dicari : Pemimpin Mahasiswa

Soe Hoek Gie selalu menganggap mahasiswa sebagai koboi koboi pembela kebenaran yang datang menolong penduduk dari ancaman bandit bandit. Setelah tugasnya selesai, mereka melanjutkan pergi berkelana menuju tempat lain. Tanpa bayaran atau pamrih.
Kenaikan harga BBM membuat mahasiswa turun gunung kembali menyuarakan penolakannya. Penyerbuan polisi dini hari ke kampus Universitas Nasional serta pemblokiran jalan di depan kampus Universitas Kristen Indonesia, memacu suhu politik yang semakin panas. Jangan anggap enteng. Demikian Presiden SBY mengamati kasus pergolakan mahasiswa terakhir ini. Sehingga ia membatalkan lawatannya keluar negeri, karena tak ingin ada percikan revolusi baru selama ia pergi. Intel dan satuan khusus Paspampres harus turun tangan memantau polisi dan mahasiswa, agar tidak terjadi salah tembak yang bisa melahirkan martir martir baru.

Apakah sejarah akan terulang. Sebuah gerakan Mahasiswa selalu berawal dari ketidakberdayaan atas hidup sebuah bangsa. Konon meletup disana sini, seperti magma gunung berapi yang akhirnya meledak menggelegar. Amarah mahasiswa adalah letupan yang akan menggiring ke puncak letusan. Ini tak bisa disalahkan, karena mahasiswa dan negaranya bagaikan api dan asap. Tak bisa dipisahkan.
Dalam pembelaannya di depan pengadilan Negeri Belanda tahun 1927, Bung Hatta melukiskan peran mahasiswa Indonesia.
“ Hidup pemuda Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup bangsanya yang menderita dan berharap. Itulah nalurinya yang memanggil manggil, dialah jiwanya yang bernyala nyala mendobrak pintu hari depannya “

Rama Pratama, seorang mantan aktivis 98, atau sekaliber Arief Budiman, Hariman Siregar dan Herry Akhmadi akan mengenang hari hari murung bergelora masa lalu jika melihat berita TV sekarang. Ban ban terbakar, pot pot terguling dan orator radikal berteriak dengan megaphonenya.
Kalau saja mereka bisa menabuh genderang perang lagi. Mereka sadar bahwa gerakan ini membutuhkan lebih dari semangat. Butuh seorang pemimpin yang mampu memotivasi dan konsisten menggerakkan seluruh elemen perjuangan. Agar perjuangan memiliki visi, jiwa dan tujuan. Mahasiswa harus bisa memaksa pemerintah menggulung habis korupsi, kroniisme, dan ketidakadilan. Issue kenaikan BBM semestinya tidak sporadis dan hilang tak berbekas. Saya membayangkan seorang pemimpin ( mahasiswa ) bisa terlihat eksotis dalam radikalismenya. Ia akan memukau sekaligus menginspirasikan perlawanan.
Tiba tiba saya teringat tokoh Anton dalam karakter yang diciptakan Ashadi Siregar dalam novelnya ‘ Cintaku di kampus Biru ‘. Aktivis, sekaligus memikat pacar pacarnya dan dosen cantiknya yang killer, Ibu Yusnita.

Sastrawan Pramudya juga memuja Budiman Sudjatmiko sebagai Sang Pembaharu dan menyamakan dengan sosok Minke dalam serial roman tetra miliknya. Dalam surat kesaksiannya Pram menulis.
“ Dan awalnya, bukan akhirnya. Budiman Sudjatmiko, calon pemimpin nasional, calon presiden Republik Indonesia di waktu dekat mendatang. Kalian semua angkatan muda berada di jalan benar. Yang dungu akan tersingkir tersipu sipu “.

Budiman yang pada usia 26 tahun sudah menjadi ketua partai PRD – banyak gadis gadis yang membezuknya di penjara – dipersonifikasikan dengan Soekarno muda, yang sudah melahap Das Kapitaal ketika teman teman sebayanya sibuk bermain.
Kemana Budiman sekarang ? apakah dia bahagia dengan posisinya di partai. Sama seperti Rama Pratama , ketua BMUI yang sekarang diam termenung di Dewan Perwakilan Rakyat mewakili PKS.
Budiman mungkin secara ideologis dekat dengan PDI-P karena sejak kecil dia mengagumi Soekarno. Namun ia lupa bahwa karakter Megawati bukanlah representasi ayahnya. Wartawan senior Buddiartro Shambazy menulis, ia hanya sekadar teh celup rasa Soekarno.

