Kenapa harus Kalla ? itu mungkin pertayaan yang dilemparkan publik ketika SBY memilih sekondannya untuk dalam pemilu Capres 2004. Ia yang tak punya kendaraan politik , karena baru dipecat dari Golkar setelah menyebrang ke SBY. Sementara Golkar ( Akbar Tanjung ) memilih merapat ke koalisi PDI-P. Tak ada yang tahu, ketika Kalla dipecat oleh Gus Dur sebagai Menko. SBY adalah satu satunya menteri dalam kabinet yang menunjukan rasa keprihatinanya dengan membesarkan hati Jusuf Kalla. Ini yang selalu diingat oleh pengusaha bugis itu sehingga tak sedetikpun ia ragu menerima pinangan SBY.
Kedua, Kalla adalah orang pengusaha yang sukses. Populer di kawasan Indonesia timur, sebagai representasi keseimbangan antara Jawa dan non Jawa. Dalam kesepakatan berikutnya Kalla bersedia menanggung biaya kampanye sebesar 70 %, dan sisanya 30 % dari SBY. Kalla memang tidak bodoh dan penuh perhitungan matematis. Ini juga dikemukan oleh Eep Sjaefulloh Fatah bahwa bagi Kalla semuanya ada perhitungan logis dan untung rugi. Kepada SBY ia meminta kontrak politik lebih jauh. Jatah pengurusan ekonomi Indonesia, dan membiarkan sisanya seperti pertahanan, politik luar negeri menjadi hak presiden.
Ini sekaligus membalikan preseden yang selama ini terjadi di Indonesia – sesuai UUD 1945 juga – bahwa wakil Presiden hanya menjadi ‘ ban serep ‘ dalam sistem pemerintahan presidensiil. Wapres Jussuf Kalla always steal the show. Ia cenderung praktis dan mengabaikan birokrasi yang bertele tele. Ia bisa potong kompas dalam penunjukan pengadaaan helicopter bencana tsunami Aceh, sementara kalau mengikuti prosedur tender akan memakan waktu berbulan bulan. Ia bisa langsung mengganti direktur direktur BUMN atau menyemprot seorang menteri karena kelambatan progress pembangunan infrastruktur misalnya. Hanya satu menteri yang tak bisa digoyangnya. Sri Muyani.
Konon SBY sendiri yang memasang bemper untuk melindungi Menteri Keuangan ini. Ia juga blak blakan dengan menyukai terus terang. Dalam pertemuan dengan perwakilan lembaga kreditur dari negara negara asing yang memuji muji pertumbuhan ekonomi Indonesia, Wapres Kalla justru menampik dan membalas, cut the bullshit. Ia mengatakan tak perlu perlu puji pujian, ia memerlukan tindakan kongkrit yakni investasi atau dana masuk ke Indonesia. Ini berbeda dengan SBY yang selalu hati hati dan dipleseti penuh keraguan dalam bertindak.
Namun Jussuf Kalla kadang terlihat terlalu kebablasan. Ia tak perlu harus turun tangan menentukan disain arsitektur Bandara Hasanudin di Makasar. Ia juga semestinya tak perlu bersikap reaktif membela bisnis kolega koleganya seperti Aburizal Bakrie. Kalla selalu menjawab, apa salahnya membantu pengusaha nasional. Dahulu Sinar Mas, Salim Group juga mendapat kemudahan. Kenapa ia tidak boleh ? Jika dilihat kilas balik bisnis keluarganya di Makasar, awal tahun 70an keluarga Kalla juga mendapat hak dari Pemerintah Soeharto untuk memasok mobil mobil untuk kawasan Indonesia timur. Tak ada yang salah memang jika hubungan patron antara pengusahan dan Pemerintah untuk menumbuhkan kekuatan ekonomi pribumi.
Bukankah Bung Karno dulu juga memberikan kemudahan kepada pengusaha pribumi seperti Dasaad, Hasjim Ning dan Soedarpo. Problemnya Jusuf Kalla tersandera dengan kepentingan bisnis koleganya yang kadang bisa menyakitkan sebagian besar bangsa ini. Ia bisa marah jika pembangunan jalan tol atau pembangkit listrik molor, sementara molornya penyelesaian kasus Lapindo, ia hanya diam saja. Justru SBY yang marah marah. Entah ini karena perhitungan balas budi karena sebagian pengusaha ini membantu melapangkan Jusuf Kalla menjadi ketua Golkar, terutama dalam pembagian ‘ gizi ‘ anggota anggota Golkar. Kali ini mungkin perhitungan Jusuf Kalla agak meleset. Secara matematis juga ia tak perlalu memiliki peluang menduduki RI – 1. Popularitas dia bahkan dibawah Megawati, SBY atau bahkan Prabowo. Sekali lagi ia tersandera permainan politikus di dalam Golkar sendiri, agar maju mencalonkan sebagai Presiden.
