This is ASEAN Way

Udara malam ini tidak terlalu dingin sehingga banyak orang yang lalu lalang disekitar Nortwest Street, Washington DC. Sebuah kawasan banyak kedai makanan, bar atau toko toko, dimana saya menghabiskan waktu bersama teman lama dari Indonesia yang bekerja sebagai lawyer disini.
Sambil menikmati kuliner Afrika di sebuah restaurant Ethiopia, saya memperhatikan time line tentang hajatan ASEAN Blogger Festival di Solo. Senangnya melihat hiruk pikuk time line dari seluruh Indonesia. Ada yang bergembira bisa kopdar bertemu teman teman baru dari kawasan ASEAN. Ada juga yang nyinyir mempertanyakan hajatan ini. Ada juga yang mengutip di time linenya, ini sekadar komunitas EO mantenan ( perkawinan ). Saya hanya tersenyum. Bukankah kita harus bergembira dengan kehidupan demokrasi dalam menyampaikan kebebasan ekspresi ini ?

Seperti biasa saya hanya ngunandika, bergumam dalam hati. Selalu kegiatan blogger dikaitkan dengan urusan urusan seperti ini. Sepanjang kegiatan atau hajatan itu bermanfaat bagi blogger. Kenapa tidak ?
Namun ada yang menarik, ketika saya melihat kicauan teman diatas tadi. Sebut saja Dodo. Tampaknya teman ini mempertanyakan ( atau marah ? ) karena tidak mendapat jawaban memuaskan tentang bagaimana peranan ASEAN Blogger Community khususnya di Indonesia, tentang keadaan blogger blogger di kawasan Asia Tenggara yang mendapat tekanan represif dari penguasa negerinya.

Tentu ini tidak salah, karena netizen Indonesia setelah merasakan kebebasan berekspresi di internet seperti punya kewajiban moral menyuarakan hak hak ini, khususnya kepada netizen lainnya yang hidup di kawasan Asia Tenggara.
Pertanyaannya adalah seberapa bisa kita bisa membantu. Apa dengan melakukan advokasi terhadap blogger Vietnam yang dipenjara ? atau melakukan protes di depan kedutaan Myanmar ? atau cukup dengan menggalang dukungan publik melalui blog masing masing ?

Dalam diskusi di Washington DC dengan Dr. Pek Koon Heng, Direktur ASEAN studies di American University, kami – 10 partisipan delegasi ASEAN ‘ International Leadership Visitor Program ‘ kecuali Laos – menyadari dan sepakat bahwa kebebasan berekspresi merupakan hal esensial para warga. Secara spesisik Dr Heng menyebut Indonesia sebagai penjaga ASEAN, memiliki contoh tentang bagaimana social media di Indonesia yang bergerak menjadi Social movement. Sudah semestinya solidaritas masyarakat netizen seluruh ASEAN mulai digalang.

Tentu tidak semudah itu. Pertama blogger Indonesia sangat sedikit yang menulis dalam bahasa Inggris sehingga dapat dibaca oleh komunitas Intenasional. Padahal dalam pertemuan ASEAN Blogger Conference di Kuala Lumpur, April 2011. Herman Saksono dan Aulia Halimatussadiah sebagai participant blogger dari Indonesia telah menyatakan di forum tersebut bahwa “ Platforms of Social media and blogs will be also beneficial for Connecting ASEAN community to build closer relationship, mutual understanding and cooperation among the people in the region. To realize this goal, ASEAN youth should be empowered by collaborative effort to educate, on how to properly use blog as new media and social media as their gate to information “.

Kedua. Apakah solidaritas ASEAN terhadap blogger atau netizen yang menghadapi tekanan dari penguasa negerinya bisa diterima. Dalam ASEAN Blogger Conference di Bali, November 2011, ada keengganan dari blogger blogger Brunei atau Vietnam untuk membicarakan hal hal politik, demokrasi dan sebagainya.
Demikian juga para penggiat Social media dari Vietnam, Brunei, Myanmar yang hadir bersama saya di negeri Paman Sam. Mereka hanya mau melakukan protes secara diam diam dan bahkan tidak mau secara terbuka melakukan semacam deklarasi atau kesepakatan yang memuat tentang klausul kebebasan berekspresi atas nama demokrasi. Mereka tidak mau menjadi martir yang berhadapan dengan penguasa ketika pulang ke negerinya. Tentu tidak fair jika kita memaksakan kehendak kita atas nama demokrasi, untuk sesuatu yang bakal menyulitkan mereka.