Ketika John Sturger membuat remake film Seven Samurai milik Akira Kurosawa menjadi versi Hollywood ‘ The magnificent seven ‘. Ia mengadopsi dalam sebuah perkampungan di Mexico yang ditindas oleh bandit bandit. Para koboi pembela kebenaran datang membantu dan bergotong royong bersama penduduk menyiapkan jebakan untuk melawan bandit bandit. Yul Bryner, Charles Broson, Steve Mc Queen dkk harus jernih memetakan masalah , pun demikian mahasiswa.
Analogi usang Wapres Yusuf Kalla dan menteri menterinya yang berulang ulang mengatakan kenaikan BBM untuk menghapus subsidi yang selama ini dinikmati orang kaya, sangat berpretensi membuat konflik pertentangan kelas. Padahal ongkos sosial ekonomi yang ditimbulkan jauh lebih besar.
Sebagaiman bumbu film, selalu ada pencoleng dan pengkhianat diantara penduduk yang ditanamkan para bandit. Saya yakin ada para penyusup intel atau anasir pengkhianat diantara mahasiswa sendiri. Saya juga tidak tahu apakah gerakan ini akan melemah karena Pemerintah mendadak sontak mengalokasikan 200 milyar rupiah dari dana pengalihan subsidi BBM, untuk program BKM ( Bantuan Khusus Mahasiswa ). Sebanyak 400.000 mahasiswa akan diberi dana Rp 500,000,- per semester, mulai Juli 2008. Padahal tadinya mahasiswa tidak termasuk dalam skema Bantuan Langsung Tunai. Apakah ini semacam sebuah politik penenang untuk gerakan Mahasiswa ?
Pramudya yang dulu berharap bisa diterima menjadi anggota PRD, tentu kecewa jika tahu melihat Budiman masuk ke dalam pusaran PDI-P. Terasing mengurusi onderbouw sayap organisasi buruh di partai itu.
Apakah menjadi pemimpin harus pragmatis juga ? siapa tahu.

Ada hal lain yang mungkin membuat gerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan masa masa silam. Jelas pemerintah lebih bersikap demokratis dan tidak seenaknya memburu mereka. Apapun perbedaannya. Jauh sekali kemungkinan mereka diintimidasi, diculik atau dipenjara tanpa alasan. Jadi kenapa harus takut.
Mari maju dan kepalkan tanganmu untuk rakyat. Res publica
Hari ini saya menantang, mencari pemimpin itu.
Jika hari kemenangan itu tiba, pemimpin itu akan kembali menjadi seorang Anton yang hanyut dalam romantika kampus atau para koboi yang pagi pagi buta meninggalkan sebuah kampung di mexico yang telah diselamatkan.
Coba renungkan sebuah petikan Lao Tsu,tentang pemimpin.
To lead people, walk beside them.
As for the best leaders, the people do not notice their existence. The next best, the people honor and praise.
The next, the people fear and the next, the people hate .
When the best leader’s work is done
the people say ‘We did it ourselves!’

You Might Also Like

74 Comments

  • didut
    May 28, 2008 at 7:37 am

    pertamax dulu!! hehe~

  • didut
    May 28, 2008 at 7:39 am

    kalau pemimpin dr mahasiswa pastilah idealis tetapi kalau sudah masuk sistem pastilah terkikis idealismenya entah oleh sang pemimpin sendiri atau oleh sistemnya *keluh*

  • leksa
    May 28, 2008 at 8:09 am

    @kang didut : saya masih percaya ada watak2 keras yg begini,.. at least saya masih melihat 1 : 100 ..
    Memang,…Seorang aktivis mhsw yang menjadi birokrat, sudah tertempa untuk berkelit, berdialektika dan bersilat lidah. Makanya modal mereka ini menjadi pedang bermata dua

    saya pernah dengar sebuah anekdot soal ini :
    Jadi jika ditanya apakah mereka medadak menjadi pragmatis melupakan idealisme? jawabnya sederhana “saya cuma megaktualisasikan idealisme saya didalam sistem. Bagaiman mau merubah sebuah proses jika berada di luar sistem?”

