Browsing Tag

Indonesia

Sultan Hamengku Buwono IX

Suatu hari terjadi hiruk pikuk kehebohan di depan pasar Kranggan tahun tahun selelah Indonesia merdeka. Saat itu ada seorang wanita pedagang beras yang jatuh pingsan. Usut punya usut, wanita tua itu baru mengalami kejadian yang hanya terjadi seumur hidupnya. Sebelumnya wanita ini sedang menunggu kendaraan di tepi jalan, tiba tiba muncul kendaraan jeep dari arah utara menuju selatan. Wanita ini memang biasa nunut nunut kendaraan yang lewat, dan membayar satu rupiah untuk sekali jalan.
Jeep Willys itu berhenti dan wanita itu menyuruh si ‘ supir ‘ untuk membantu mengangkat karung berasnya. Entah berapa karung, dan supir itu menurutinya.

Setibanya di pasar Kranggan, supir itu juga menurunkan beras berasnya dan menolak ketika dibayar oleh si wanita itu. Tentu saja wanita tua itu marah marah karena mengira si supir meminta uang lebih. Di tengah kemarahannya, si supir lalu pergi begitu saja.
Belum selesai marah marah, seorang polisi menghampiri dan memberitahu siapa sosok supir yang menolak uang tadi.
Tak heran kemudian ia jatuh pingsan. Supir itu adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sang Raja Jogja.

Continue Reading

Operasi Alpha

Awal tahun 1980an. Sebuah keramaian baru saja selesai di sebuah rumah kecil perwira di Kompleks Angkatan Udara. Penerbang itu bersama istrinya baru saja membersihkan sisa sisa makanan dan piring piring kotor. Para tamu, tetangga dan keluarga lainnya baru saja pulang setelah menghadiri acara syukuran sekaligus perpisahan karena ia akan ditugasi negara belajar ke Amerika. Sungguh gembira, karena ia menjadi salah satu dari 10 penerbang pilihan yang akan berangkat ke Arizona, Amerika untuk belajar mengawaki pesawat tempur A – 4 Skyhawk . Demikian penuturan seorang mantan penerbang yang pernah menjadi komandan pangkalan Madiun.

“ Jangan lupa kirim postcardnya Mas “ pinta istrinya di airport Halim Perdanakusumah sambil merajuk karena akan ditinggal pergi sang suami selama hampir 6 bulan.

Continue Reading

Laskar Harapan

Apa yang bisa kita lihat dari sebuah tafsir ? Kejujuran atau justru sebuah metamorfosa pola pikir yang melompat jauh. Jelas Riri Riza telah melakukannya dalam film ‘ Laskar Pelangi ‘. Sebuah terjemahan dari memoar sporadis si penulis Andrea Hirata. Disini kekuatan Riri dalam mengemas sebuah cerita tidak melulu menjadi cerita anak anak biasa – kenakalan dan kejeniusan belaka – tetapi menjadi protes sosial terhadap perusahaan raksasa sebagai latar belakang.
Saya teringat “ Petualangan Sherina “ dari delapan tahun lalu, dimana ada simbol perlawanan antara si anak anak dengan tokoh jahat dari perusahaan yang ingin menguasai asset tanah.

Lebih setahun lalu saya sempat ngobrol ngobrol dengan Riri dan Mira Lesmana di Star Buck Kemang. Ngalor ngidul urusan MFI dan ujungnya saya menggelitik dengan pertanyaan.
“ Katanya mau buat film anak anak lagi ? “
Karena saya tahu mereka memiliki integritas tidak asal membuat film, seperti horror kuntilanak atau cinta memble. Barangkali memang kelebihan Riri dengan latar belakang dokumenternya yang kental. Ia selalu bisa mengangkat sebuah issue issue sosial melalui mata anak dengan jujur. Lihat saja dokumenter ‘ Anak seribu Pulau ‘ nya. Mendadak kita begitu mencintai keanekaragaman negeri ini melalui penuturan anak anak.

Continue Reading

Nasionalisme sampai Ratu Adil

Jauh ratusan tahun sebelum para founding father bangsa kita berbicara tentang nasionalisme. Raja Kartanegara dari Singasari telah membuktikan tanpa banyak bicara, dengan memotong kuping Meng Chi – utusan Kaisar Kubilai Khan dari Dinasti Mongol – dan mengusirnya pergi. Jelas jelas ia tidak mau tunduk pada permintaan maharaja dari Asia tengah. Singasari adalah negara berdaulat dan tidak mau memberi upeti kepada bangsa asing.
Tindakan ini membangkitkan kemarahan Kubilai Khan. Ia mengutus Shih-pi, Ike Messe dan Kau Hsing memimpin armada 1000 kapal dan tentara sebanyak 20.000 orang untuk menekan Jawa. Armada mereka yang gagah, memenuhi pelabuhan Tuban, tidak membuat gentar Raden Wijaya. Lagi lagi mereka tertipu oleh muslihat pangeran jawa ini, membantu menggulingkan Raja Jayakatwang dari Kediri.

