Pembantaian yang tidak tercatat

Di Jawa kami harus menghasut penduduk untuk membantai orang orang Komunis. Di Bali kami harus menahan mereka, untuk memastikan bahwa mereka tidak bertindak terlalu jauh – Sarwo Edhie , Komandan RPKAD.

Ucapan mertua Presiden SBY, itu dalam sebuah konperensi pers awal tahun 1966 antara telah dilaporkan dalam beberapa bentuk. Ini menjelaskan, salah satu sejarah paling kelam dalam bangsa ini, yang tak pernah ditulis dalam buku buku sejarah anak anak kita di sekolah.
Pembantaian mereka yang dianggap komunis paska pemberontakan G 30 S PKI yang gagal.
Kita mestinya sepakat bahwa pengungkapan itu bukan untuk menorah luka lama. Tetapi untuk sebagai bahan pelajaran sehingga tak terulang.

Laporan The Econimist London, berdasarkan informasi ilmuwan ilmuwan Indonesia, mengemukakan bahwa 100.000 orang tewas hanya dalam hitungan bulan Desember 1965 hingg Februari 1966.
Menurut Komisi Pencari Fakta yang dibentuk setelah peristiwa berdarah itu, jumlah korban hanya 78.000 orang. Tapi, Oei Tjoe Tat – menteri negara jaman Bung Karno – yang menjadi ketua tim, justru meragukan penemuan itu. Dalam perjalanannya melakukan penyelidikan ia justru dihambat oleh aparat militer setempat. Ia menyebutkan angka itu terlalu dikecilkan. Dengan menyindir ia menyebut bukan 78.000 tapi 780.000.

Dalam memoarnya, Oei Tjoa Tat menceritakan perjalanannya ke Bali, justru tidak bisa mendapatkan akses kemana mana, karena dikarantina di hotel, akhirnya dia bisa diselundupkan suatu malam, dengan melewati dapur untk bertemu sumber sumber penyelidikan.
Dari situ ia bisa mengetahui pembunuhan yang terjadi terhadap I Gede Puger, Ketua PKI Bali yang bertubuh gemuk. Tubuhnya dipotong potong, sehingga daging lemaknya terburai sebelum akhirnya kepala di tembak. Tidak hanya dia yang dibunuh, juga seluruh anak istrinya.
Bahkan Gubernur Bali, Anak Agung Bagus Suteja yang berafiliasi pada PKI, hilang tanpa bekas.

Suatu saat setelah laporan Komisi Pencari Fakta selesai. Oei Tjoe Tat dipanggil Bung Karno secara sembunyi bunyi.
“ Sst..sini sebentar,. berapa angka yang sesungguhnya..” tanya Bung Karno.
“ Lho khan ada releasenya Pak, sekitar 78.000 “.
“ Sudahlah saya tidak percaya “ sergah Bung Karno
Oei Tjoe Tat lalu melihat sekelilingnya karena takut ada yang mendengar. Lalu ia membisiki Bung Karno,
“ Ya..dikalikan 5 kali lipat saja pak dari angka itu “.
Kelak Oei Tjoe Tat ditahan rezim orde baru karena dianggap sebagai orang Soekarno.

Anehnya Komkaptib, lembaga bentukan Orde baru yang sangat berkuasa dan dapat menentukan hidup matinya seseorang. Dalam laporannya, menyebutkan angka hampir sebesar 1 juta orang, dengan perincian 800,000 korban di Jawa dan 100.000 korban di Bali dan Sumatera.
Besarnya angka itu juga menunjukan adanya praktek genosida ( genocide ) yakni menghilangkan kelompok tertentu.
Jika Pol Pot melakukannya pembantaian untuk menghilangkan kelas borjuis dan intelektual dalam beberapa tahun. Di Indonesia mereka melakukan pembantaian dalam hitungan bulan.

Ada beberapa cara penghitungan selain sumber sumber resmi di atas, seperti menghitung jenasah yang menjadi korban pembantaian – termasuk membongkar kuburan kuburan – walau agak sulit, karena banyak kejadian dengan membuang korban di jurang, hutan, tempat tempat terpencil atau membuat kuburan gelap.
Ada cara lain, meminta kesaksian dari korban yang kebetulan selamat, orang yang menyaksikan atau pelakunya sendiri.

Maskun Iskandar & Jopie Lasut, pernah mempublikasikan “ Laporan dari daerah maut Purwodadi “ dalam Koran ‘ Indonesia Raya tanggal 17 Maret 1969. Mereka menemukan tentara pangkat rendah dan dijuluki James bond agen 007 oleh rekan rekan instansi militernya. Dijuluki demikian karena memiliki lisensi membunuh seperti agen rahasia Inggris itu, dan dalam suatu kendurian warga, ia berkoar koar telah membunuh ratusan orang komunis.

Cara lain adalah dengan teknik demografi, membandingkan jumlah penduduk suatu daerah sebelum dan sesudah kejadian. Walau cara ini kurang efektif.
Ada cara lain yakni dengan metode intuisi, yakni secara moderat tidak terlalu kecil dan tidak dibesar besarkan. Robert Gribb yang menulis ‘ The Indonesian Killings ‘ menyebut 500 ribu sebagai angka yang wajar.
Jumlah tersebut didukung teknik yang dibuat Iwan Gardono, dalam disertasinya ‘ The Destruction of the Indonesian Comunist Party ( a comparative analysis of Esat Java and Bali ) di Harvard University tahun 1992. Ia menjumlahkan semua angka pada 39 artikel / buku yang mengulas pembantaian 1965 / 1966 dan membagi dengan 39 sehingga diperoleh angka rata rata 430.590 orang.