    What De Heck…
    Seburuk2nya rekan mahasiswa yg pragmatis tersebut, masih lebih buruk kelompok mahasiswa tahi2 ayam yang sok revolusioner namun oportunistis.

    *bener juga tuh, tipikal Minke ini terbukti ada, seorang teman saya – modal orasi saja sudah bisa mengundang mutiara2 kampus untuk nongkrong di spot merah .. hahaha

    @Mas Iman : BS udah dianggap ga ada, Mas….

  • pema
    May 28, 2008 at 8:11 am

    Banyak yang waktu mahasiswa idealis…tapi klo dah dapat jabatan ya realistis aja yach…??? Rama Pratama, Kholis Malik kemana ja nech??? dah aman dalam “sangkar” kah??

  • mikow
    May 28, 2008 at 8:42 am

    idealis sewaktu di luar sistem, tapi kalau sudah masuk ke sistem apa masih idealis ya?

  • edratna
    May 28, 2008 at 9:15 am

    Mahasiswa perlu benar-benar memahami apa tujuan demonstrasi. Agar demonstrasi jangan salah arah. Disadari, polisi juga manusia biasa, yang ada kemungkinan istrinya juga ga punya uang dan bingung atas kenaikan BBM. Semoga, mahasiswa, polisi, bisa arif, sehingga protes yang disuarakan tak berubah jadi anarkis.

    Benar mas Iman, dibutuhkan pemimpin mahasiswa yang punya visi kedepan, yang menyatukan pandangan, yang bisa melihat secara komprehensip…dan agar demostrasinya didukung oleh lingkungan masyarakat disekitarnya…dan jangan dikotori oleh hal-hal yang tak berguna, dan bisa berbalik menjadi negatif.

  • suprie
    May 28, 2008 at 9:16 am

    saya gak tau deh om, ada gak yah orang kaya gitu ? wong kadang himpunan aja selisih koq….

  • balibul
    May 28, 2008 at 9:17 am

    Selepas rama, masih ada rico marbun dan arif budiman. Sayang gerakan mereka tertebak siapa di mereka. Ah kedepannya cuma ada dua blok, Mahasiswa underbouw PKS dan mahasiswa non underbouw PKS. Tidak yakin dengan rezim masjid kampus yang menyetir pergerakan.

  • balibul
    May 28, 2008 at 9:19 am

    Selepas rama, masih ada rico marbun dan arif budiman. Sayang gerakan mereka tertebak siapa di belakang mereka. Ah kedepannya cuma ada dua blok, Mahasiswa underbouw PKS dan mahasiswa non underbouw PKS. Tidak yakin dengan rezim masjid kampus yang menyetir pergerakan. APa kabar pergerakan?

  • torasham
    May 28, 2008 at 9:32 am

    kalau tidak salah ada anekdot begitu ya dalam pilm Gie…?
    “Biarkan mahasiswa idealis, karena masih muda, nanti kalau sudah tua, butuh pekerjaan mereka pasti akan menjadi kapitalis..” bener gitu gak kalimatnya..?

    tapi saya tidak bertanya bener atau tidaknya kalimat itu, saya cuma tanya bener tidaknya mahasiswa kita seperti itu…?

  • Nofie Iman
    May 28, 2008 at 9:49 am

    Jujur saja, demonstrasi mahasiswa jaman sekarang tak seperti dulu — semangantnya sudah beda, dibawakan dengan tidak elegan, malah cenderung selalu anarkis. Apalagi, demonstrasi mana sih yang bukan “pesanan”?

    Buat mahasiswa jaman sekarang, alangkah lebih bijaksana kalau segera lulus dan berprestasi. Pertama: tak lagi membebani negara dan orang tuanya. Kedua: bisa segera membuat pengaruh positif buat bangsa dan negara.

    Kalau memang mahasiswa adalah pahlawan dan pejuang demokrasi, janganlah cuma bisa koar-koar di jalan — buatlah kontribusi riil buat rakyat jelata.

  • max
    May 28, 2008 at 10:00 am

    saya yang termasuk pesimis bahwa negeri ini akan semakin baik dalam waktu dekat….
    persoalannya bukan pemimpin, tapi sistem itu benar yang bobrok, Mas..

  • kelepon
    May 28, 2008 at 10:59 am

    ahhh mana ada mahasiswa bela rakyat. OMONG KOSONG.

    bikin rusuh iya!!! ga jauh ma PREMAN PASAR dan Organisasi ke-Premanannya.
    KAMPUNGAN DAN GA BERPENDIDIKAN.

