Kanjur

Siapa bilang orang Indonesia semuanya suka korupsi ? tidak juga kalau melihat proyek percontohan yang dilakukan KPK dengan beberapa sekolah SMA di Jakarta. Kanjur Kantin Jujur – adalah kantin kecil, berbentuk etalase meja berisi barang barang kebutuhan sekolah, seperti pensil, buku, bolpen dan macam macam. Hanya disini tidak ada penjaga kantinnya.
Pembeli membayar dengan memasukan uang ke kotak, sesuai dengan harga label barang yang diambil. Ada sekolah yang mencatat keuntungan, alias jumlah uang yang masuk di kotak sama dengan nilai barang yang keluar. Walau ada juga Kanjur yang rugi bahkan sampai defisit, karena siswa selain tak membayar juga sekalian mencomot uang dalam kotak.

Pemahaman budaya anti korupsi yang digelontorkan lewat dunia sekolah sungguh menarik kalau kita bicara masalah yang rumit ini, yakni kejujuran. Sejak dini siswa sudah dikenalkan dengan bagaimana menjadi jujur utuk diri sendiri. Tidak usah di politik. Kadang di film saya sudah geleng geleng kepal melihat begitu tingginya biaya mark up yang dilakukan pekerja film. Mulai dari sewa lokasi, beli props ini itu sampai biaya perjalanan.

Membaca laporan yang dikeluarkan oleh survey indeks Persepsi Korupsi 2008 yang baru saja diterbitkan oleh Transparency International Indonesia. Ternyata Majelis Ulama Indonesia masuk dalam daftar lembaga yang dipersepsikan bisa disuap dalam sertifikasi halal. Semoga anggapan ini tidak benar, walaupun kita harus mengakui demikianlah persepsi yang timbul.

Jadi masalah kejujuran tidak harus berkaitan dengan strata, status sosial dan tingkat pendidikan yang disandang. Juga seorang pejuang, Kapten Umar Yunus, yang mengkorup dana pembelian senjata dalam revolusi Kemerdekaan. Sebagaimana dalam penggambaran karakter novel “ Maut dan Cinta ‘ karya Mochtar Lubis.

Dalam perjalanan ke Solo minggu lalu, monopod kamera saya tertinggal di dalam becak yang membawa ke Sate Tambaksegaran. Padahal saya sudah pesimis dan merelakan kehilangan barang itu.
Tukang beca – wajahnya tertutup caping karena hujan – yang tak dikenal namanya, membuktikan sebaliknya. Ketika saya kembali ke hotel, petugas di depan sudah menitipkan monopod kamera yang telah dikembalikan si tukang beca tersebut. Bahkan saya tak sempat mengucapkan terima kasih.

Sewaktu menjadi juri dalam lomba Film Iklan Layanan Masyarakat tentang Korupsi yang diselenggarakan KPK. Seorang anak SMA mengirimkan karyanya, bagaimana dia mogok sekolah karena tahu mobil, baju dan biaya sekolahnya hasil dari korupsi bapaknya. Saya berdiskusi dengan juri lainnya, Arswendo Atmowiloto, bahwa karya ini ekstrim sekaligus brilian.
Bahwa sejak dini budaya menggusur biaya biaya siluman, dana taktis, uang panas mestinya bisa menjadi kurikulum baru, daripada berkutat pelajaran aneh bin ajaib ‘ Pendidikan Moral Pancasila ‘ . Saya tidak tahu apakah pelajaran ini juga masih ada dalam kurikulum pendidikan sekolah jaman sekarang.

Saya selalu ingin tahu bagaimana kelak proyek Kanjur – Kantin Jujur – di sekolah sekolah ini bisa berhasil atau tidak. Jika berhasil, setidaknya bahwa persepsi manusia Indonesia suka korupsi tidak selalu benar. Selalu ada harapan dan angin baik.
Bukankah sebagai blogger kita juga diminta jujur dengan apa yang kita rasakan, serta simpati dari hati nurani yang muncul dalam bentuk tulisan. Walau kadang kita sendiri bertanya tanya, apakah pewartaan yang kita usung berpretensi pamrih atau memang benar benar jujur.
Tukang beca yang tak pernah saya temui lagi, juga tidak bisa memberi jawaban. Mungkin ia hanya berkata, tidak ada yang istimewa. Tak perlu juga gembar gembor. Bukankah barang ini milik orang lain ?

