Siti Fadilah Supari

Selalu saja ada kekaguman terhadap orang orang yang peduli dengan masalah kebangsaan dan keadilan. Dunia dihebohkan Siti Fadilah Supari , seorang Menteri Kesehatan kita menjadi corong suara pemberontakan terhadap ketidakadilan Amerika dan WHO dalam masalah kebijakan kesehatan dunia.
Fadilah menuangkannya dalam bukunya yang baru baru ini diluncurkan, berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung. Selain dalam edisi Bahasa Indonesia, ia juga meluncurkan buku yang sama dalam versi Bahasa Inggris dengan judul It’s Time for the World to Change.
Ia melihat konspirasi yang dilakukan negara adikuasa dengan cara mencari kesempatan dalam kesempitan pada penyebaran virus flu burung. Mereka mengambil sample virus dengan dalih riset dari negara negara yang terkena epindemik ini, lalu membuat vaksin dan menjualnya secara mahal ke seluruh dunia tanpa izin, tanpa kompensasi.
Mereka mencari keuntungan dengan menjual vaksin kepada negara negara yang justru terkena wabah ini.

Dalam bukunya Fadilah dengan mengatakan, Pemerintah AS dan WHO berkonpirasi mengembangkan senjata biologi dari penyebaran virus avian H5N1 atau flu burung dengan memproduksi senjata biologi. Karena itu pula, bukunya dalam versi bahasa Inggris menuai protes dari petinggi WHO.

“Kegerahan itu saya tidak tanggapi. Kalau mereka gerah, monggo mawon. Betul apa
nggak, mari kita buktikan. Kita bukan saja dibikin gerah, tetapi juga kelaparan
dan kemiskinan. Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport , dan
lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya
,” ujar srikandi ini.

Perlawanan Siti Fadilah dimulai ketika virus flu burung menelan korban di Indonesia pada 2005. Ia kelabakan mencari obat. Namun aneh, obat tersebut justru diborong negara-negara kaya yang tak terkena kasus flu burung. Ini tidak adil, negara-negara lemah yang terkena tidak memperoleh apa-apa. Untung saja ada bantuan dari India, Thailand, dan Australia.

Korban terus berjatuhan. Di saat itu pula, dengan alasan penentuan diagnosis, badan kesehatan dunia (WHO) melalui WHO Collaborating Center (WHO CC) di Hong Kong memerintahkannya untuk menyerahkan sampel spesimen. Siti Fadilah merasa ada suatu yang aneh. Ia terbayang korban flu burung di Vietnam. Sampel virus orang Vietnam yang telah meninggal itu diambil dan dikirim ke WHO CC untuk dibuat vaksin. Ironisnya, pembuat vaksin itu adalah perusahaan-perusahaan besar dari negara maju, negara kaya, yang tak terkena flu burung.

Siti Fadilah marah. Ia merasa kedaulatan dan martabat negara-negara tak mampu telah dipermainkan atas dalih Global Influenza Surveilance Network (GISN) WHO. Badan ini sangat berkuasa dan telah menjalani praktik selama 50 tahun. Mereka telah memerintahkan lebih dari 110 negara untuk mengirim spesimen virus flu ke GISN tanpa bisa menolak. Virus itu menjadi milik mereka, dan mereka berhak memprosesnya menjadi vaksin.

Di saat keraguan atas WHO, Siti Fadilah mengetahui bahwa para ilmuwan tidak dapat mengakses data sequencing DNA H5N1 yang disimpan WHO CC. Data itu, uniknya, disimpan di Los Alamos National Laboratoty di New Mexico, AS. Di sini, dari 15 grup peneliti hanya ada empat orang dari WHO, selebihnya tak diketahui. Los Alamos ternyata berada di bawah Kementerian Energi AS yang biasa merancang bom atom. Lalu untuk apa data itu, untuk vaksin atau senjata kimia?