    Kalo punya otak, gunakan otak!

  • dina
    May 28, 2008 at 10:59 am

    Mungkin orang sudah tidak lagi inspired dengan kata-kata menggelora, penuh semangat dan membakar emosi.. I know I dont..
    terlalu banyak kata-kata..baik dari pemerintah maupun mahasiswa, cuma beda aja bentuknya..

  • kelakuanku
    May 28, 2008 at 11:41 am

    Ah… mahasiswa sekarang tuh terjebak pada romantisme gerakan 1998. Gerakan 1998 itu merupakan kulminasi dari persiapan yang dilakukan bertahun-tahun sebelumnya yang didukung oleh banyak elemen. Pada waktu itu ada satu isu utama yaitu jatuhkan Suharto nah sekarang tidak ada isu pemersatu. Nyatanya gerakan anti kenaikan BBM ini tidak didukung oleh masyarakat umum yang massive. Sopir angkot tetap narik, LSM hanya satu dua , pihak intelektual juga tidak terlalu nampak. Makanya tidak heran kalau gerakan ini akan jadi sasaran empuk dari pihak yang ingin memanfaatkan (politisi) isu ini. Diakui atau tidak Pemerintah kan sudah punya pengalaman menaikkan BBM sebelumnya jadi sepertinya hanya akan muncul riak-riak kecil saja yang tidak sampai pada goncangan politik. Pengalaman gonacnagan politik pasca 1998 kan hanya pada waktu Gus Dur dilengserkan tapi itu sumbernya kan bukan dari isu kenaikan BBM kan. Ayo mahasiswa tetaplah bergerak hindari elitisme, turunlah ke bawah, belajarlah bernegosiasi, belajarnya mempengaruhi pemerintah dalam membuat suatu kebijakan…… Susunlah orientasi baru gerakan yang pas dalam konteks sekarang

    salam kenal untum Iman

  • ngodod
    May 28, 2008 at 12:24 pm

    ah kang. cukup sudah “adik2ku” mengeluh. dengan paper yang bejibun, dengan praktikum yang bikin kelu. membuat mereka jadi terasing. disekap dalam menara gading. aku bercerita tantang nostalgia jaman kuliah. mereka hanya bisa berkomentar, andai kurikulum sekarang menyediakan sedikit waktu untuk mereka sekedar bisa mencicipi apa yang bisa kulakukan dulu. mungkin yang terjadi sekarang adalah NKK/BKK gaya baru…

  • edy
    May 28, 2008 at 12:25 pm

    kalo aksinya ga malah bikin resah sih saya setuju aja…
    masalah cewe-cewe, sebelm ikut aksi pun banyak yg ngejar saya 😆

  • CY
    May 28, 2008 at 12:39 pm

    Program BKM? ahahaha…. ternyata strategi perang Sun Tzu juga diaplikasikan disini, “Bunuh jendralnya maka kocar-kacir lah pasukannya”. 😆

    *ketawa sambil menangis*

  • aminhers
    May 28, 2008 at 12:40 pm

    Quo Vadis pergerakan mahasiswa ❓

  • RIZKI EKA PUTRA
    May 28, 2008 at 12:53 pm

    Yang kadang membuat saya pesimis adalah ketika yang muda adalah seorang idealis tetapi setelah yang muda menjadi pelaku maka idealis seringkali terlupakan!

  • Fitra
    May 28, 2008 at 1:10 pm

    gimanapun hidup di jaman sekarang di negeri yang sedang sakit ini pula….hmmm susah cari pemimpin idealis….pasti sebelah kakinya akan berpijak ke alam realis….bahkan kedua kakinya yang tadi berada di alam idealis tanpa sadar berpindah pijak ke alam realis….*apa sih ni gw ngomongin alam….scara si Alam itu udah lama ga nyanyi dangdut….huhuhu tambah ngaco kan* 😀 beginilah kalo ngisi komen sambil kekenyangan…

  • Ray
    May 28, 2008 at 2:06 pm

    Saya merindukan sebuah demokrasi dan demonstrasi yang damai..