You Might Also Like

38 Comments

  • Brahmasta
    February 2, 2009 at 4:08 pm

    Yang jujur malah yang hidupnya susah ya…

  • Aris Heru Utomo
    February 2, 2009 at 4:24 pm

    Sekolah sebenarnya tetap sebagai salah satu tempat yang sesuai untuk pembelajaran tentang nilai-nilai dan segala aspek kehidupan lainnya. Namun sayangnya sekolah sekarang ini lebih banyak mengajarkan teori dibandingkan praktek. Masalah kejujuran, sopan santun ataupun nasionalisme (untuk menyebutkan beberapa contoh), tidak cukup hanya dengan sekedar teori. Perlu praktik dan contoh yang nyata.

    Krn itu kita sambut baik inisiatif Jaksa Agung Hendarman untuk membuka kanjur sbg sarana melatih kejujuran. Mungkin hasilnya tidak akan 100% tapi saya yakin akan ada dari mereka yg nantinya benar-benar mewarisi dan menerapkan nilai-nilai kejujuran tsb.

    Btw kapan Mas Iman buat iklan yg memuat pesan ttg kejujuran? Seperti waktu Mas Iman buat iklan anak sekolah yg tergesa-gesa naik sepeda agar dapat mengejar upcara bendera.

  • kyai slamet
    February 2, 2009 at 4:24 pm

    setelah belajar dari sopir taksinya epat, kini belajar dari tukang becaknya mas iman.
    guru itu memang ada di mana-mana!

  • mantan kyai
    February 2, 2009 at 4:49 pm

    “Ternyata Majelis Ulama Indonesia masuk dalam daftar lembaga yang dipersepsikan bisa disuap dalam sertifikasi halal” …
    hmmm… jangan-jangan ????

  • hedi
    February 2, 2009 at 5:34 pm

    iwan fals pernah bilang orang jujur cuma ada di komik

  • Bagas
    February 2, 2009 at 6:47 pm

    Mungkin memang butuh satu generasi untuk membabat budaya korupsi ini.

  • funkshit
    February 2, 2009 at 8:02 pm

    di warung makan juga sering kan kita main jujur2 an .. . makan nasi ayam, bisa aja bilang cuma pake tempe . .
    tapi kok ya nda tega . ..

  • rani
    February 2, 2009 at 8:30 pm

    anak SMA itu, handycam buat bikin filmnya itu hasil korupsi bapaknya jg bukan? 😀

    jujur itu pada akhirnya menyatu dgn karakter. ada orang yg lupa mbayar di kantin sampai ga bisa tidur, ada juga yang ditanya apapun refleks pertamanya adalah berbohong, pdhal ga penting. heran *pengalaman pribadi*

  • gagahput3ra
    February 2, 2009 at 8:47 pm

    Kejujuran adalah suatu yang relatif, tergantung oleh perspektif dan pengetahuan yang dimiliki sang penilai.

    Harusnya di kanjur juga ada catatan yang bisa diisi setiap pengguna kanjur sebagai alasan kalau dia harus mengambil suatu barang tanpa membayar, sehingga tidak memukul rata sang “pencuri” sebagai orang yang tak bermoral.

