seberapa tega kita ?

Mau tidak mau kita harus angkat topi dengan SBY karena ‘ merestui ‘ penangkapan terhadap besannya dalam kasus aliran dana Bank Indonesia.  Sesuatu yang muskil terjadi dalam jamannya orde baru.  Ini masalah seberapa tega dia menolak permintaan anak dan menantunya yang mungkin saja merengek rengek agar kasus ini dideponir.
Tidak hanya itu saja. Penjaga penjara brimob kelapa dua juga harus diacungi jempol, yang tega dan tegas menolak keluarga Aulia Pohan di luar jam jam resmi kunjungan tahanan.

Persoalan tega dan tidak tega menjadi rumit kalau berhubungan dengan sisi personal seorang manusia. Ini menunjukan integritasnya jika ia bisa membedakan disisi mana ia harus berdiri. Pastinya sulit karena ada pertentangan.
Untuk urusan syuting saja, saya harus berlindung di belakang asisten sutradara. Memang susah menolak. Ketika pemain saya yang cantik dan matanya manja – sambil menggelendot – meminta scene mereka didahulukan. Padahal breakdown syuting merujuk jadwal mereka masih lama.

Dalam film Godfather II, Michael Corleoene luruh menatap danau di belakang rumah peristirahatannya. Musim gugur yang dingin dan sepi. Ia meminta anak buahnya mengeksekusi saudara kandungnya sendiri, Freddy Corleone karena terbukti berkhianat.
Tidak perlu jadi mafia untuk menegakan prinsip kebenaran.  Dulu Sultan Hamengkubuwono I sudah menentukan putera mahkotanya, Raden Mas Ento.  Namun karena sang putera mahkota tabiatnya kurang terpuji, suka membuat keonaran, dan gemar bermain wanita. Maka ia memutuskan untuk menyingkirkannya. Suatu hari Sultan mengundang puteranya untuk bersantap makan.  Beberapa hari kemudian Raden Mas Ento jatuh sakit dan meninggal.
Tentu saja ia tak kuatir karena masih memiliki 35 putera lainnya.

Karakter manusia Indonesia dengan ‘tepo seliro ‘ dan ‘ pekewuh’ bisa saja membuat persoalan benar salah , sesuai aturan atau tidak menjadi bias.  Membayangkan pergolakan batin SBY – sebagaimana ia akui,karena urusan keluarga besar – memang tidak mudah. Ini memang kebijakan populis, yang menurut survey ternyata menaikan angka kepuasan publik terhadapnya. Modal besar untuk pemilu mendatang.
Mudah mudahan ini bukan bagian dari strateginya. Tapi karena memang besannya bersalah dan layak dibui.
Bagaimanapun juga SBY masih belum tega terhadap Aburizal Bakrie. Ia masih gamang  antara membela Menteri keuangannya , yang mengancam mengundurkan diri atau membela saham saham Bakrie yang terjun bebas. Politik balas budi masih menjadi tepo seliro,karena Ical sebagai kontributor besar dana kampanye SBY Kalla dulu.

Catatan sejarah selalu mengajarkan bahwa manusia tak pernah lepas dari kemungkinan kemungkinan persoalan personal yang membelenggunya. Jadi jangan salahkan Pak Harto yang marah dan mendadak mutung saat main bilyar bersama Benny Moerdani, sewaktu sang jenderal mengingatkan Presiden bahwa bisnis anak anaknya sudah kelewatan.
Masalahnya apakah kita bisa melepaskan dari conflict of interest. Kalau gambar judgement yang kita ambil selalu terkait dengan kepentingan kita atau orang orang yang dekat dengan kita.

Kita juga menunggu apakah ketua KPK, akan benar benar tega menerapkan aturan bahwa tahananan harus memakai baju tahanan berwarna biru dengan, kotak kuning dipunggung bertuliskan ‘ Tahanan KPK ‘.

Satu hal lagi. Gubernur Fauzi Bowo memang sangat tega terhadap anak anak sekolah di wilayah kekuasaannya. Ia memaksa membuat aturan anak sekolah masuk jam 6.30 pagi, dengan asumsi jam jam kemacetan akan berkurang. Entah dia tak punya anak yang masih sekolah, tapi saya membayangkan betapa tersiksanya anak anak yang harus bangun lebih pagi.  Gara gara gubernur sudah tak bisa mengatasi problem kemacetan, paling gampang membuat aturan yang sangat ‘ tega nian ‘.
Kalau sudah begini, jadi teringat semboyan kampanyenya dulu. Sang Ahli.