    Bukan seperti yang saya lihat, saya dengar, saya alami seperti sekarang ini, demonstrasi semua anarkis, Jangan salahkan polisi kalo memukul, karena mereka pada dasarnya juga manusia, yg sifat aslinya tidak mau disaikiti atau dilempari batu.

    Saya rindukan pemimpin yg bijaksana, sabar dan arif dalam bersikap dan bertindak, masih adakah?

  • red limes
    May 28, 2008 at 2:29 pm

    sewaktu masih mahasiswa sifat idealisme mereka memang tak di ragukan , tapi begitu mereka mapan … itu yg perlu di pertanyakan

  • Alex
    May 28, 2008 at 3:06 pm

    mahasiswa kembali turun kejalan
    karena ketidakadilan
    namun mereka hanya bergerombolan

    KAMMI sendiri berjuang
    HMI sendiri bersuara lantang
    BEM masing-masing menantang

    Forkot, Forkomjasi, belum menampakkan diri
    Perlu memang pemimpin sejati
    yang menyatukan langkah pahlawan ini
    karena jika seperti ini
    tanpa ada koordinasi
    pasti kekacauan yang akan terjadi
    dan pak polisi akan beraksi
    dan menyalahkan mahasiswa sendiri
    karena terjadi anarkhi
    lalu kemana Sang Pemimpin mahasiswa lagi ????????????????

  • liemz
    May 28, 2008 at 4:07 pm

    apapun kata orang di luar sana, mahasiswa selalu rindu dengan pentungan polisi, selalu rindu dengan tembakan gas air mata, selalu rindu dengan kejaran-kejaran aparat. mereka yang kelak membawa bangsa ini, sebrengsek apapun idealismenya.

    biarlah mahasiswa selalu menciptakan sejarahnya sendiri.

    angkatanmu angkatanmu, angkatanku angkatanku.

    jamanmu jamanmu, jamanku jamanku. biarlah berbeda.

  • Ahmad Sahidah
    May 28, 2008 at 4:49 pm

    Perlu ada ruang untuk menguji pendapat, yang tak diteriakkan di tengah jalan. Sebab, selalu saja marah meledak yang terungkap, emosi menggelegak yang tampak dan akhirnya tak jarang menjadi kekerasan yang bisa ‘membunuh’ siapa saja, bahkan yang tak berdosa.

    Semoga!

  • sherano
    May 28, 2008 at 6:51 pm

    I’m dreamer but i’m not the only one, i hope someday you’ll join us…( Lennon )
    Brave and always be brave!!! ( Scotland’s motto )
    Merdeka atau mati!!!! ( Bung Tomo )
    Lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup dalam penjajahan!!! ( pejuang ’45 )
    Takut mati jangan hidup, takut hidup…mati saja!!! ( sherano )

  • sandal
    May 28, 2008 at 7:22 pm

    Betul Mas, kita butuh pemimpin yang bisa memimpin. Bukan pemimpin yang kepengen dipilih menjadi pemimpin!

    Pemimpin sejati tak perlu dipilih karena dia menguasai dirinya dan diri orang lain dalam waktu bersamaan.

  • dilla
    May 28, 2008 at 7:31 pm

    kalo pemimpin mahasiswa udah ketemu, setelah ndak jadi mahasiswa, apa masih berpikiran seperti mahasiswa?

  • kw
    May 28, 2008 at 9:02 pm

    ada gojekan, ada mahasiswa itu masanya idealis, kl dah jadi pejabat waktunya materialis haha

  • Epat
    May 28, 2008 at 11:37 pm

    Bung Iman siap memimpin mereka? 😀

  • mitra w
    May 29, 2008 at 12:16 am

    di luar sistem ga bisa ngubah, di dalam sistem malah kelibas…

    Gimana kalo bikin sistem baru???? (wow, kalimat yg membahayakan nih :D)

  • Aris
    May 29, 2008 at 12:48 am

    Sebetulnya yang lebih tepat adalah “Dicari: Pemimpin Bangsa” …

  • yudhi
    May 29, 2008 at 12:51 am

    kenyamanan dan kemapanan. hehehehe… yayaya.

  • nadia febina
    May 29, 2008 at 3:29 am

    mas iman, saya mak nyes baca kutipan yang dari Lao Tsu itu..