Siti Fadilah tak membiarkan situasi ini. Ia minta WHO membuka data itu. Data DNA virus H5N1 harus dibuka, tidak boleh hanya dikuasai kelompok tertentu. Ia berusaha keras. Dan, berhasil. Pada 8 Agustus 2006, WHO mengirim data itu. Ilmuwan dunia yang selama ini gagal mendobrak ketertutupan Los Alamos, memujinya. Majalah The Economist menyebut peristiwa ini sebagai revolusi bagi transparansi .

Tidak berhenti di situ. Siti Fadilah terus mengejar WHO CC agar mengembalikan 58 virus asal Indonesia, yang konon telah ditempatkan di Bio Health Security, lembaga penelitian senjata biologi Pentagon. Ini jelas tak mudah. Tapi, ia terus berjuang hingga tercipta pertukaran virus yang adil, transparan, dan setara. Ia juga terus melawan: tidak lagi mau mengirim spesimen virus yang diminta WHO, selama mekanisme itu mengikuti GISN, yang imperialistik dan membahayakan dunia.

Dan, perlawanan itu tidak sia-sia. Meski Siti Fadilah dikecam WHO dan dianggap menghambat penelitian, namun pada akhirnya dalam sidang Pertemuan Kesehatan Sedunia di Jenewa Mei 2007, International Government Meeting (IGM) WHO di Jenewa November lalu, sharing virus disetujui dan GISN dihapuskan. Ia telah membuat sejarah dunia dengan mampu memaksa Amerika dan WHO merubah kebijakan fundamentalnya yang dilakukan selama hampir 50 tahun.

Amerika dan WHO yang kebakaran jenggot dengan peluncuran buku Fadilah versi bahasa Inggris, konon menekan Pemerintah RI untuk menarik buku Fadilah, dengan imbalan kompensasi peralatan suku cadang militer yang selama ini diembargo. Presiden SBY memang sudah menemui Menterinya. Tidak tahu apa yang dibicarakan.
Hanya kita menyayangkan jika seorang SBY harus menjadi perpanjangan tangan Amerika untuk menekan perjuangan Fadilah.
Ia menjadi srikandi yang memperjuangkan keadilan, dan kesetaraan bagi sebuah bangsa yang harus bangkit dari keterpurukan. Bangsa ini harus berani β€˜ berdikari β€˜ lepas dari penjajahan baru bangsa asing. Jaman Bung Karno dulu ada slogan Berdikari – Berdiri di atas kaki sendiri, dengan maknanya : Berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Sampai sekarang konsep berdikari masih relevan. Dan Siti Fadilah Supari memberi makna yang lebih dalam, bahwa kita jangan mau dibodohi oleh Amerika.

You Might Also Like

107 Comments

  • mbakDos
    March 17, 2008 at 1:59 pm

    gak bisa lepas ya emang dari si amerika itu. kita yang gak bisa melepaskan diri, atau mereka yang gak ngasih ijin untuk lepas? πŸ˜‰

  • detnot
    March 17, 2008 at 2:07 pm

    wew, wanita pemberani juga ternyata

  • annots
    March 17, 2008 at 2:12 pm

    “Negara-negara maju menidas kita, lewat WTO, lewat Freeport , dan
    lain-lain. Coba kalau tidak ada kita sudah kaya.”

    Dan itupun karena ada perpanjangan tangan mereka (WTO, freeport, dsb) dinegara kita sendiri dengan iming-iming materi yang tidak sedikit.

  • wieda
    March 17, 2008 at 2:21 pm

    looh Indonesia kan memang kaya raya????
    tapiiii….kekayaan Indonesia ngga sampai ke bawah….
    habis diambil petinggi2 nya……hiks sedihhhhh

  • Goop
    March 17, 2008 at 2:52 pm

    saat srikandi mengalahkan bisma,
    bukankah kurusetra menjadi hening?
    dan vaksin mungkin bisa menjadi mudah kemudian
    -amin-

  • Ghatel
    March 17, 2008 at 2:57 pm

    saya salut kepada beliau

  • Ray
    March 17, 2008 at 2:57 pm

    berharap akan banyak muncul srikandi srikandi dan arjuna arjuna Indonesia yg bisa membukakan mata dunia bahwa kita mampu. dan kita ada, seperti jaman keemasan Bung Karno dahulu.