You Might Also Like

56 Comments

  • ndoro kakung
    December 2, 2008 at 11:11 am

    “Ketika pemain saya yang cantik dan matanya manja – sambil menggelendot – meminta scene mereka didahulukan.”

    @SarahAstri suka gitu juga gak? (headspin)

  • yok
    December 2, 2008 at 11:23 am

    ngomong2 ical Lapindo. hari ini teman2 kita lagi kepung istana

    dan mengenai pak bowo..kok ya nda pekerjanya yg disuruh bangun lebih pagi ya ? xD

  • itikkecil
    December 2, 2008 at 11:24 am

    Woo… ndoro…..
    Ternyata seorang mas Iman pun harus berlindung di balik asisten sutradara

  • Sholdier Of Allah
    December 2, 2008 at 11:48 am

    Sepertinya kita tidak perlu terlalu tersihir dengan manuver politik SBY dengan penahanan besannya dalam kasus korupsi yang menimpanya, tapi kita juga perlu mengacungkan jempol buat SBY dengan tindakanya tersebut terlepas dari kepentingan PEMILU 2009.

    Mencermati dekatnya ajang pemilu 2009 perlu untuk menciptakan image yang baik dari pigur yang akan bertarung nantinya begitu juga yang dilakukan SBY. Sepertinya kita patut juga meminjam istilah tokoh PDIP megawati yang selalu memojokan SBY dengan kampanye “TEBAR PESONANYA” dengan tujuan menyelamatkan muka SBY dari kegagalan kegagalan dia dalam memimpin negara.

    Faktor lain yang patut di perhitungkan adalah kebijakan SBY dalam kasus aulia pohan adalah korelasinya terhadap kasus monas yang menjadi salah satu cambuk dia dalam memenjarakan besanya tersebut. seandainya kasus monas tersebut tidak penah terjadi dan tak pernah ada kasus penahanan tokoh FPI “Habib Rizzieq Sihab” maka mustahil SBY berani memenjarakan besanya tersebut karena kasus habib tidak sebanding dengan kasus besanya tersebut tapi apa yang terjadi dengan habib rizzeq 1,5 tahun penjara untuk kasus yang habib sendiri tidak terlibat didalamnya, kita tau selama ini kebijakan SBY selalu mendapat kritikan pedas dari tokoh FPI tersebut dengan komentar yang bernada pribadi “SEANDAINYA SAYA BESAN SBY MUNGKIN SAYA TIDAK AKAN DI PENJARA” demikian bunyi kritik tajam yang di lontarkan tokoh FPI tresebut, hal inilah yang menjadi cambuk SBY mangambil tindakan untuk menjadikan tersangka aulia pohan sebagai tahanan dengan tujuan untuk menyelamatkan muka SBY dari image public, jadi lagi lagi memang benar juga yang di katakan megawati bahwa program mencari muka lebih ampuh untuk mempertahankan dan mengamankan posisi SBY.

    Faktor lain lagi yang membuat SBY mengambil resiko memenjarakan besan “AULIA POHAN” adalah bersentuhan dengan komentar beliau yang pernah mengeluarkan statement “NEGARA JANGAN PERNAH KALAH DENGAN TERORIS’, menjadi senjata makan tuan terhadap SBY, karena banyak pula komentar antitesis yang menyatakan “NEGARA JANGAN PERNAH KALAH DENGAN KASUS BI/BESAN RI”, hal ini juga menjadi faktor pendorongnya dan cambuk terhadap SBY.

    Faktor berikutnya adalah penangan kasus terorisme dan tekanan umat islam yang sangat besar terhadap pembelaan terpidana mati kasus bom bali, dalam hal ini SBY dihadapkan pada posisi yang sangat sulit, karena disatu sisi SBY sudah menerima order dari pihak luar untuk mengeksekusi 3 terpidana mati tersebut, sementara tekanan umat islam terhadap pembelaan tiga terpidana mati tersebut begitu besar sehingga menimbulkan image SBY begitu memusuhi umat islam, apa lagi setelah ketiga terpidana tersebut sudah di exsekusi maka tekanan yang semakin hebat dari umat islam utuk SBY agar melakukan hal yang serupa terhadap kasus korupsi di negara ini dalam penangana sama halnya seperti kasus bom bali karena sesungguhnya penderitaan yang terberat terhadap bangsa ini bukanlah kasus bom bali yang hanya menewaskan ratusan orang saja tapi kasus korupsi yang mengurita yang telah menewaskan ribuan dan memiskinkan rakyat indonesia hingga jutaan jumlahnya yang perlu mendapat perhatian serius dan hukuman mati bagi pelaku korupsi perlu juga sama halnya dengan kasus bom bali, inilah faktor faktor yang menyudutkan SBY untuk melakukan penahanan BESAN TERCINTANYA “AULIA POHAN” maka sudah sepatutnya kita juga tidak perlu terkesima dan tersihir dengan pola pola SBY tersebut dalam mencari simpati rakyat untuk kepentingan politik pada pemilu 2009.