  • Hedi
    May 29, 2008 at 4:06 am

    mahasiswa sekarang tai kucing!! (sori, mas)…coba liat kejadian terakhir saat mobil plat merah bawa anak kecil di kursi depan tetep digasak…itu gerakan pesanan komunis semua (bendera merah, hitam, kuning)

  • pinkina
    May 29, 2008 at 8:01 am

    nglirik komen’e mas Hedi.
    Tapi aku bukan mahasiswa yg seperti itu lho mas 🙁 hiksss
    /*aku kan jg mahasiswa 🙁

  • endang
    May 29, 2008 at 8:08 am

    wah….saya gak respek lagi sama mahasiswa sekarang…….gak berbudi pekerti luhur……

  • Silly
    May 29, 2008 at 8:17 am

    ahhh… kok rasanya ngilu yah hati ini mbaca tulisan ini…
    kemana pemimpin2 mahasiswa yg dulu, Budiman Sujatmiko?
    Trus Rico Marbun… ada beberapa yg dulunya sangat vokal dijalan
    justru sekarang jadi anggota DPR loh…
    Dan sepertinya mereka lupa apa yg dulu mereka teriakkan dijalanan..

    Ahhh, time change poeple… or people change through times..???

    Upset…

  • -may-
    May 29, 2008 at 10:03 am

    Saya rasa di setiap generasi masih selalu ada ‘sang pemimpin’ atau ‘sang idealis’ itu. Pun di antara mahasiswa yg sekarang. Tapi saya setuju dgn Mas Nofie Iman di atas: secara keseluruhan, semangat demonstrasi mahasiswa sekarang ‘beda’. Ada yg semangatnya seperti dulu, tapi banyak yg sekedar ikutan karena demo sedang ‘happening’ 🙂

    Waktu Mei 1998, saya (baru lulus setahun) masih ikut nyiapin logistik di kampus buat adik2 yg demo. Ada yang benar2 idealis, tapi .. banyak yang ikutan karena “pacarnya ikut”. Alasannya: jaga pacar, nemenin pacar, dll. Nggak heran waktu itu di Gedung MPR/DPR banyak jaket kuning mesra2an 🙁

  • aprikot
    May 29, 2008 at 10:33 am

    idealisme, sayang sring kalah oleh kursi empuk. dulu berkoar2 ktika sudah duduk di posisi enak, lupa apa yg dijadikan tuntutan di jaman reformasi

  • detnot
    May 29, 2008 at 12:00 pm

    BLT buat mahasiswa? buat tutup mulut? hmmhhh

    jangan2 mau mengebiri mhswa nih

    ***bakar kompor :mrgreen:

  • daniel
    May 29, 2008 at 12:19 pm

    kita semua yang tidak ikut demonstrasi tidak tahu bagaimana rasanya mereka saat sedang demo. yang kita bisa yaitu mengomentari demonstrasinya mereka. apakah ini adil untuk mereka??? banyak diantara mereka yang mungkin berdemo hanya ikut2an saja tp tidak sedikit pula diantara mereka yang berdemo memang tulus untuk menyuarakan hati nurani rakyat Indonesia dan kita semua termasuk yang dibela mereka. saya yakin perbuatan2 anarkis mereka yang bisa kita baca di koran, nonton di televisi dan dengar di radio sebenarnya disulut suatu ‘pihak’ hingga terjadi bentrokan antara aparat dan mahasiswa itu.