Namun Dr Heng memberikan contoh yang menarik. Bahwa kita tak perlu meniru cara negara Barat menekan Myanmar. Kita punya ASEAN way demikian ia menegaskan. Cara cara menekan secara terbuka, menggalang dukungan secara frontal seperti yang dilakukan negara barat, justru membuat Myanmar semakin menutup. Sementara dengan cara ASEAN, seperti yang ditunjukan Indonesia. Diam diam melakukan diplomasi satu demi satu. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mendatangi Myanmar, menekannya pentingnya membuka negeri itu. Ini dilakukan tidak dengan cara terbuka, sehingga tidak ‘ menampar ‘ wajah Myanmar. Perlahan mereka mulai menghembuskan angin kebebasan dalam demokrasi, walau masih dalam skala kecil.

Jika harus diterjemahkan untuk kepentingan netizen masyarakat sipil. Selain dukungan dalam blog atau social media. Juga dibutuhkan pendekatan antar warga negara negara ASEAN. Bukan dengan cara frontal yang bakal menyulitkan. Karena bagaimanapun ada konsensus ASEAN untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara masing masing. Sebagai warga netizen boleh saja menyuarakan dukungan, tapi saya meragukan negara akan berpihak ‘ secara resmi ‘ kepada suara protes tersebut.
Sehingga ASEAN sampai sekarangpun tetap, kumpulan negara negara yang memiliki platform kebebasan yang berbeda. Ada yang relative bebas seperti Indonesia dan Philipina. Ada yang bebas, tapi tidak boleh menyentuh raja seperti Thailand. Ada bebas tapi masih terkena aturan Internal Security Act seperti di Malaysia. Ada yang sama sekali tabu bicara demokrasi, politik seperti Brunei. Belum lagi negara negara seperti Vietnam dan Myanmar.

Perjalanan hampir sebulan ini bersama teman teman penggiat social media dari negara ASEAN di Amerika ini sungguh menarik. Kita berbicara intens tentang yang akan menjadi jembatan untuk menyambung dialog antar warga termasuk penguatan hak hak masyarakat sipil. ASEAN Bloger Community yang sudah digagas Indonesia bisa menjadi medium antar warga khususnya netizen. Secara terbuka kita bisa berbicara tentang persahabatan, budaya, kuliner sekaligus diam diam – tanpa berpretensi harus mendapat perhatian media dan publik – bisa berbicara tentang urusan demokrasi.
Sebuah action plan akan dibentuk sekaligus kelak bisa berintegrasi dengan action plan ASEAN BLOGGER COMMUNITY.

Tanpa harus gembar gembor, saya sudah bertemu dan sharing dengan pengalaman di Indonesia dengan blogger dan penggiat social media di Myanmar dalam kunjungan saya ke Yangoon, Mei 2012. Saya menemukan mereka berdasarkan referensi seorang jurnalis eksile Myanmar di Bangkok yang saya kenal sewaktu penyelenggaraan ‘ Forum Internet Freedom ‘ di Swedia, April 2012.

Memang tidak mudah. Bagi saya, solidaritas antar warga memang perlu dilakukan, dan masing masing memiliki cara sendiri. Tentu saja saya memilih cara ASEAN. This is ASEAN way. Masyarakat ASEAN kelak sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindarkan untuk stabilitas kawasan yang kondusif dan damai. Teman teman blogger yang hadir di Solo sudah membuktikan itu. Saya bisa mengatakan, sebagian besar dari mereka adalah blogger aktif. Ini sekaligus jawaban bagi mereka yang mengatakan ini hajatan para mantan blogger. Sepertinya mereka lupa mengganti daftar feed blog. Jangan jangan masih menarik feed dari blogger blogger yang tidak aktif. Ayo Move on, cari circle baru.