    Dari semua faktor tersebut kita juga patut bersukur karena pada akhirnya dan dengan kenyataan pahit yang di alami SBY tersebut semoga indonesia menjadi contoh negara dengan penegakan hukum yang baik, dan semoga hukum menjadi hakim yang adil di negara kita

    SBY..SBY ..sungguh tragis posisimu
    Ah…tak apalah…yang penting image bisa dipertahankan
    Perjuangan pemilu 2009 perlu pengorbanan dan tumbal politik

    Soldier Of Allah

  • mantan kyai
    December 2, 2008 at 12:40 pm

    Waduh mau dong d gelayuti sarah. Saya tega deh mas … 😮

  • Toni
    December 2, 2008 at 1:13 pm

    Sejatinya memang pemimpin harus punya integritas dan kasus Aulia Pohan adalah contoh kejujuran nurani seorang Presiden.

  • Dony Alfan
    December 2, 2008 at 1:18 pm

    Harusnya murid2 sekolah itu pada ndemo ‘si brengos’.
    Ato mengajukan syarat, mau masuk sekolah lebih pagi, asal ‘si brengos’ juga mau nyukur brengosnya, haha

  • kw
    December 2, 2008 at 1:35 pm

    konon di bui, besan sby masih dapat fasilitas nyaman. pak sby harus lebih tegas lagi!

  • didut
    December 2, 2008 at 1:45 pm

    wew ndorotainment sdh bergerak lagi 😛

  • Nika
    December 2, 2008 at 2:35 pm

    *milih SBY lg ah kalo bener besannya nti diadili*

    Btw, soal om kumis pausi bowo. Sebel bgt ma dia. Gak tau knp. Apa krn dia ‘ahli’ bikin banjir dan macet ya? Tp emang kasian anak2 SD. Salah pausi gak bs mengendalikan macet kok anak2 yg kena. Coba dia bs nyuruh pegawe2nya untk pake transportasi umum ato nyepeda ky di jogja. Mksd sy dia sdr mencontohkan hal tsb. Tentu lebih mengena memberi teladan drpd instruksi doang.

  • evi
    December 2, 2008 at 3:08 pm

    tega ga tega ya harus tega, ya ga pak SBY…. jgn seperti yg sudah-sudah 🙂

  • Iman
    December 2, 2008 at 3:20 pm

    saudara wicaksono,
    komentar anda sangat tendensius, saya tunggu besok di wetiga besok !

  • siska
    December 2, 2008 at 3:24 pm

    “Kalau sudah begini, jadi teringat semboyan kampanyenya dulu. Sang Ahli.”

    hakhakhakhakhakhakhak… Akhirnya terjawab sudah 😛

  • aprikot
    December 2, 2008 at 3:27 pm

    anu mas, pas saya minta difoto kemarin saya nda pake gelendotan sama mas iman kan? *peace*

  • RIZKI EKA PUTRA
    December 2, 2008 at 3:43 pm

    Saya bingung melihatnya! paling saya hanya bisa mengucapkan selamat dan mudah2an apa yang menjadi cita2 SBY dapat tercapai

  • roi
    December 2, 2008 at 4:09 pm

    jadi inget Bang Rhoma…
    teganya-teganya…..

  • arya
    December 2, 2008 at 4:10 pm

    mas, penetapan aturan memang tidak boleh menggunakan hati, apa mau disayang, logika terkadang tertendang ke sudut otak.
    tidak tahan untuk tidak mengomentari alinea terakhir:
    kemampuan analisa pada dasarnya didukung dengan logika dan data dengan tujuan untuk mencari akar permasalahan dan mengurai si benang kusut. sayangnya analytical saja tidak cukup tanpa memberikan jembatan systemic thinking untuk melihat akar masalah dan solusi secara global. harapannya jelas solusi yang ditawarkan bisa menjadi obat penawar bukan back-fired.