Kini ia sudah terlanjur maju, dan tinggalah dia sendiri kebingungan entah apa yang akan dilakukan. Secara basa basi dalam pertemuan dengan blogger di Pizza café, Jl Mahakam Jakarta, ia mengatakan masih memiliki kontrak denga SBY sampai periode ini berakhir. Namun SBY sudah terlanjur menilainya sebagai rival.Setelah pulang dari perjalanannya dari luar negeri baru baru ini, Wapres Kalla harus ‘ menunggu ‘ selama 5 hari untuk bisa mendapatkan kesempatan audiensi dengan Presiden SBY. Sikap kecurigaan dari kubu SBY yang akhir akhir ini membuat Kalla agak tersinggung.
Percik percik api perselisihan telah dimulai. Jusuf Kalla juga kesal, karena protokoler Istana dan Departemen luar negeri sepertinya memboikot, sehingga akhirnya ia tak dapat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika, Hillary Clinton, selama kunjungannya di Indonesia. Alasan yang dikemukan karena jadwal Hillary yang sibuk tak bisa diterima. Mengapa ia bisa datang ke studio RCTI atau kunjungan ke perkampungan sementara tak bisa mengalokasikan waktu bertemu dengan Wapres Indonesia. Kini Jusuf Kalla harus membuktikan bahwa feeling dan intuisinya maju sebagai capres benar benar penuh perhitungan sebagaimana apa yang biasa lakukan. Saya menduga hati kecilnya sudah cukup puas menjadi RI – 2.
Walau ini agak sulit dengan perkembangan manuver terakhirnya. Diam diam SBY sudah mulai melirik Sri Muyani sebagai salah satu kandidat pasangan Wapresnya. Hari hari kampanye dan sepanjang tahun ini akan merupakan hari hari melelahkan bagi Jusuf Kalla. Ia harus mulai berhitung secara cermat dan membuat strategi pemenangan pemilu. Dalam politik, matematika memang tak selalu bilangan genap. Bisa ganjil atau bilangan prima. Siapa tahu ? Hanya saja sebaiknya ia melupakan untuk terus terusan memakai pesawat pribadi milik Aburizal Bakrie dalam perjalanan dinasnya. Dalam politik memang harus rela mengorbankan teman dekat. Bukankah itu perhitungan yang paling logis untuk memenangkan pemilu. Bagaimana mengambil hati rakyat.
44 Comments
garing
March 21, 2009 at 11:29 amSepertinya pak JK lebih mengedepankan persahabatan.
Dia tak kan tega mengorbankan sahabatnya demi kepentingan politik semata.
Entah esok hari.
Entah lusa nanti
Entah
nothing
March 21, 2009 at 12:07 pmibu sri mulyani ya??? wah keren ibu satu ini, asik kayane kalo jadi presiden, ndak usah wakil presiden
dito
March 21, 2009 at 12:55 pm“Dalam politik memang harus rela mengorbankan teman dekat”
Bahkan bila perlu korbankan pula besan….
racheedus
March 21, 2009 at 1:55 pmTerus terang, saya jadi khawatir kalau Sri Mulyani maju sebagai tandemnya SBY. Indonesia kembali masuk perangkap IMF. Mudahan kekhawatiran saya tak terbukti.
BudiTyas
March 21, 2009 at 3:55 pmMungkin Sri memang lebih baik scr teknis, entah bagaimana jika dilihat secara politis. Kalo liat figur SBY, kans Sri besar juga, kecuali kalo SBY ada kesepakatan2 baru nanti dgn partai lain.
Fenty
March 21, 2009 at 5:21 pmwah itu foto yang pak JK gak bisa make BBnya ya ?? hihihi … *komentar ngasal* :p
Totok Sugianto
March 21, 2009 at 9:19 pmkalau perjalanan dinas bukannya pake garuda kepresidenan mas iman? mungkin perjalanan kampanye partai kali ya mas. harusnya nyewa aja biar tidak terlalu banyak hutang budinya 😀
Iman
March 21, 2009 at 10:13 pmTotok,
Untuk perjalanan dinas dua kali terakhir, waktu lebaran ke paris dan bulan lalu ke Amerika dan Eropa memakai pesawat pribadi Aburizal..ini disamping karena Garuda masih terkena banned dan dilarang terbang di wilayah Uni Eropa
annot
March 21, 2009 at 11:50 pmPolitik tidak bisa menerapkan perhitungan matematis seperti yang kita tau, 2+2 tidak selalu bernilai 4 bisa 5 bisa 10 bahkan bisa saja nilainya minus, ya suka-suka yg berkuasa
bonek kesasar
March 22, 2009 at 12:26 amyang terkena banned kan cuma di Eropa saja. Yang ke Amerika tidak.