    HIDUP MAHASISWA…MASA DEPAN NEGERI INI ADA DIPUNDAKMU DAN SUARAMU…TUHAN MEMBERKATI KALIAN…

  • neno
    May 29, 2008 at 12:47 pm

    Mahasiswa dan kenaikan BBM

    24 mei 2008, Pemerintah dengan diwakili oleh menkeu, menkes, dan men-men lain yang terkait dengan kebijakan ekonomi. Berkumpul dan mulai mengumumkan kebijakan harga BBM yang baru. Tidak salah jika kemudian harga BBM sudah naik, toh konspirasi minyak diluar sana juga sudah mulai menggila. Namun yang menjadi salah adalah bagaimana cara PEMERINTAH PUSAT NKRI menghadapi dan menelurkan kebijakan. Seolah mereka tidak akan hidup setelah harga BBM naik, mereka menutup mata dari realita sosial yang akan bergejolak dibawah, dan memang telah terjadi
    Memang pemilu 2009 sebentar lagi, tapi bukan berarti mereka tidak akan dapat bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Memang pemilu 2009 sebentar lagi, namun rakyat yang menderita juga dapat berpikir rasional dan tidak akan menutup mata dengan penipuan mentah-mentah ini. Memang pemilu 2009 sebentar lagi, namun bukan berarti jangka waktu yang pendek ini, memberi kebebebasan bagi yang diatas untuk bersiap diri dengan “pesta rakyat’ tersebut, tanpa memperhatikan keadaan di bawah. Rakyat masih butuh makan, masih butuh pendapatan, masih butuh pekerjaan dan mereka masih butuh hidup. Rakyat tanpa negara adalah sah, dan disebut sebagai kekuasaan ‘anarkis’. Namun negara tanpa rakyat adalah tidak sah, karena rakyat adalah syarat mutlak berdirinya negara selain wilayah dan pemerintahan. Jadi, akan begitu naif jika pemerintah pusat menutup mata terhadap kondisi dan realita masyarakat sekarang.
    Bukankah yang seharusnya menjadi penjabat dan wakil rakyat itu orang-orang pintar? Orang-orang yang seharusnya mengerti bagaimana mengelola negara dibanding orang-orang awam yang disebut masyarakat. Tapi kenapa kebijakan yang mereka keluarkan, malah mencekik dan membunuh pelan-pelan rakyat. Apakah rimba sistem birokrasi INDONESIA sudah sedemikian carut-marut, sehingga tidak meninggalkan orang-orang yang pro-rakyat. Apakah tuntutan UANG sudah lebih besar dibanding tuntutan RAKYAT. Dimana mukamu hai penjajah kau sembunyikan? Apakah karena merasa memiliki wajah yang sama, sehingga merasa aman bersembunyi diantara kami? Sedemikian lama kita dijajah feodal asing, dan ternyata sekarang, kita kembali dijajah, oleh feodal yang SEBANGSA.
    Kenaikan BBM tanpa persiapan, merupakan salah satu bentuk nyata ketertindasan bangsa Indonesia. Rakyat tidak bisa melawan, dan mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat yang “merasa’ ikut dalam penderitaan itu tidak dapat melakukan apa-apa. Salah satu dampak yang dihasilkan oleh kenaikan BBM adalah Konflik horizontal, konflik yang terjadi antar masyarakat. Sampai 26 mei 2008, ada beberapa konflik yang mulai timbul
    1. Antara mahasiswa dengan alat penguasa, seperti UNAS dengan POLISI
    2. Antara sopir angkutan dengan pengguna jasa angkutan, yang terjadi di seluruh daerah di Indonesia
    3. Antara pedagang dengan pembeli di pasara-pasar tradisional
    4. Antara pensiunan dengan sesama pensiunan, seperti yang terjadi gorontalo dan bogor
    Kesemua konflik tersebut, harusnya tidak perlu terjadi dan tidak seharusnya terjadi. karena hanya menghabiskan tenaga, dan kondisi akan tetap tidak berubah. Yang ada hanyalah bagaimana kita seharusnya dapat bersama mengatasi keadaan ini, toh baik polisi, mahasiswa, anggota dewan, masyarakat kecil sampai orang kaya pun butuh hidup. Kalau sampai konflik ini diteruskan, toh yang rugi adalah kita semua, rakyat Indonesia. Jangan sampai pandangan mata kita teralihkan, karena tujuan utama kita saat ini adalah untuk bangkit. Dan hal yang harus kita lakukan adalah:
    1. Mari kita buat sistem pendidikan yang meningkatkan intelektualitas bukan peningkatan depresi dan KKN.
    2. Peningkatan sektor UMKM, karena sektor inilah sebagai tonggak ekonomi kita. Peningkatan jumlah lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, semuanya dapat berasal dari sini
    3. Peningkatan kualitas pertanian, dengan mulai meningkatkan prodksi pada dan peningkatan harga jual gabah namun tetap menjaga kestabilan harga beras.
    4. Peningkatan pelayanan administrasi birokrasi, sehingga tidak terjadi kembali perbedaan data antar instansi
    5. Peningkatan pelayanan kesehatan dan pelayanan publik, sehingga rakyat dapat hidup dengan lebih nyaman.
    Sehingga kenaikan BBM bukanlah suatu kendala yang harus dilawan dengan fisik, marilah kita kembali ke bagian dan fungsi masing-masing yang kita kuasai. Sebagai mahasiswa, banyak yang dapat kita lakukan selain berdemo, yang mengganggu ketertiban umum. Bersama rakyat kita seharusnya dapat bergerak. Bukan permasalahan PENURUNAN HARGA BBM yang harus kita soroti, tapi bagaimana kita beresonansi terhadap perubahan itu. kegiatan yang dapat mahasiswa lakukan, adalah:
    1. Bergerak dan melawan sesuai dengan bidang pendidikan masing-masing. Seperti: Mahasiswa HUKUM, carilah kesalahan dalam perumusan kebijakan ini dari sisi hukum dan rekomendasi yang harus dilakukan. dan salurkan kepada lembaga-lembaga yang berwenang. Mahasiswa TEKNIK, berinovasilah sesuai dengan bidangmu, yang sekiranya dapat membantu permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dan begitu juga dengan tiap eleman mahasiswa di INDONESIA.
    2. Bergabung bersama masyarakat dan terjun dalam keseharian mereka, sehingga kita tahu apa sebenranya kebutuhan rakyat, bukan hanya berteriak mengatasnamakan mereka namun tidak tahu inti permasalahan mereka.
    3. Ubahlah sudut pandang anda menanggapi dinamisasi sosial yang ada, sehingga dapat lebih jelas melihat apa yang harus kita perjuangkan
    4. Pertajam sisi Intelektual namun harus selaras dengan sisi sosial yang ada, sehingga dapat memperkecil konflik horizontal yang terjadi dan juga secara cerdas dapat menyelesaikan permasalahn yang lain.
    5. Menyampaikan pendapat boleh, namun bukan berarti alatnya cuma demo. ada koran, tulislah apa yang kau pikirkan. Ada radio dan televisi, suarakanlah apa yang kau pikirkan. Dan ada Internet, beritakanlah apa yang kau rasakan dan hadapi.
    6. Jangan terkotak dalam kelompok agama, ideologi, dan ras, karena kita INDONESIA dan karena ada yang lebih nyata yang kita hadapi sekarang. Yaitu pemerintahan yang tidak merakyat dan cengkraman asing yang mulai mengoyak sendi kehidupan kita.
    7. Dan menerima BKM bukan solusi cerdas dalam menanggapi perubahan ini, karena BKM bukan hak mahasiswa dan tak lebih dari langkah panik pemerintah (kelihatan kan ketidaksiapannya)
    Marilah kita mulai bersatu dan mulai mengerakkan arti keberadaan kita sebagai mahasiswa. Mahasiswa bukan agen perubah, namun kita adalah PERUBAHAN itu sendiri.
    Berjuanglah MAHASISWA, marilah bangkit dan kita tegakkan kembali bangsa yang mulai merapuh ini. MERDEKA 100%!!!