    Dengan begitu saya pikir selain melatih kejujuran kita juga akan dilatih untuk memiliki asas praduga tak bersalah dan gak asal ngejudge terhadap seorang “tersangka” 😀

  • nicowijaya
    February 2, 2009 at 10:55 pm

    untung itu monopod ngga dijadiin dil.. ah sudahlah:D

  • satria kejujuran
    February 2, 2009 at 11:26 pm

    @funkshit : wooooo…jebule kowe le 😯

    kanjur ini kalo ga salah baca, pertama yg menerapkan sekolah kanisius ya ? lupa saya. di daerah jawa tengah gt ?
    di jogja pernah juga model macam ini, mirip tapi beda. jadi begini :

    saya lupa siapa yg bereksperimen, tp kalo ga salah ibu2 ato seorang ibu yang udah sepuh.
    dia menyediakan setiap pagi, sarapan murah meriah yang diletakkan di pinggir jalan tertentu di kota jogja. sasarannya adalah tukang becak, pengemis, dll yang scr ekonomi terbatas. menunya sendiri cukup lumayan, nasi kuning ato nasi sayur gt. selain nasi bungkus, si ibu ini juga meletakkan semacam ‘celengan’ utk pembeli menaruh bayaran sekadarnya.

    salah satu tempat adalah di depan Panti Rapih, jadi saya sering melihatnya. hingga suatu saat ketika saya lg mo sarapan bubur jawa di depan PR, saya liat kok celengan di nasi tersebut jebol. gemboknya patah. trus saya ngobrol sama ibu yg jualan bubur jawa tersebut. dr dia saya dpt cerita ttg ‘experimen’ kejujuran tsb. dan skrg ‘experimen’ tsb dihentikan. udah lamaaa bgt, mungkin dr 1/3 thn 2008.

    saya lumayan penasaran sih, bagaimana pendapat dan yg didapat oleh ibu itu mengenai ‘experimen’ kejujurannya, mendapati kotak/celengan uang dijebol oleh orang-orang yg tidak bertangungjawab.

    upst komennya panjang pisan. abis ga tahan utk bicara sih kl udah di sini 😆

  • satria kejujuran
    February 2, 2009 at 11:27 pm

    aduh komenku kecegat satpam >.<

  • omoshiroi
    February 3, 2009 at 12:21 am

    theme song-nya kajur tu lagunya Radja ya mas iman?
    yg judulnya “Jujur”,,
    hehe..

  • haris
    February 3, 2009 at 1:44 am

    kejujuran kan sesuatu yang datang dari dalam, mas. memang bs dipengaruhi jabatan, status sosial, tapi yang “di dalam” itu akan tetap memainkan peran utama.

  • mei
    February 3, 2009 at 3:30 am

    PMP sekarang udah jadi PPKn mas (entah apa kepanjangannya lupa..)

    @Brahmasta: emang yg jujur itu hidupnya susah, karena pendapatannya sesuai dengan kerja kerasnya. Ga kaya koruptor, ongkang2 kaki tapi jalan2 keluar negeri terus. 😛

    @Rani: masih bagus anaknya sadar n berani berbuat sesuatu ttg hal tersebut. masa iye dia kudu berenti makan karena makanan n minuman yg konsumsi dibeli dari uang hasil korupsi haha

    Posting ini bagus banget mas, aku sampe baca bulak balik. Semoga bisa menyentuh hati nurani manusia2 Indonesia supaya bertindak lebih jujur.

  • DV
    February 3, 2009 at 4:43 am

    Jujur harus dimulai dari hati dan pikiran, Mas.
    Salut untuk proyek Kanjur-nya KPK, semoga jadi satu awal yang baik.
    Tak ada kata terlambat sebelum kiamat!

  • Epat
    February 3, 2009 at 8:28 am

    klo ntar semua orang jadi baik dan jujur, para setan-setan penggoda manusia indonesia musti migrasi dong 😀
    hehehe

  • Ndoro Seten
    February 3, 2009 at 10:30 am

    wah makin menjamur saja kantin jujur begini…
    memmang kejujuran harus mulai ditanamkan semenjak anak sekolah, bahkan kepada balita to?

  • Ina
    February 3, 2009 at 10:36 am

    coba belajar jujur pada diri sendiri aja masih sulit. apalagi jujur pada orang lain.
    😛 hehehe….. jujur kacang ijo enak kali ya.