Kenapa ke Amerika masih pake pesawat pribadi? Apa karena tripnya terusan, dari Eropa trus ke Amerika?
Sependek pengetahuan saya, pesawat yg dibanned hampir semua pesawat dari Indonesia (terutama pesawat komersil. Lha pesawat pribadi Aburizal nggak termasuk ya? Kan dari Indonesia juga.
*Bingung*.
Koen
March 22, 2009 at 3:49 amSialan. Padahal aku selalu bersimpati sama tokoh ini, pun sebelum mencalonkan diri jadi wapres dulu. Tulisan ini jadi menyadarkan betapa dekatnya tokoh kita ini dengan Bakrie. Menyebalkan.
Epat
March 22, 2009 at 5:43 amkudune titelnya itu : jusuf kalla kenapa? 😀
pilot garuda
March 22, 2009 at 6:19 amBonek kesasar,
Yang dilarang adalah pesawat berbadan hukum Indonesia. Pesawat pesawat komersil atau privat ditandai registrasi diawali huruf PK..artinya terdaftar sebagai pesawat Indonesia. Sementara pesawat aburizal tidak terregister sebagai pesawat Indonesia. Maka kodenya bukan PK..
Acip
March 22, 2009 at 8:11 amwew..ya gitu itu politik…hampir sama ky duit..ga kenal sapa2..klo lagi perlu terasa sangat dekat..menyenangkan…klo dah ga butuh,jgnkan kolega..SAUDARA sendiri aja bs ga kenal…
buat mas Imam..tengkyu buat tulisan sampeyan..Top Markotop!!!!!
meity
March 22, 2009 at 8:40 amheu, kunjungan terakhir ke Belanda, ada pertemuan pak JK dan mahasiswa2 Indonesia di sini. Setelah dibiarkan menunggu hampir 2 jam di luar (dalam keadaan musim dingin dan hujan pula) jawaban (untuk pertanyaan2 yang diberikan oleh anggota organisasi2 mahasiswa) terlalu muter-muter dan basa-basi.. sama sekali gak ngasih kejelasan apapun. mengecewakan. kayaknya ga bakalan banyak pendukung buat pak JK disini pemilu nanti..hehehe
hedi
March 22, 2009 at 9:14 amJK itu sebenarnya bagus, mas. Masalahnya ketika dia sudah jadi wapres, harusnya bersikap seperti negarawan — terutama dalam ucapan dan kebijakan negara/pemerintah — dan tidak lagi bersikap seperti businessman. Masak mengelola negara dianggap berdagang? 😀
wieda
March 22, 2009 at 11:17 amwuih ga bisa ngomen gak mudeng blas….(bukan WN yg baik aku oiiiii)
sinar903621
March 22, 2009 at 2:27 pmBung Kalla !!Maju terus !Genggam RI 1!!!Aku dibelakngmu!Perdana Menteri Jepang yang hanya dapat support 14% dari rakyatnya saja masih tetap bisa tersenyum….apalagi kau kan Jago Dari Timur…
leksa
March 22, 2009 at 4:33 pmdari sekian banyak bahasan JK,..
saya suka ini!
didut
March 22, 2009 at 6:08 pmyg pasti sy tak akan pilih dia 😛
Aris Heru Utomo
March 22, 2009 at 7:09 pmPernyataan JK saat pertemuan dgn blogger di Cafe Pisa Jl. Mahakam bahwa ia masih memiliki kontrak denga SBY sampai periode ini berakhir dan akan memenuhi komitmen tersebut memang benar cuma basa-basi. Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana tanggal 10 Maret 2009, JK dengan tersamar menyatakan bahwa ia bukan lagi Wapresnya SBY. Hal tersebut terlihat dari tidak dikenakannya pin Kabinet Indonesia Bersatu, padahal SBY dan Menag Mahtub Basyuni mengenakannya. (foto bisa dilihat DISINIApakah ini suatu kelalaian ? Tampaknya terlalu sederhana jika dikatakan sebagai suatu kelalaian, bukankah sbg orang nomor dua di republik ini pastinya ada staf yang membantu menjaga penampilannya, termasuk mengenakan pin.
