, 2009 at 9:56 amSaya akui saya sangat menyayangkan ratusan atau bahkan ribuan orang yang tidak bisa memilih dan menyayangkan juga ratusan atau bahkan ribuan orang yang bisa memilih tapi tidak melakukannya. Kebanyakan dari mereka hanya bisa mengkritik pemerintah tanpa mencoba berkontribusi.
Secara pribadi, kemenangan PD memang bertumpu pada sosok kharismatik SBY dan iklan yang sangat gencar mengenai keberhasilan pemerintah, dan entah kenapa saya sama sekali tidak keberatan.
Golkar tidak memiliki tokoh yang memiliki nilai jual, iklannya juga terkesan malu2 dan membosankan. PDIP sendiri membuat blunder lewat sikap Mega di kasus BLT. Mega sendiri sudah pernah memimpin Indonesia dan tidak banyak berbuat sesuatu.
Berbeda dengan Mas Iman, saya sudah memprediksi PKS hanya akan meraih suara di bawah 10%, namun saya yakin suara mereka akan naik walaupun jumlahnya sedikit atau karena kehilangan sebagian suaranya ke partai nasionalis lain.
DV
April 13, 2009 at 10:42 amTulisan yg menarik tp saya cenderung tidak terlalu setuju dgn pendapat Mas Iman “Banyaknya partai politik memberikan efek buruk, bagaimana mengadili partai politik jika pemerintahan koalisi tersebut membuat kesalahan.”
Menurut saya, pengadilan partai politik ya di Pemilu itu sendiri karena setelah pemerintahan dibentuk, partai politik seharusnya sudah tidak bisa diadili karena perwakilannya sudah ke fraksi (legislatif) ataupun menteri (pemerintahan).
Tapi anyway, saya senang PKS tidak menang kali ini, sebagai bagian dari minoritas, saya senang π
dony
April 13, 2009 at 11:48 amhah … dan saya termasuk bagian memilih untuk tidak memilih π
apapun itu … merupakan bentuk hukuman saya … pengadilan politik yang saya lakukan sebagai rakyat.
π
ikhsan
April 13, 2009 at 12:29 pmlebih cepat lebih baik, kalah juga nggak apa2 π
gunawan raharjo
April 13, 2009 at 3:08 pmjatmiko artine anteng mas..
fahmi!
April 13, 2009 at 4:01 pmvoted for a free coffee? hahaaa…
indah
April 13, 2009 at 5:05 pmhampir satu blok (satu RT) di tempat tinggal saya tidak bisa mencontreng gara-gara tidak tercantum di DPT padahal ada undangan. lucunya lagi ada di antaranya seorang caleg.
jadi gemes sama kependudukan yang gak ngapdet DPT
Moh Arif Widarto
April 13, 2009 at 5:21 pmSaya akan mendukung perubahan, jika ada yang akan tampil melawan SBY di pilpres nanti.
Hedi
April 13, 2009 at 5:27 pm@fahmi: padahal vote for nothing alias suara ga sah π
Iman Brotoseno
April 13, 2009 at 8:51 pmKang Kombor,
tentu lebih ramai dan seru kompetisinya kalau yang maju Prabowo vs SBY, …kalau MS vs SBY ya basi lah he he..
Agus
April 13, 2009 at 8:53 pm40 persen suara hangus dan hilang..sebuah ironi menyakitkan negeri yang katanya sebagai negara demokrasi nomor 3 di dunia, setelah India dan Amerika
Djoko Dwijono
April 13, 2009 at 9:33 pmMestinya Bill Gates dijadiin anggota KPU , mungkin kekisruhan DPT bisa dikurangi
Brahmasta
April 14, 2009 at 4:46 amSaya lebih banyak prihatin dalam penyusunan DPT-nya untuk pemilu kali ini. Dengan biaya lebih besar, sangat aneh buat saya yang menetap di rumah sekarang tidak terdaftar. Tahun 2004 saya nyoblos. Dan itu, saya adalah mahasiswa perantauan yang ngekos, jauh dari tempat tinggal sebenarnya.
Sarah
April 14, 2009 at 9:42 amJadi nyoblos apa kemarin mas Iman ???
norman
April 14, 2009 at 1:07 pmkita tunggu saja… apakah rakyat dikorbankan lagi oleh percaloan politik para elit…. mumpung sumberdaya alam masih bisa digadaikan atau diloakkan ke asing
Indriyanto
April 14, 2009 at 1:13 pmPemilu ini benar benar paling kacau dalam sejarah bangsa. Sungguh memalukan
Johar
April 14, 2009 at 1:15 pmDPT tidak menjamin hak warga terpenuhi, mestinya cukup dengan KTP dan identitas diri bisa mencontreng
Tomi Yahya
April 14, 2009 at 1:50 pmSayang saya tidak dapat menikmati Rp.130.000 tersebut karena ternyata saya tidak masuk dalam DPT, walaupun beberapa hari sebelumnya sudah menyerahkan fotokopy ktp dengan harapan bisa masuk dalam DPT dan ikut menyukseskan pemilu. Sistem yang ada dan UU yang gak beres membuat hak-hak saya sebagai warga negara diabaikan.