Jadi buat teman teman komunitas ASEAN blogger dan Blogger Bengawan. Apa yang telah dilakukan dalam hajatan ASEAN Blogger Festival sungguh luar biasa.
Saya dikabari tentang deklarasi SOLO SPIRIT yang bisa dikatakan sebagai sebuah pencapaian, mengingat merupakan kesepakatan blogger 10 negara ASEAN yang mempunyai berbagai keterbatasan berekspresi di negara masing-masing. Kita tidak terburu buru. Pelan pelan kita menuju penguatan demokrasi masyarakat sipil, termasuk netizen.

Tidak apa menjadi EO manten. Sepanjang bisa memberi manfaat, bisa menjalin persahabatan sekaligus memberi kesenangan kopdar. Itu artinya EO, maksud saya – komunitas yang sehat. Bukankah begitu sahabat ?

You Might Also Like

10 Comments

  • Agus Lahinta
    May 13, 2013 at 12:28 pm

    Menjadi bagian dari acara Asean Blogger Festival kemarin banyak hal yang dapat kita rasakan manfaatnya. Disamping jadi ajang kopdar & ketemu teman2 Blogger yg baru, adanya sharing materi dari Para blogger & expert membuat cara pandang & pengetahuan kita bertambah & berkembang.
    Asean Blogger Solo Spirit salah satu hasil kegiatan yg merupakan penguatan dari Deklarasi Asean Blogger Bali. Bravo Asean Blogger, Bravo Para Blogger.

  • Chandra Iman
    May 13, 2013 at 1:20 pm

    Saya bangga menjadi bagian dari ABFI 2013 kemarin, mencari kesalahan itu gampang, cuma tinggal ngomong doang, mengatur orang itu sulit, apalagi mengatur 300 kepala yang mempunyai pikiran yang berbeda. Bravo untuk seluruh panitia ABFI 2013.

  • indah nuria savitri
    May 13, 2013 at 4:01 pm

    Pak Presiden, salam kenal :D…I am off the view bahwa bloggers should be on the frontlines in ensuring the establishment of ASEAN Community 2015, including by providing advocacy to one another …Freedom of Expression, as one of the essential pillars in democracy, will be the breathing spirit that bind us all..therefore, as one of the drafters of Solo Spirit, I take ABFI as an important step towards ensuring the enjoyment of this freedom et rights..pastinya, banyak good practices yang bisa kita tularkan ke teman-teman ASEAN lainnya, dan selagi ASEAN Way efektif, why not :D…so, again, despite all the flaws, ABFI has proven to be beneficial and Solo Spirit, which, inter alia, encourages Gov of the ASEAN member countries to continue supporting us, bloggers, will be an important means in achieving our higher goals, a progressive and prosperous ASEAN Community…Viva Asean Bloggers..cheers form Jakarta :D..

  • Lusi
    May 13, 2013 at 5:35 pm

    Salam kenal, Mas. Meskipun mungkin dianggap lebih cocok sbg ibu2 yg datang ke acara mantenan, tapi saya mewakili komunitas Kumpulan Emak2 Blogger yg terdiri dr seribu blogger perempuan, yg mnrt Hermawan Kertajaya akan menjadi penentu masa depan bersama Youth & Netizen. So, woman netizen will be a great deal in the future. Beberapa blog tersebut ada yg 100% menggunakan bahasa Inggris. Blog saya sendiri masih separuh2 berbahasa Inggris.
    Saya juga memantau TL tersebut di hari terakhir, krn sebelumnya sibuk dg diskusi2 dan terpesona dg esensinya. Pertukaran informasi yang terus-menerus akan membiasakan masing2 pemerintah untuk nyaman dengan keterbukaan. Bloggers bisa melakukan itu dengan konsisten, dibanding teriak2, lalu ketika blogger negara yg bersangkutan benar2 terkena masalah, kita tetep celelekan disini, tidak nyusul kesana sama2 mempertaruhkan nyawa.
    Pintu yg sudah terbuka ini bisa semakin lebar dengan terus-menerus melakukan dialog, kerjasama atau sekedar pertukaran informasi. Saya berkenalan dg Chandra & Indah di ABFI. Keduanya menyenangkan dan inspiratif.
    Stay positive!