  • nopan
    May 29, 2008 at 2:07 pm

    @^^ kayaknya mbak/mas neno hrs bikin blog sendiri deh….

    kabuurrrr…..

  • nopan
    May 29, 2008 at 2:08 pm

    ^^ kayaknya mbak/mas neno hrs bikin blog sendiri deh….

    kabuurrrr…..

  • dewi
    May 29, 2008 at 3:11 pm

    kita ternyata tidak hanya krisis BBM, krisis pangan.. tapi juga krisis pemimpin sejati. atau, krisis kepercayaan? 😀

  • puputs
    May 29, 2008 at 5:21 pm

    wajar anteng, udah berlebihan

  • pudakonline
    May 29, 2008 at 7:48 pm

    sedikit saja, karena terlalu panjang ditulis disini.

    Pramoedya terlalu cepat menulis sejarah, kecewa, sekarang bukan lagi menjadi miliknya saja dengan menyebut beberapa nama yang dulu dianggap reformis kedalam kesaksiannya itu, tapi reformasi kemarin telah melahirkan penghianat dari anak kandungnya sendiri, dan juga menuntut korban darinya, dan sekarang sejarah negeri ini hendak melupakannya juga, sungguh keterlaluan.

    Saya pembaca blognya mas Novie Iman, sedikit kecewa dengan komennya di tulisan ini, dan beberapa komen yang senada, mudah-mudahan ini tidak kontroversi, semua memang boleh berpendapat secara bebas.

  • nico
    May 30, 2008 at 12:15 am

    “hidup adalah perbuatan”
    *keinget iklan ditipi:D*

1 2

Leave a Reply

*