Mungkin hal ini merupakan hal sepele bagi sebagian orang. Tetapi hal ini sama dengan kebijakan jaman orba memasung para simpatisan, anggota dan anak cucu para oposan orba dalam ranah politik dan sosial dalam kehidupan bernegara.
Jika pemerintah sekarang amburadul dalam melaksanankan pemilu yang diadakan lima tahun sekali, saya meragukan jika pemerintah sekarang sanggup menjalankan pemerintahan lima tahun kedepan. Semoga lima tahun kedepan tidak se-amburadul pemilu kali ini.
Martin Simbolon
April 14, 2009 at 3:51 pmAda keberpihakan ketua KPU kepada SBY ( dan demokrat ), masak sewaktu hari pemilihan dia malah ikut nongkrong bareng SBY di Cikeas..
Aris Heru Utomo
April 14, 2009 at 4:43 pmKetika baru sebulan tiba di tanah air (Juli 2008), saya dan istri didatangi ibu ketua rt yang cantik yang mendata dan mandaftar nama kami sebagai calon pemilih dalam pemilu 2009. Namun ketika pemilu kemarin berlangsung nama kami tetap tidak tercantum dalam DPT, sehingga tentu saja kami menjadi golput by technical/administrative reason.
Carut marutnya DPT pada akhirnya memang menjadi biang kegagalan suksesnya penyelengaraan pemilu legislatif 2009. Suatu hal yang amat disayangkan mengingat keberhasilan kita dalam berdemokrasi telah menjadi faktor penting dalam pelaksanaan politik luar negeri RI.
Mengenai hasil pemilu sendiri, saya termasuk yang TIDAK pernah memperkirakan PKS akan memenangi pemilu, perkiraan saya wakrtu itu hanya maksimal 10%. Meski dalam kampanyenya PKS telah berupaya merangkul semua lapisan masyarakat: biru, merah, hijau dan kuning. Namun masyarakat Indonesia belum bisa menerima sepenuhnya, terlebih lagi masih adanya sikap patrimonialisme. PKS masih perlu membuktikan bahwa partai tsb layak untuk dipilih dan menjadi pemenang pemilu di masa mendatang.
Mengenai duet SBY-JK kembali, sebaiknya tidak perlu dilanjutkan. Utk wapres pilih saja yang profesional namun memiliki wawasan kebangsaan yang baik dan memahami NKRI. Kalau pada akhirnya Golkar memutuskan berkoalisi dgn PD, maka cukup menempatkan kadernya di kabinet, bukan sbg wapres. Mereka yg duduk di kabinet pun harus menjalankan tugasnya sesuai kontrak.
btw selamat menjalankan tugas sbg chairman PB09. Saya sudah usulkan lewat blognya mas Witjak agar tema PB09 adalah “Blogger Memilih”. Ini sejalan dengan suasana tahun 2009 yang merupakan tahun pemilu dan juga sejalan dengan semangat kebebasan blogger dalam memilih suatu permasalahan dan menuangkannya dalam blog.
Sementara itu saja dulu usulan singkat saya, semoga bermanfaat.
Salam
siska
April 14, 2009 at 4:56 pmjatmika? π
hmm, baru tau, kalo nyontreng kemaren bernilai 130ribu. mahal juga.
pasti ga mungkin ada pemilu ulang kan ya? π
Iman Brotoseno
April 15, 2009 at 5:24 amAris,
Saya berpikir PKS tadinya berkisaran di 15 %, ..namun ini salah karena positioning PKS yang justru kemana mana – ya itu tadi merangkul merah, kuning, ijo, biru – akhirnya meninggalkan pemilih setianya. Seandainya dia focus dengan positioningnya, mungkin para pendukungnya tidak lari..
acip
April 16, 2009 at 1:03 amwew…pak SBY emg dah jatmika dari dulu..hehehe,tp bener mas..pemilu kita bener2 KETERLALUAN amburadulnya…ga bs mbayangkan dah hasilnya…masihkah negara kita cuma jadi komoditi bagi mereka2?
Nyante Aza Lae
April 17, 2009 at 9:32 amasal gak dikultuskan aja bro….
djaka
April 17, 2009 at 3:30 pm20% suara belum bisa mengantar PD mencalonkan presiden mas Iman. Batasnya 25%. Yg 20% itu suara/kursi di DPR, dan baru bisa diketahui stl KPU mengumumkan hasil perhtiungan final pemilu.
edratna
April 18, 2009 at 8:39 pmTeman saya yang seorang dokter, penginnya nggak golput…apa daya kesibukan di rumah sakit dan pasien yang membludag, menyebabkan baru longgar setelah jam 3 siang….dan TPS cuma buka dari jam 7 s/d 12 siang.
Kita masih menunggu pemilu capres, yang menang partainya belum tentu menang, karena pemilih mengambang banyak juga. Sby tetap harus berhati-hati agar pemilih tak berubah arah memilih yang lain.
Alexhappy
April 23, 2009 at 10:54 amsemoga negeri ini dipimpin oleh orang2 yg bersih, mencintai rakyatnya & ahli dalam ketatanegaraan.