JK juga terlalu berlebihan jika menganggap protokol Deplu memboikot dirinya utk bertemu dengan Menlu Hillary Clinton. Secara aturan keprotokolan, seorang Menlu selayaknya memang hanya bertemu dgn Menlu selaku counterpartnya. Bahwa kemudian seorang Menlu diagendakan bertemu dgn Kepala Negara/pemerintahan dlm suatu kunjungan kehormatan (bukan kunjungan kerja), tentunya tidak terlepas dari kapasitas Menlu tsb dan dari mana dia berasal. Nah kalau sudah diagendakan melakukan kunjungan kehormatan ke pejabat yang paling tinggi (Kepala Pemerintahan), apa masih perlu bertemu dengan Wakilnya? Kecuali Kepala Pemerintahan berhalangan, barulah Wakilnya bisa mewakili Kepala Pemerintahan (wong namanya juga wakil). Jadi JK sebenarnya tidaklah perlu merasa kesal kalau saja ia dapat menempatkan dirinya secara proporsional.
Mengenai peluang JK untuk terpiluh sbg RI-1 sangat menarik untuk dicermati. Dan menjadi tugas blogger, sbg salah satu anggota masyarakat yg sangat beruntung dapat mengakses internet, untuk mengkritisi penampilan JK dan siapapun yang ingin menjadi pemimpin negeri ini.
btw kalau tahu dari cafe pisa kelaperan dan cari makan di warung tenda, saya ikutan gabung dech. kebetulan waktu acara cuma sempat minum cafucino doang keburu JK datang.
salam
Aris Heru Utomo
March 22, 2009 at 7:11 pmMaaf kalau link fotonya gak bisa diakses, bisa klik disini:
http://www.presidensby.info/index.php/galeri/album/2009/03/10/thumb/detail/1508/10421/
abdee
March 22, 2009 at 8:48 pmkesempatan Kalla untuk bisa menyaingi SBY, Mega, dan Prabowo menurut saya hanya dengan menggandeng HB X atau HNW…
edratna
March 22, 2009 at 9:01 pmWalau tak terlalu memahami politik, saya tetap suka membaca hal-hal seperti ini. Juga analisa dari para pengamat lainnya.
Mungkinkah ada peluang SBY dan Sri Mulyani? Ibu satu ini hebat, lurus, apa adanya…tapi kan di Indonesia selalu dipikirkan harus ada dukungan dari akar rumput?
Kita tunggu perubahan-perubahan dan kunjungan politik antar para politikus tingkat atas, untuk melihat arah angin kemana.
Dan sebagai calon penyontreng, tentunya saya ingin mencontreng orang yang tepat untuk menduduki posisi RI 1
DV
March 23, 2009 at 5:16 amKetimbang melihat SBY – Sri Mulyani, lebih cocok melihat pasangan SBY – JK sebenarnya..
Duet militer (meski ngga pernah perang kali ya?) dengan pedagang.
evi
March 23, 2009 at 7:27 amkyknya Pak Kalla maju utk calon RI-1 ini atas bujuk rayu partainya, yg sudah terlanjur panas akibat pernyataan wakil ketua partai demokrat 🙂
btw, bukannya Bosowa juga punya biz jet…? tapi emang reg-nya PK sih….
jd ga boleh ke Eropa.
dony
March 23, 2009 at 9:09 amah saya gak pilih dia mas 🙂
tapi tulisannya bagus, mas iman banget
Kunderemp
March 23, 2009 at 10:23 amMantap tulisannya…..
Akhirnya, tulisan tentang Kalla yang benar-benar… netral.
nicowijaya
March 23, 2009 at 10:28 amKeren +1
*eh, bukan politikana ding*:D
zam
March 23, 2009 at 11:09 amaku juga masih bingung dengan pertemuan si JK dengan blogger kemarin. maksud dan tujuannya nggak tercapai. kalo cuma buat nyari berita, sepertinya ndak cuman itu. tapi beneran, saya ndak nangkap “maksud sebenernya” dari pak JK kemarin, karena diwarnai aksi “curhat ke pak lurah”..
ichanx
March 23, 2009 at 11:42 amehmmm…. tender2 grup-nya jadi kenceng semenjak dia jadi wapres…. seandainya jadi RI-1…. eerrggghhhh… bisa2 lebih kenceng lagi kali yak? 😐
Kyai slamet
March 23, 2009 at 6:01 pmPartai glokart yes!