  • tukangkopi
    March 17, 2008 at 2:59 pm

    beuh!! saya baru tau berita ini!!
    Oh SBY, tolonglah tolong. Biarkan kali ini srikandi kita berbicara. Bosan rasanya kita harus terus diperdaya..

  • Mbilung
    March 17, 2008 at 3:16 pm

    penelitian flu burung di indonesia tidak bisa lepas dari nama GAINS dan NAMRU, ngamrik πŸ™

  • stey
    March 17, 2008 at 3:50 pm

    saya baru tau ternyata masih ada menteri yang berjuang bener2 buat rakyat ya..

  • Nazieb
    March 17, 2008 at 3:59 pm

    Walah…..
    Apa artinya suku cadang militer kalo nanti akhirnya di bom atom sama Amerika?

  • didi
    March 17, 2008 at 4:00 pm

    saya sempet mikir. kok menteri ini malah bikin buku sementara rekor kematian flu burung kita tertinggi. harus baca bukunya dulu nih.

  • Aris
    March 17, 2008 at 4:30 pm

    Sekedar info, pd tgl 27-28 Maret mendatang akan berlangsung 6th International Bird Flu Summit di Bali. Yg ngadain event organizer amrik dan disponsori perusahaan obat-obatan besar. Yg jadi pertanyaan, bisakah semangat Siti Fadila menulari para pembicara Indonesia yg hadir pada pertemuan tsb? Kita tunggu beritanya.

    #Mas Mbilung: setuju penelitian flu burung tidak terlepas dari peran NAMRU, masalahnya kemudian adalah bisakah Bu Menteri mengusik keberadaan mereka? Keberadaan NAMRU di depkes sudah seperti bule2 yg berada di bappenas, depkeu dan depdag. …. mirip cerita John Perkins dlm “Confession of Economic Hitman”

  • mr.bambang
    March 17, 2008 at 5:05 pm

    Ajak ibu Siti Fadilah Supari ini ngeblog mas πŸ˜€

  • matahati
    March 17, 2008 at 5:30 pm

    Dan bagaimana dengan keluarga korban flu burung? Mereka juga mengalami ketidakadilan dan diskriminasi, seperti penuturan salah satu teman saya yang kerabatnya dituduh terkena flu burung tanpa data yang jelas dan bu menteri, bagaimana data tersebut bisa tertukar-tukar?

  • yuki tobing
    March 17, 2008 at 6:04 pm

    salut untuk siti fadillah supari, akhirnya perjuangan beliau membuahkan hasil, saya kebetulan sudah lama kagum dengan dia, dimulai dari melihat penampilan dia di televisi dan radio dan cara2 dia menjawab masalah.

  • AgoyYoga
    March 17, 2008 at 6:41 pm

    Sudah membaca sebuah tulisan mengenai sepak terjang beliau di sebuah koran, tapi tetap saja ketika membaca hal ini saya merinding. Hebat! two thumbs up!

  • andrias ekoyuono
    March 17, 2008 at 6:54 pm

    stuju ama usulnya #bambang
    kalo bukunya ditarik, ya minta beliau bikin blog bhs inggris atau sekalian menyalin versi inggrisnya ke web. Jadi biar orang sedunia tahu

  • max
    March 17, 2008 at 7:01 pm

    Ya…, kita jangan pernah mau dibodohi Amerika yang bodoh!!

  • mitra w
    March 17, 2008 at 7:33 pm

    First, hebat banget dengan Ibu Siti fadilah Supari.

    emang harus didukung penuh dr pemerintah, bukan malah mengkhianati perjuangan beliau.