  • aziz
    May 13, 2013 at 6:15 pm

    salam kenal pak presiden, di solo kemarin yang datang cuma wakil presiden, pak presiden ga muncul. hahahha
    saya hadir disana, sebagai partisipant lokal, saya tak melihat dan merasa acara kemarin serumit yang dituliskan di atas. saya tidak peduli tentang blok-blok an atau elit-elitan, atau bahkan asean way ataupun asean spirit yang ditetaskan di solo. saya hanya menikmati setiap prosesnya, terkadang kita hidup terlalu rumit hingga lupa hal yang sederhana. apa itu hal yang sederhana, “sebuah pertemuan”.

    dari tulisan panjang di atas, saya cuma mengerti satu hal, yaitu di paragraf terakhir, sebagai blogger biasa, yang mengikuti pesta blogger, blogger nusantara hingga asean blogger, yang saya nikmati hanya satu yaitu “sebuah pertemuan”

    buat rakyat seperti saya, ngeblog adalah menghilangkan penat, ga perlu dibuat rumit atau pusing hehehehhe

    seperti biasa, saya menunggu, pesta blogger, blogger nusantara, dan asean blogger selanjutnya, jika saja itu bisa kontinue dan menjadi “kalender” rutin, akan sangat menyenangkan, pesta blogger it’s party, blogger nusantara ketika para perwakilan daerah berkumpul untuk indonesia, dan asean blogger, tentunya punya rasa berbeda.
    hahhahahha……. apapun itu mari bersenang-senang

  • Hanny
    May 13, 2013 at 7:30 pm

    Eh, soal menulis konten dalam bahasa Inggris itu poin yang menarik. Sejak aku rajin nulis dalam bahasa Inggris circle followers-nya ternyata berkembang ke banyak negara lain, termasuk travel blogger dari mancanegara. Dan aku mulai melihat bahwa I can promote Indonesia to these people! 🙂 Jadi aku rasa kalau kita mau berkomunikasi di tataran ASEAN, marilah kita coba buat konten dalam bahasa Inggris yang bisa membantu menjembatani komunikasi tersebut. Kalau masih salah-salah grammar atau ejaannya biarkanlah, jangan dimarahi, atau dituduh tidak nasionalis 😀 kan kita semua sedang belajar bersama-sama, bukan begitu? 😀

  • iman
    May 13, 2013 at 7:49 pm

    Lusi,
    Memang never forvet youth, women and Netizen..sepertinya nanti ada acara yg lebih khusus melibatkan ibu ibu, aku sudah bilang Indah Juli
    Aziz,
    Betul hakekat blogger itu senang senang, kopdar. Why so serious dengan agenda agenda berat
    Hanny,
    Iya he he..aku sendiri ngeblog yg bahasa Inggris cuma sebagian di blog dunia laut. yang blog ini cuma ada 3 postingan

  • pedrogondem
    May 13, 2013 at 7:52 pm

    salam kenal pak presiden, saya yang kemarin bertanya dari perwakilan blogger di acara jakarta marketing week ketika mas iman dan mbak indah yang mengisi acara pukul 13.00 tanggal 29 April 2013. sebelumnya saya memang tidak pernah ikut event acara asean blogger tersebut, makanya menanyakan kepada mas iman selaku presiden pada saat itu. Dan ternyata apa yang mas iman bilang itu sangat benar. ajang ASEAN BLOGGER 2013 kemarin merupakan ajang yang sangat luar biasa, membuka wawasan dan menambah ilmu. selain itu, saudara-saudara baru yang sebenarnya memiliki sifat, watak, perawakan dan bahasa yang masih mengerti bahasa Indonesia walaupun sedikit dari negara tamu membuat saya khususnya bangga bisa menghadiri perhelatan akbar tersebut. Ternyata, Indonesia memang masih menjadi contoh bagi negara-negara asean lainnya dalam melayangkan kebebasan berekspresi. Proud to be an ASEAN nation

  • adetruna
    May 14, 2013 at 7:57 am

    baru saja saya ditanya teman di kantor (sebab saya karyawan biasa yg hobi nge-blog). Bagaimana ABFI kemaren? Saya jawab; sudah saatnya kita menulis dengan bahasa Inggris, berani bicara, cari celah (baca: jejaring), dan personal branding.

    Tulisan di atas sangat menggairahkan, terima kasih 🙂

  • ibas
    October 10, 2023 at 10:57 am

    good article, thank you

Leave a Reply

*