Billy Koesoemadinata
March 23, 2009 at 6:14 pmkenapa JK? karena sudah saatnya Indonesia dipimpin (lagi) sama orang luar Jawa..
jujur deh, saya bosen sangat dengan Presiden yang orang Jawa melulu.. –> terlepas dari saya yang sebenernya orang Jawa 😀
agaz
March 23, 2009 at 6:46 pmcoba maz iman nyapres… suara bloger terkumpul semua… hiks..
edison
March 24, 2009 at 8:06 am“Tak ada yang salah memang jika hubungan patron antara pengusahan dan Pemerintah untuk menumbuhkan kekuatan ekonomi pribumi.”
Kok ada selipan isu pribumi (& non-pribumi?) mas Iman? Mau ikutan sistem malaysia? 🙂
roi
March 24, 2009 at 10:27 ampadahal, pasangan SBY-JK sekarang ini sudah membuat beberapa kemajuan. Sayang banget kalau bubar jalan. Saya jadi pesimis dalam mengharapkan kemajuan bangsa ini pada ruang lingkup politik.
Cuman memang tidak bisa dilepaskan ya mas.
Nyante Aza Lae
March 24, 2009 at 7:02 pmsbg org awam
dq menilai bhw JK terjebak dalam dilema
(mungkin) secara hati, beliau msh akan melanjutkan duet dengan SBY
Namun, disisi lain keberadaan beliau sebagai Ketua Partai yg besar, “memaksa (atau dipaksa)” untuk ber-rival dengan SBY, apalagi ditambah “bumbu mesiu” dari seorang petinggi partai demokrat.
Apapun ceritanya JK sudah mengambil keputusan!
Jika ingin menang, “perbaiki figur dan perbaiki mesin”, bukan salah satu!
iman
March 30, 2009 at 10:41 amMenurut saya duet SBY-JK adalah yang terbaik untuk saat ini. perlu ada balancing di antara Indonesia Barat dan Timur. Keduanya sudah cukup representatif.
Dan saya pikir, akhirnya.. duet ini juga akan kembali terjadi,
Karena Demokrat juga masih membutuhkan Golkar.
titiw
April 2, 2009 at 4:52 pmHahaha.. blak2an itu emang ciri2 orang Makasar Mas. *ngerasa sedarah ama JK*
Tapi dia cocoknya jadi mentri aja atau ya paling beanter wakil kayak sekarang. Kalo nggak ntar pemerintahan kita grasa grusu dan terburu *masih khas orang Makassar* Hehe.. Ya ini sih opini aku sendiri aja sih mas.. 🙂
imuz
April 3, 2009 at 3:19 pmPak JK…Lebih Cepat lebih Baik:-) Memang dibanding SBY. Tapi dalam politik smuanya adalah musuh, sekarang teman besok menjadi lawan.
Mas iman numpang comment, btw [enggemar the gunner jg yaa…?
asmar
April 21, 2009 at 3:20 pmBanyak orang menilai Pak JK itu sudah ‘offside’. Tapi tentang offside ini, wasit terbaik pun bisa salah, apalagi kalau yang menilai cuma ‘penonton yang duduk di tribun’. Oke, kalau Pak JK memang ‘offside’, tentu ada sebabnya? Kasus Mubarok itu, entah benar atau tidak, itulah biang keroknya….
Bagi saya, sudah seharusnya duet SBY – JK bubar. Untuk apa kalau hanya saling menyakiti? Lebih baik Pak SBY cari cawapres lain…. Dan Pak JK, silakan maju sebagai capres. Biar rakyat yang memilih…. Kalau rakyat akhirnya memilih Pak SBY, ya Pak JK tak perlu ‘menangis’…. Seorang tokoh nasional (negarawan) harus berjiwa besar, harus optimis di satu sisi dan siap kalah di sisi lain….
Salam kenal bos….
hendra
April 27, 2009 at 2:20 aminfo buat temen2 yg mo tau kegiatan jk bisa diliat disini http://jusufkalla.info
salam
emil
May 6, 2009 at 11:44 amMaju Terus, Ubah tantangan jadi Peluang, Apa yang ada didepan kita dan apa yang ada dibelakang kita, jauh lebih berharga dibanding apa yang ada dalam diri kita, hidup JK dan Wiranto, perjuangan sangat diperlukan Win Win Solusion, salam buat semuax
Wendy Achmmad
February 3, 2011 at 5:25 pmBetul sekali, Pak JK adalah orang ramah, apa adanya, dan pengusaha sukses … cerdas lagi … 🙂