  • Hedi
    March 17, 2008 at 8:09 pm

    saya dukung bu menteri, flu burung itu senjata biologis Amrik (saya selalu senang teori konspirasi) πŸ˜€

  • didut
    March 17, 2008 at 8:11 pm

    weh mas…thanks untuk berbagi cerita yah πŸ˜€

  • kw
    March 17, 2008 at 8:21 pm

    bu siti emang top. mudah-mudahan aja pak sby mendukung. amin

  • leksa
    March 17, 2008 at 9:35 pm

    dari kemarin nyari si buku ttg ibu ini…
    Mas Iman udah review duluan..tep..mantep..

    mamang orangnya ceplas ceplos,..
    karena itu juga, si ibu ini rada2 ga cocok ma SBY memang πŸ˜€

  • peyek
    March 17, 2008 at 9:46 pm

    kalo negeri ini masih banyak menyimpan orang-orang seperti bu Siti, saya masih bangga jadi orang Indonesia mas! lah kalo sebaliknya …itu ngisin-ngisini!

    mudah-mudahan SBY tidak malah ngisin-ngisini lagi!

  • regsa
    March 17, 2008 at 10:33 pm

    Srikandi negeri menggugat . salut untuk beliau

  • Brahmasta
    March 17, 2008 at 10:35 pm

    Salut! Keren!

  • Totok Sugianto
    March 17, 2008 at 10:41 pm

    Prof Siti Fadilah anak bangsa yang melakukan perlawanan atas ketidakadilan.
    Bangsa ini memerlukan banyak orang seperti Siti Fadilah, yang berjuang untuk
    keadilan, kadaulatan, dan kesetaraan. Ia inspirasi untuk bangsa yang
    bangkit.

  • Iman
    March 17, 2008 at 11:09 pm

    Mestinya dia yang mimpin PDI-P atau Golkar yaaa

  • sluman slumun slamet
    March 18, 2008 at 12:46 am

    pencerahan…
    selama ini banyak yang hanya lihat performanca bu menteri dari tivi. banyak yang bilang performancenya payah. gak layak jadi menteri. lho performance yang mana? ituh komentar2nya kadang kayak asbun ajah.
    sewaktu lihat sebuah acara di metro tivi, banyak yang menertawakannya.
    memang, dont luk de buk jas prm dekaper!

  • Ray
    March 18, 2008 at 1:14 am

    “Mestinya dia yang mimpin PDI-P atau Golkar yaaa”
    Justru sebaiknya orang orang potensial seperti ini jangan sampai ad di partai deh, ‘mandeg’ dia nanti πŸ˜€

  • gagahput3ra
    March 18, 2008 at 4:45 am

    Thx 4 visiting my blog πŸ˜€

    Kalo ada yg kurang dari ibu Siti ini kyknya profesionalisme….dia masi terlalu sering ngeluarin komen2 gaya ibu arisanβ„’ πŸ˜€ kyk waktu susu formula ama kelaparan kmaren πŸ™

    Tp y kan nobody’s perfect πŸ˜› selamat aja de bwat bu Siti uda mendobrak dunia kesehatan dunia

  • Gage Batubara
    March 18, 2008 at 5:06 am

    ntahlah, kalo virusnya sudah di buka. apa yang akan dilakukan?

  • kyai gantheng
    March 18, 2008 at 7:34 am

    dulu tak kirain orang ini gak punya empati sama orang2 miskin, sebab gaya bicaranya yang ketus dan -kayaknya- pengen menang sendiri. kalo bener gini ceritanya jadi salut deh, sapa juga berani ngelawan paman sam, tapi untung ada bibi siti … πŸ˜€

  • evi
    March 18, 2008 at 7:45 am

    ternyata si Ibu tidak hanya ngomong doang ya….
    kirain….

  • edratna
    March 18, 2008 at 8:41 am

    Hari Sabtu tgl. 15 Maret 2008, selesai menghadiri acara Karawitan Muda Indonesia ke III di RRI Jakarta, saya ke Kinokuniya Plaza Senayan. Rada kaget kok rame amat, ternyata sedang launching bukunya ibu Menkes. Karena tak diundang, yang masuk ke arena cuma suami, saya dan yang ikut saya menunggu di Starbuck sambil menikmati coklat panas, mendengar penjelasan ibu Menkes yang dipandu Mutia Hafid dan….(lupa namanya, cowok).

  • Dew
    March 18, 2008 at 8:46 am

    Belum lama kemaren nonton liputan soal ini juga di Metro TV. Whad a lady!