    Anyway, akar masalah kemacetan sebenarnya apa? Mudah-mudahan bukan seperti solusi banjir dan perahu karet seperti cerita saya di sini http://aryanugraha.wordpress.com/2008/11/26/memajukan-jam-sekolah/

  • afwan auliyar
    December 2, 2008 at 4:26 pm

    karena tabiat manusia indonesia itulah mas…. knp bangsa ini unik .. 🙂
    unik dalam ketegasan dan disiplin …
    unik dalam menerapkan hukuman 🙂

  • ngodod
    December 2, 2008 at 4:37 pm

    lha wong ada bis sekolah malah dikandangkan…

  • boyin
    December 2, 2008 at 5:03 pm

    ck.ck….ck..tega nya

  • ndebakulsempak
    December 2, 2008 at 5:22 pm

    penjara atau “penjara” kah untuk sang besan.
    Meragukan

  • Hedi
    December 2, 2008 at 6:51 pm

    Indonesia ini memang negeri paradoks 🙂

  • nirwan
    December 2, 2008 at 7:29 pm

    masalahnya, siapa sih pejabat di negeri ini yang tak korupsi? …. 😀

  • resi bismo
    December 2, 2008 at 8:07 pm

    Memang kalo jadi pemimpin yang amanah harus taat aturan main. Dengan itu ia akan dicintai rakyatnya. Susah cari pemimpin yang mendekati ideal, ada SBY aja udah sukur, karena ia yang paling lumayan, suka ato tidak suka, emang begitu kenyataannya.

  • meong
    December 3, 2008 at 12:08 am

    @ngodod : oh iya ya, kok aku jd inget lagu lawas :

    ‘bis sekolah yg kutunggu, kutunggu-u
    tyada yg datang, dst.’

    sapa yg nyanyi ya, richie ricardo ??

    waktu jaman tsb denger lagu ini, yg kebayang, jakarta punya bis sekolah kayak film2 bol…eh hollywood ituh :mrgreen:

    *nyanyi lagi*

    sungguh teganyateganyateganyateganya…..

  • DosenGila
    December 3, 2008 at 3:27 am

    Anaknya merengek-rengek? Aku kira tidak. Menantunya? Mungkin. Tapi proses pengambilan keputusan ini dapat dipastikan hal yang sangat sulit dan berat.

  • Donny Verdian
    December 3, 2008 at 3:48 am

    Langkah kuda si SBY ini bagus ya… setelah sekian lama akhirnya berani juga meski kamarnya Aulia tak seburuk kamar-kamar penjara lainnya tapi yang penting statusnya : TERSANGKA 🙂

    Taon depan milih siapa ya enaknya..?

  • elly.s
    December 3, 2008 at 7:37 am

    hidup SBY!

  • Nyante Aza Lae
    December 3, 2008 at 8:27 am

    soal tega tak tega adalah persoalan yg sangat berat..spt contoh diatas, Aulia Pohan notabene besan lgsg SBY, Ical notabene sang “donatur”…
    klo bicara idealisme n objektifitas tentu kita bs mendapatkan solusinya, pd saat dihadapkan soal “hati”…dq g bisa menjawabnya! Sangat sulit!
    Smg smua ini dilakukan SBY bukan hanya tuk mengejar simpati n meningkatkan “rating” beliau menjelang “2009”!

  • emfajar
    December 3, 2008 at 11:02 am

    sekolah saia emank tega udah nerapin masuk jam 6.30 jauh sebelum ada peraturan itu..

  • jafis
    December 3, 2008 at 11:39 am

    *saya tertarik mengomentari tentang fauzi bowo

    Penguasa terkadang karena berdalih strategi, kebenaran dan kebaikan menjadi nomor kesekian. Kadang atas nama darurat, Nurani dan akal sehat sering dikorbankan.

  • kimya
    December 3, 2008 at 3:15 pm

    Numpang mejeng…….
    Kayaknya semua tindakan politikus buat pemilu 2009…..sembako murah…guru bangsa….memberantas korupsi….membeli produk dalam negeri….
    Untuk besan SBY, kita lihat apa yang terjadi setelah pemilu….

  • Aris Heru Utomo
    December 3, 2008 at 3:53 pm

    Hidup Sarah, hidup saudara Wicaksono !!! hidup tendensius !!!