Continue Reading

My Home My Country

Minggu ini saya diminta untuk memotret keindahan negeri ini. Saya beruntung bisa menjadi finalis Garuda Indonesia International Photo Contest 2008 , dari hampir 4000 peserta datang dari Asia Pacific dan 14,000 photo terseleksi. Ada 20 orang photographer finalis – 12 dari Indonesia dan 8 dari luar negeri – yang dipilih untuk memotret ke seluruh penjuru Indonesia atas biaya Garuda Indonesia mulai hari ini.
Saya menuju Banjarmasin, – Kalimantan Selatan – mencoba merekam keindahan pasar terapung sampai penambangan intan tradisional di Banjarbaru. Sebuah keseharian Indonesia yang mungkin kita lewati. My home My Country demikian semboyan ajang Photography ini.

Ironisnya, kita dengan mudah menangkap dan merasakan gambar gambar jujur yang terekam dari kompetisi prestisius ini. Sementara kita tak bisa menebak gambar apakah yang kita lihat dari panggung dagelan di parlemen dan pusat kekuasaan.
Inilah sebenarnya gambar ‘ indah ‘ bangsa kita. Kemisikinan, korupsi, ketidakadilan dan kebodohan. Amat mudah ditemui dan dilihat tidak harus di pelosok negeri.

Continue Reading

Soekarno – Hatta

Walau hubungan Soekarno dan Hatta mengalami pasang surut. Sebenarnya kedua orang ini sesungguhnya tetap bersahabat sampai akhir hayatnya. Sejak dulu keduanya memang berbeda dalam cara memperjuangkan kemerdekaan. Soekarno adalah orator ulung dan menginginkan penggerak revolusi massa, sementara Hatta sebaliknya. Ia pencerah alam pemikiran dengan pembawaannya yang tenang.

Menurut Soekarno jejaka Hatta adalah orang sangat malu dan merah mukanya jika bertemu gadis. Ia tak pernah berdansa, tertawa dan menikmati hidup. Tapi cara terbaik untuk melukiskan pribadi Hatta menurut Soekarno adalah dengan mengisahkan suatu kejadian.

Continue Reading

ruang hening proklamasi kita

Persoalan suara siapa yang harus didengar tidak menjadi monopoli jaman sekarang. Para generasi muda saat ini yang progressive menyuarakan mereka yang lebih berhak memimpin bangsa ini daripada ‘ old establishment ‘ generasi tua.
63 tahun lalu para pemuda menolak dengan keras ide proklamasi dengan melibatkan PPKI ( Panitia Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia )- bentukan Jepang – karena dianggap representasi sebuah kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang. Ini sesuai yang dikatakan Jenderal Terauchi pada tanggal 12 Agustus 1945 kepada Soekarno dan Hatta di markas besarnya Saigon. Bahwa Pemerintah Dai Nippon akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Persoalan tua muda, siapa yang layak mengambil keputusan atas nasib bangsa tidak melulu dilihat dari umur. Soekarno Hatta yang berumur 40 tahunan sudah dianggap barang rongsokan oleh generasi muda seperti Soekarni, Wikana, Soebadio, Soebianto Djojohadikusumo, Chaerul Saleh pada saat itu.

Continue Reading

tentang Cina

Saat ditinggalkan oleh Gong Li yang memilih konglomerat Singapore, sutradara -nominasi Oscar – Zang Yimou menulis quotenya yang beredar di kalangan perfilman. Lelaki tidak menangis, tapi hatinya berdarah.
Kini Zang Yimou mungkin sudah melupakan hatinya yang pernah berdarah darah. Ia telah membuat seluruh rakyat daratan Cina menangis terharu melihat pembukaan Olimpiade Beijing yang paling spektakuler dalam sejarah Olimpiade. Zang Yimou yang ditunjuk untuk merancang upacara pembukaan Olimpiade, membuat sebuah disain seperti layaknya jalan cerita film. Sebuah catatan perjalanan bangsa cina sejak jaman dahulu kala sampai sekarang.
Melihat acara ini seperti kita melihat film film besutannya. Seperti menonton ” The Curse of Golden Flower “. Ada nyawa disana, juga emosi dan gelora yang meledak ledak. Dengan kata lain Cina memang ingin menunjukan kepada dunia bahwa, mereka adalah bangsa modern, besar dan layak ditakuti.