  • lady
    March 18, 2008 at 9:06 am

    apa ini ada hubungannya dengan sikap sinis si ibu ketika muncul berita penemuan ttg bakteri sakazaki pada susu formula bayi?

    katanya: “tanyakan siapa yang mendanai penelitian itu”

    (hmm… amerika kah?)

  • dian
    March 18, 2008 at 9:14 am

    gak sabar nungguin 6th International Bird Flu Summit di Bali. semoga bisa unjuk taring.

    bukunya itu udah terbukti, baru nebak2x or akan sama2x dibuktikan ?

  • ratie
    March 18, 2008 at 9:39 am

    Saya heran.. Dari sebaran2 di milis dan di blog mas iman ini, dia tampak hebat. Tapi saat menghadapi kasus bakteri Sakazakii yang konon terkandung dalam susu formula bayi, omongan dia sama sekali ga mencerminkan kejeniusannya dalam mengusut kasus flu burung ini. Saya lihat sendiri di TV (CMIIW), dengan lantang beliau berkata “Yang dites kan tikus, manusia bukan tikus tho? Ya sudah…”

    Aneh…

  • Iman
    March 18, 2008 at 10:34 am

    Ratie,
    Hm he he..saya kagumnya karena beraninya menantang Amrik …
    bener kkata Dian, kita tunggu di Bali – Bird Flu Summit – What next ?

  • ebeSS
    March 18, 2008 at 11:00 am

    Menkes seorang dokter . . . . sepertinya sudah jadi rumus yang mudah . .
    Indonesia sering kebobolan pada kementrian yang mengurus keuangan, termasuk BI
    enaknya mereka lulusan apa ya . . .

  • [H]Yudee
    March 18, 2008 at 11:02 am

    salut juga ama ibu satu ini mas …
    bener2 penuh gebrakan, mulai dari sosialisasi mslh kesehatan di tivi-tivi …sekarang bikin buku yg lumayan bikin gerah negara2 maju ….

  • dewi
    March 18, 2008 at 11:28 am

    saya ilfil pas liat komentar dia di tivi soal bakteri sakazaki, seperti ketika kasus flu burung. ga ada itu kasus flu burung, seperti ga ada kasus bakteri sakazaki. entah kenapa tiba – tiba ajah banyak orang mati, dan bayi kena radang otak.

  • jeng endang
    March 18, 2008 at 11:32 am

    yg saya pengen tau, akan jadi apa Amerika tanpa Indonesia dan Indonesia tanpa Amerika? *pertanyaan bodoh mungkin? mbuhlah*

  • Ocha
    March 18, 2008 at 1:16 pm

    Wahh, saya baru tahu juga sisi lain dari ibu siti ini. Makasih mas iman, padahal waktu kasus bakteri itu saya agak sentimen dikit ama ibu ini abis pas diwawancarai bilangnya “emangnya ada kasus bayi yg sakit (meninggal) krn bakteri ini”(CMIIW). Ternyata beliau juga punya sesuatu yang membanggakan. Salut saya ama ibu. dan juga sama mas iman yg udah nulis ini.

  • parcendol
    March 18, 2008 at 2:35 pm

    pernah nonton dan baru tahu ternyata sang srikandi mengadopsi konsep anti kapitalis dan sikap kolonialis negara-negara maju yang semakin menghimpit keberadaan negara-negara dunia ketiga..
    banyak orang yang menyebutnya ‘menteri pantang mundur’..
    semoga semakin banyak menteri yang berjuang bukan atas semangat ‘kepartaian’..
    semoga saja..

  • funkshit
    March 18, 2008 at 2:48 pm

    wah keren sekali ya ibuk itu sepertinya . . . semoga emang dia bener2 keren seperti keliatan nya

  • edy
    March 18, 2008 at 3:21 pm

    ibu ini memang baik bahkan sangat luar biasa
    ga cuma dalam kapasitasnya sbg mentri tp saat masih praktek
    kebetulan bapak saya pernah jadi salah satu pasiennya
    sayang kalo perjuangan beliau harus terhenti

1 2 3

Leave a Reply

*