  • Indah Sitepu
    December 3, 2008 at 5:45 pm

    saya milih SBY lagi ahhhhhh

    masih yang terbaik dari deretan calon lain

    ^_^

  • yuswae
    December 3, 2008 at 9:02 pm

    susahnya kalau si bapak adalah wartawan (warga yang suka tangi awan). harus dipaksa bangun pagi nganterin anak sekolah..
    😀

  • kyai slamet
    December 3, 2008 at 11:18 pm

    idem sama mantan kyai aja deh
    😀

  • dondanang
    December 3, 2008 at 11:49 pm

    aulia pohan kayaknya cocok ake baju kotak kuning 😀

  • Domba Garut!
    December 4, 2008 at 2:53 am

    Persistensi dan konsistensi – itu adalah kunci dari keberhasilan pemberantasan korupsi termasuk itu penegakkan hukum tanpa pandang bulu, tebang pilih dan lain sebagainya.. ya kalau mau maju mesti begitu, ewuh-pakewuh tidak bisa dipakai aplikasinya dalam soal hitam-putih begini.. yang salah ya salah, yang benar ya benar..

    Pertanyaannya adalah, apakah kita sebagai anggota masyrakat mau mendukung dan menjadi bagian dari penegakkan hukum ini atau tetap selalu apatis dan paling jago menyuraki kalau ada tragedi dan kejadian heboh.

    Guys,

    Be fair, if you are on SBY’s shoes – you may as well unable to stand against those pressures. It’s always easier to criticize and play the blame game.

  • nico
    December 4, 2008 at 4:24 am

    hahay..*opo ki*

  • Tukang Nggunem
    December 4, 2008 at 7:02 am

    “Politik balas budi masih menjadi tepo seliro,karena Ical sebagai kontributor besar dana kampanye SBY Kalla dulu.”, weits ati-ati Pak Iman…Om Ical kabarnya gak terima ma salah satu majalah Nasional yang mnengungkapkan hal tersebut lho, salah-salah sampeyan nanti ikut-ikutan di tuntut…hehehehe….

    Apa kita memang butuh mental seorang Don Corleone ya buat mbikin negri ini gemah ripah loh jinawi ayem tentrem kerto raharjo?? ah mbohlah, mikir skripsi wae mumet kok malah melu mikir negoro….

  • adi
    December 4, 2008 at 7:20 am

    fauzi bowo = hitler ?

  • rackoen
    December 4, 2008 at 8:12 am

    kan ada lagunya,
    “sungguh teganya…teganya…teganya…teganya…teganya…teganya…”

  • andrias ekoyuono
    December 4, 2008 at 11:38 am

    Selama hukum ditegakkan, walaupun itu demi citra, saya rasa kita mesti dukung. Bukannya pemberantasan judi dan preman itu juga bagian dari perbaikan citra polisi. Di tengah kalutnya penegakan hukum di negeri kita, apapun yang positif di bidang hukum pasti akan berdampak pada citra.

    ps : mane nih ahlinya banjir ?

  • ZAKAR MU KAZAR
    December 4, 2008 at 1:39 pm

    Setiap orang yang bertindak kejahatan harus dikazari mas supaya kapok apalagi kasus korupsi, wajib itu, kalo gak mending suruh mati aja deh loe

  • Moh Arif Widarto
    December 4, 2008 at 2:32 pm

    Peningkatan status Aulia Pohan jadi tersangka memang nggak bisa dihindarkan. Memberi skenario penyelamatan pada Aulia Pohan jelas sebuah misi tak mungkin. Yang tepat ya dipersilakan saja diperiksa. Aulia Pohan adalah satu kasus, untuk kasus lain lihatlah betapa banyak anggota DPR yang belum bisa diperiksa karena ijin pemeriksaan belum dikeluarkan presiden.

  • edratna
    December 4, 2008 at 9:30 pm

    Kalau yang menggelayut nggak cantik bagaimana mas? Kadang memang orang cantik lebih beruntung…atau malah sial? Karena saat berbuat yang benar, orang bisa berpikir lain.

    Yang penting hukum tetap ditegakkan, namun kita juga jangan lupa menghormati azas praduga tak bersalah…..semoga Hakim dapat membuat keputusan yang se adil-adil nya.

  • novnov
    December 5, 2008 at 2:02 pm

    perasaan saya nggak pernah gelendotan ke mas Iman deh hahahahaha……btw untung disini bebas macet!!! Jadi anak saya gak perlu bangun pagi2 bener…..

  • catra
    December 5, 2008 at 3:30 pm

    semoga saja SBY terpilih lagi menjadi presiden di pemilu 2009 ntar

  • ika
    December 5, 2008 at 8:18 pm

    tega tuh… juga harus tetep diskriminatip ya mas… jadi biar teganya baik. harus milih-milih

  • Epat
    December 6, 2008 at 2:05 am

    sepakat mas, semoga bukan hanya karena strategi menghadapi 2009

1 2

Leave a Reply

*