Continue Reading

Perbedaan adalah Rahmat

Mestinya postingan tentang kaos yang saya beli di festival Kemang ini, masuk di cerita kaos . ” Perbedaan adalah rahmat ” judul kaos ini. Sebuah cara untuk mengembalikan rasa ikhlas yang sulit didapat dalam sebuah perdebatan. Lihat saja kongres HMI – Himpunan Mahasiswa Islam – di Palembang baru baru ini. Ketua HMI Ciputat Jakarta harus digotong ke rumah sakit karena terkena bogem mentah dari pasukan HMI Makasar. Ini baru organisasi mahasiswa sudah pukul pukulan, bagaimana kelak jika menjadi pemimpin atau wakil rakyat. Bisa jadi kepalan tangan dan emosi urat leher lebih dikedepankan jika perdebatan mengalami jalan buntu.
Daniel S Lev – Profesor pengamat Indonesia – ketika ditanya, apakah ia memiliki referens kehidupan politik yang ideal. Ia menjawab, tak usah jauh jauh melongok pada sistem demokrasi Amerika. Cukup melihat pada tahun 50 an, saat kehidupan demokrasi pada waktu itu mengajarkan bagaimana menghargai bentuk pikiran lawan. Pluralisme dalam ideologi dan pikiran adalah hal biasa.

Continue Reading

Resensi Jumat malam

Dalam perjalanan menuju kopdar Cahandong nonton Batman – Dark Knight di Plaza Ambarukmo kemarin. Memed – yang selalu setia mengantar menjemput – bertanya seberapa penting riset dalam pembuatan film. Ini gara gara sambil lalu saya menceritakan bahwa saya perlu melakukan riset mengenai kemiskinan di pedalaman desa pinggiran Jogja. Apakah dengan melihat dokumenter di TV atau berita lainnya tidak cukup ?
Saat ini saya berada di Jogja untuk melakukan riset di pedalaman, untuk memahami arti kemiskinan buat sebuah film iklan versi Kemerdekaan yang akan saya garap disana. Ini melanjuti dalam brainstorm dengan produser saya tadi kemarin. Seberapa jauh saya melihat ‘ kemiskinan ‘ dalam mata saya. Terus terang saya tak begitu akrab.
Bukan salah saya. Kebetulan saja saya dilahirkan serba cukup. Walau bukan dari keluarga kaya. Tapi saya tak pernah mengalami susahnya makan. Tak pernah tidur di lapikan bambu atau membantu orang tua mencari nafkah.

Continue Reading

Selamat datang Kampanye

Suatu hari IJ Kasimo, pendiri Partai Katolik bersama Frans Seda dipanggil Pak Harto ke Bina Graha tahun 1973. Sambil ngobrol ngalur ngidul, Pak Harto lalu mengatakan akan membuat keputusan dengan menyederhanakan jumlah partai yang begitu banyak saat itu menjadi hanya 3 partai. Yang mewakili Islam, Nasionalis dan Golongan Karya.
Partai Katolik dipersilahkan melakukan fusi – melebur – dengan partai Kristen, partai murba , dan partai partai nasionalis seperti PNI.
Dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Jalan Borobudur, ia berpikir keras. Bagaimana mungkin ‘ partai baru ‘ ini bisa berjalan. Secara ideologi partai Katolik berbeda dengan PNI. Bahkan dalam jamannya Bung Karno, Partai Katolik bersama partai Islam lainnya ( minus NU ) menolak konsepsi Presiden tentang demokrasi terpimpin yang diwakili PKI, NU dan PNI. Namun siapa bisa menolak keputusan Pak Harto saat itu.
Sejarah telah digulirkan. Partai Persatuan Pembangunan , Golongan Karya dan Partai Demokrasi Indonesia menjadi representasi demokrasi orde baru.

Continue Reading

mulutmu amarahmu

Suatu waktu dipertengahan tahun 80an, seorang pemilik restaurant Indonesia “ Soeboer “ di Den Haag, Belanda mengetahui bahwa Raja Solo Sri Susuhunan Pakubuwono XII sedang berada di kota itu untuk membawa rombongan kesenian dan budaya. Tentu saja sebagai orang Solo ia mengundang raja beserta keluarganya untuk dijamu dahar Indonesia di rumah makannya.
Tentu saja mereka sangat senang dan benar benar makan sekenyang kenyangnya. Bisa merasakan makanan Indonesia di perantauan memang sebuah anugrah.
Sampai suatu ketika salah seorang cucu mengatakan sudah kenyang. Perutnya tidak muat lagi. Sang raja sontak memarahi dan mengatakan – dalam bahasa jawa – yang artinya,
“ Sana berak dulu ke belakang, nanti makan lagi ! “
Si Pemilik rumah makan tertegun tak mempercayai ada ucapan sekasar itu keluar dari seorang simbol keraton yang semestinya penuh sopan santun.

Continue Reading