tentang Cina

Saat ditinggalkan oleh Gong Li yang memilih konglomerat Singapore, sutradara -nominasi Oscar – Zang Yimou menulis quotenya yang beredar di kalangan perfilman. Lelaki tidak menangis, tapi hatinya berdarah.
Kini Zang Yimou mungkin sudah melupakan hatinya yang pernah berdarah darah. Ia telah membuat seluruh rakyat daratan Cina menangis terharu melihat pembukaan Olimpiade Beijing yang paling spektakuler dalam sejarah Olimpiade. Zang Yimou yang ditunjuk untuk merancang upacara pembukaan Olimpiade, membuat sebuah disain seperti layaknya jalan cerita film. Sebuah catatan perjalanan bangsa cina sejak jaman dahulu kala sampai sekarang.
Melihat acara ini seperti kita melihat film film besutannya. Seperti menonton ” The Curse of Golden Flower “. Ada nyawa disana, juga emosi dan gelora yang meledak ledak. Dengan kata lain Cina memang ingin menunjukan kepada dunia bahwa, mereka adalah bangsa modern, besar dan layak ditakuti.

Membicarakan bangsa bangsa yang besar di dunia, tidak mungkin kita tidak menoleh kepada Cina Tiongkok. Para penjelajah Eropa telah menempuh ribuan mil mencari jawaban tentang budaya dan ilmu pengetahuan dari Cina. Ketika masih muda Bung Karno sudah menyebut nama Dr.Sun Yat Sen – bapak nasionalisme modern Cina – dalam tulisan tulisannya, karena terinspirasi pergerakannya.
Kita bicara masalah pencapaian besar sebuah bangsa dan Cina bisa mewujudkannya dalam lompatan waktu yang tak terlalu lama. Dalam catatan para eksil pelarian politik G 30 S PKI, mereka melihat rakyat Cina yang sangat miskin. Mereka bersama bekerja membuat rel kereta api di musim dingin yang membeku, dan makanan yang dijatah. Wajah wajah murung, jalanan hanya dipenuhi sepeda dan orang berjalan kaki. Tidak ada mobil mobil.

Kini Cina dengan gedung gedung pencakar langitnya, ekspor produknya membanjiri penjuru dunia dan cadangan devisanya terbesar di dunia. Cina menjadi musuh Amerika. Dengan alasan WTO, mereka mencoba mencegah ekspansi Cina. Siapa yang peduli pada komunisme – yang sudah usang – , demokrasi dan hak asasi manusia, jika pemerintahannya bisa membawa kemakmuran pada rakyatnya. Pengadilan disana yang paling konsisten. Hanya satu ukurannya. Jujur atau maling. Disana biasa melihat menteri, gubernur, pejabat dihukum mati.
Ide pemakaian seragam khusus bagi para koruptor di pengadilan merupakan contoh yang akan diterapkan oleh KPK di sini.
Indonesia secara historis dekat dengan Cina, dan kita tak pernah bisa bisa belajar dengan saudara tuanya disana. Sumber daya manusia, cadangan kekayaan alam yang melimpah tak pernah bisa membuat kita benar benar menjadi bangsa yang makmur dan sekaligus besar. Jaman dulu Singapura, Malaysia tidak pernah menjadi ‘hitungan’ Bung Karno.
Penerbang AURI dengan MIG 21 bisa memasuki teritori Australia Utara, dan melempar kaleng minuman hanya untuk meledek negeri kanguru.

Barangkali bangsa kita telalu banyak ide ide besar namun tak pernah bisa mengisinya dengan keberanian dan kreativitas pendobrak. Stagnan dan selalu berkutat dengan problem problem dasar. Kemiskinan, korupsi, kebodohan, saling sikut, dan juga disiplin.
Hanya untuk Olimpiade , Cina bisa memaksa penduduk Beijing untuk tidak meludah sembarangan, dengan ancaman hukuman yang berat. Agar bisa mewujudkan Cina sebagai negera yang bersih dan nyaman. Sementara sampai sekarang kita tak pernah bisa menertibkan bus bus dan angkot yang berhenti ngetem di perempatan jalan.
Ketika periode 90an, saya pernah ke Shenzen. Disana apartemen apartemen dan gedung gedung, juga taxi selalu dikerangkeng dengan terali besi. Itu karena tingkat kejahatan yang tinggi. Sekarang ShenZen menjadi kota nyaman dan modern. Tak ada yang tak bisa untuk merubah sebuah kultur yang membelenggu. Tak ada yang tak mungkin untuk sebuah perubahan.

Kita jadi bertanya tanya , apakah reformasi dan demokrasi – yang kebablabasan – di Indonesia akan secara otomatis membawa perbaikan pada kehidupan rakyatnya. Jangan jangan ini hanya ide dengan huruh i kecil. Saya justru takut pada kenyataan bahwa bangsa ini bisa besar jika diperintah secara otoriter. Mudah mudahan ketakutan ini tidak beralasan.
Olimpiade Beijing sekali lagi membuktikan bahwa Cina menjadi masa depan peradaban dunia.Tidak lagi ke barat. Zang Yimou telah mengemaskan mimpi mimpi itu dalam sebuah realita pagelaran yang nyata.
Jauh diseberang sana, di sebuah apartemen mewahnya di Hongkong, Gong Li bisa melihat getar getar ambisi bangsanya, melalui siaran langsung ke seluruh penjuru dunia. Entah apa yang dipikirkannya. Saat itu gemuruh dan ledakan kembang api di atas Beijing Olimpic Stadium terlalu keras.

You Might Also Like

52 Comments

  • Prama AS
    February 12, 2010 at 9:20 am

    Mig 21 agak sulit karena daya jelajahnya cuma 1 jam, jakarta- medan pun harus lgs mendarat nggak bisa puter puter dulu.

  • Listy Erni
    October 22, 2010 at 9:53 am

    Mantapz blognya, isi thread bagus-bagus, makasih bisa jadi referensi…

1 2

Leave a Reply

*