  • pinkina
    February 3, 2009 at 11:07 am

    masalahe mas, orang jujur itu dapetnya selalu dikit, yang gak jujur selalu dapet banyak……
    jaman saiki sengsaraaaaaaa banget jadi orang jujur

  • hanny
    February 3, 2009 at 11:33 am

    masalah kebiasaan, mungkin. sekali berbohong, keringat dingin dan deg2an, dua kali cuma keringat dingin sedikit, tiga kali cuma deg2an, empat kali… nggak ngefek! 🙂 katanya kalau melakukan sesuatu secara kontinu sebanyak 21 kali, sesuatu itu akan menjadi kebiasaan. kalau kata mario teguh, nggak ada orang yang jujur. yang ada adalah harga orang tersebut untuk jujur. ada yang lihat 10,000-an jatuh didiamkan saja, tapi kalau lihat 1,000,000 nganggur baru disikat 😉 ada juga yang nemu uang 1 miliar belum tentu mau mengambil karena uang itu bukan miliknya 😀

    komen OOT: *hanny suka mas iman jadi rajin ngupdate blog belakangan ini* hehehe

  • Awam Bhq
    February 3, 2009 at 7:07 pm

    Walah, untung waktu posting pengajian di bhi aku gak tau klo banyak warganya yang “jadi ustad” seperti pak iman ini. Klo tahu, bakalan berkeringat dingin aku ini. Kulonuwun pak, numpang mengaji.

  • Hilman
    February 3, 2009 at 8:27 pm

    Kayaknya keren kalo ada yang melakukan riset kejujuran vs keadaan hidup. Bisa bikin skripsi tuh…: Pengaruh Keadaaan Hidup Seseorang Terhadap Kejujuran Menggunakan Analisis Multivariat (sok akademis dan gak nyambunk he3…).

    Salut mas Iman… Tulisane akeh tenannn..

  • Doohan
    February 4, 2009 at 2:45 am

    setiap kejujuran kebanyakan berakhir dengan malapetaka bagi orang yang melakukan kejujuran tersebut.
    banyak sekali orang jujur yang justru hidupnya terancam karena mencoba jujur. Pasti akan di teror dan dintimidasi dari orang yang menjadi korban dari kejujuran seseorang.
    Seorang brigadir polisi di tempat nekad menggrebek sendiri tempat judi kartu di rumah seorang pengusaha tanpa surat tugas lagi. tapi apa yang terjadi, di dalam rumah tersebut ada atasannya yang ikut bermain judi. teman saya ini dipaksa bungkam dan seminggu kemudian dia di mutasi.

    Kepekaan untuk menjadi jujur sebenarnya ada di hati setiap orang. tapi terkadang kita terlalu takut untuk mencoba menjadi jujur.

  • iman brotoseno
    February 4, 2009 at 3:06 am

    hanny,
    dari dulu juga sering update kok..
    malah aneh dibilang sering update..he he

  • edratna
    February 4, 2009 at 6:10 am

    Saya ingat saat tinggal di asrama zaman kuliah. Asramanya tanpa ibu asrama, tapi bergiliran dipimpin oleh Ketua dan anggota yang dipilih setahun sekali. Saya pernah menjabat bagian Kesehatan dan kesejahteraan, antara lain menyediakan berbagai penganan di dalam kantong plastik, dan yang beli tinggal memasukkan uangnya. Saya amati, semuanya sesuai aturan, jadi saat itu saya menyimpulkan teman seasrama jujur semua.

    Hal seperti ini perlu di dorong terus, mudah2an anak SMA kita masih banyak sekali yang jujur, dan kalau ada yang iseng, teman lain mau menegur…dengan budaya yang malu berbuat tidak jujur, akan terdorong untuk berbuat jujur karena kalau tidak, dia tak akan diterima dalam kelompoknya.

  • -may-
    February 4, 2009 at 11:55 am

    Kutip “Saya selalu ingin tahu bagaimana kelak proyek Kanjur – Kantin Jujur – di sekolah sekolah ini bisa berhasil atau tidak. Jika berhasil, setidaknya bahwa persepsi manusia Indonesia suka korupsi tidak selalu benar. Selalu ada harapan dan angin baik.”

    Ya, mungkin memang hasil akhirnya hanya akan bisa membuktikan bahwa hipotesa bahwa “manusia Indonesia suka korupsi” dapat diterima atau tidak 🙂 Sebatas itu, karena kalau untuk tujuan awalnya “memberantas dan menanamkan anti korupsi sejak dini”, metode ini tidak terlalu kuat 😉 Upaya pendidikan tanpa disertai konsekuensi tindakan, bagaimana bisa berhasil?

  • -may-
    February 4, 2009 at 11:56 am

    Eh, komentar sekarang dimoderasi, Mas? Kenapa?

  • iman brotoseno
    February 4, 2009 at 12:25 pm

    may,
    nggak tahu wp 2,7 setelah diupgdare kok suka ngemoderasi sendiri secara random..

  • sarah
    February 4, 2009 at 5:09 pm

    dikos- an ku juga pada ngambil supermie sendiri sendiri..jujur jujur aja ..he he

  • Dony Alfan
    February 4, 2009 at 7:19 pm

    Syukurlah monopod yang mahal itu bisa balik lagi, jangan kapok hunting foto di Solo. Atau mungkin malah bikin iklan di Solo 😀

  • Gildo
    February 5, 2009 at 2:10 am

    Puff, susah, semua manusia kalau ada kesempatan untuk ambil uang , pasti ambil saja.
    Bicara dari korupsi?, datang saja ke negara Spanyol, disini betul2 dunia korupsi.
    Wassalam

  • jaka
    February 5, 2009 at 9:46 pm

    Kalau tukang becaknya di yogya susah kembalinya itu mas. 🙂 Kota itu sudah terlalu “tourist-minded”. Tukang2 becaknya sudah “kenal duit”. Bitter, but apparently true.

  • abdee
    February 7, 2009 at 8:33 pm

    semoga idiom “”jujur ajur” lama kelamaan hilang karena kenyataan di masyarakat.

  • Nyante Aza Lae
    February 9, 2009 at 4:40 pm

    klo ada link download lagu “jujur” by radja pasti lebih manteb bro

  • anderson
    February 9, 2009 at 5:58 pm

    Bibit muda Indonesia biasanya adalah bibit yang bagus. Cuma perjalanan waktu dan tempaan lingkungan terkadang merubah bibit yang sudah bagus tadi jadi berbuah yang busuk atau ngga berbuah sama sekali. Contoh kecil aja, tim sepakbola junior atau U-15 Indonesia biasanya jago banget dan bisa diadu dengan pemain dari kelompok umur yang sama asal Eropa. Tapi begitu tumbuh dewasa di tengah realita kehidupan negeri ini, semuanya jadi layu sebelum berkembang. Mudah-mudahan bibit kejujuran yang dipupuk para junior kita ini ngga layu sebelum berkembang…

  • aminhers
    February 17, 2009 at 10:17 am

    Kejujuran harus ditanamkan di mana2. Ketika kami(guru2) banyak memberikan dan memaknai nilai moral di sekolah terhadap para siswa, kadang kala suka frustrasi ketika melihat di sekolah tingkat luas yakni masyarakat yang menjadi sekolah ke dua bagi para siswa,yang kenyataannya bertolak belakang dengan makna moral yang yang sudah kami tanamkan kepada para siswa di sekolah. Tapi nggak usah sangsi Mas Iman kami tetap berupaya, memaknai nilai moral kepad para siswa ,walaupun banyak tantangan dan hujatan.

  • Ansyori
    March 3, 2009 at 5:12 pm

    Saya juga pernah melihat dan mengalami hal serupa…disebuah mesjid dilingkungan RCTI…dimana disitu ada soft drink (teh botol etc) ..nasi bungkus…jajanan dll…terus kalo kita ambil ya…bayar dikotak…ini sekitar tahun 2001 / 2002 lalu…Apakah sekarang masih ada?

Leave a Reply

*