Statistik itu tidak menunjukan perasaan sesungguhnya, tidak menggambarkan ketika orang dibunuh dengan dingin, diperkosa serta kengerian yang luar biasa terjadi. Selain itu sebuah tanda tanya kenapa aparat militer tidak mencegah kejadian itu, justru membiarkan pembantaian itu terjadi.
Ucapan komandan RPKAD diatas menjelaskan bagaimana keterlibatan militer secara tidak langsung dalam pembantaian ini.

Terutama di Jawa, angkatan darat dengan kesatuan RPKAD menyebarkan daftar nama nama anggota PKI yang harus dibunuh, serta melatih organisasi pemuda sipil untuk bisa menguasai teknik dasar pertempuran – baca pembantaian.
Dalam pidatonya di Bogor tgl 18 Desember 1965, di hadapan mahasiswa HMI. Bung Karno meminta agar HMI ‘turba’ – turun ke bawah untuk mencegah pembunuhan massal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembantaian sangat keji. Orang disembelih, dipotong dan dibunuh begitu saja.
Bahkan orang tidak berani menguburkan jenasah korban.

Lebih jauh Bung Karno menggambarkan , “ Awas kalau berani ngrumat jenasah. Engkau akan dibunuh. Jenasah diklelerkan begitu saja, dibawah pohon, dipinggir sungai. Dilempar bagai bangkai anjing yang sudah mati “.

Bahkan dalam iring iringan mobil Bung Karno di Jawa Timur. Salah satu mobil diberhentikan, dan penumpangnya diberi bungkusan berisi kepala pemuda rakyat.

Pembunuhan orang orang Komunis ini terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Sebagian Sulawesi, Pulau Jawa, Bali, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di Jawa kerusuhan anti komunis menyebar di seluruh penjuru pulau, dengan konsentrasi di pedesaan. Di Surabaya, muslim Madura adalah kelompok terbesar yang melakukan pembantaian, sementara di daerah lain unit unit militer, kelompok warga sipil yang sebagian besar anggotanya adalah para pemuda yang bergabung dengan partai politik antikomunis.

Disini Ansor yang berafiliasi dengan NU memainkan peranan penting dalam pembantaian ini. Gus Dur dalam masa jabatan kepresidennnya pernah menyuarakan rekonsiliasi serta permintaan maaf atas pembunuhan yang dilakukan orang orang Ansor dan banser NU.

Di Jawa tengah dan Jawa Timur sebagai ladang pembantaian utama mulai dari wilayah Banyumas, Solo, Klaten, Boyolali, Purwodadi sampai Pati. Sementara di timur, mulai dari Kediri, Ponorogo dan yang paling parah daerah Probolinggo, Pasuruan, Situbondo sampai Banyuwangi.
Bahkan Ansor sampai harus menyebrangi selat Bali, membantu membantai orang orang komunis di daerah bali barat.

Awalnya memang orang orang Komunis sempat diatas angin, dengan menangkapi tokoh tokoh agama atau tokoh masyarakat yang berafiliasi dengan PNI. Beberapa pertempuran terjadi antara komunis dengan Ansor, kaum nasionalis dan pemuda Kristen.
Namun sejak RPKAD mengirim satu batalyon menuju Jawa Tengah pada tgl 17 Oktober 1965. Keadaaan berubah drastis. Pihak komunis menjadi terdesak, dan dibantai sampai keluarganya atau kerabatnya.
Banyak pembunuhan terjadi karena amuk massa atau fitnah dari orang orang yang tidak suka kepada mereka yang dicurigai simpatisan. Padahal bukan komunis.

Di daerah Klaten, pemuda nasionalis membentuk satuan khusus yang dinamakan ‘ Pasukan Banteng Serba Guna “ bekerja sama dengan pemuda pemuda Islam dan pemuda Kristen yang membentuk “ Barisan Pengawal Yesus “. Mereka mendapat latihan militer dari satuan RPKAD yang berbasis di Kandang Menjangan dan Kartasura.

Beberapa laporan tentang pembunuhan di daerah Jawa Timur :

1. Lawang, Kabupaten Malang. Para anggota dan simpatisan PKI yang akan dibunuh dikat tangannya. Lalu segerombolan pemuda Ansor bersama satu unit tentara Zeni Tempur membawa ke tempat pembantaian. Para korban satu persatu digiring ke lubang. Mereka dipukuli dengan benda keras sampai tewas. Lalu kepala mereka di penggal. Ribuan orang dibunuh dengan cara ini. Lalu pohon pohon pisang ditanam diatas kuburan mereka.

2. Singosari , Malang. Oerip Kalsum, seorang lurah wanita desa Dengkol, Singosari dibunuh dengan cara tubuh dan kemaluannya dibakar, lalu lehernya diikat sampai tewas.

3. Tumpang, Kabupaten Malang. Sekitar ribuan orang dibunuh oleh tentara dari Artileri Medan ( Armed I ) bekerja sama dengan Ansor. Mayat korban dikuburkan didesa Kunci.

4. Kabupaten Jember. Pembantaian dilakukan oleh Armed III. Tempat pembantaian perkebunan karet Wonowiri dan Glantangan serta kebun kelapa Ngalangan. Sementara di Desa Pontang pembantaian dilakukan oleh kepala Desa dan pensiunan tentara.

5. Nglegok. Kabupaten Blitar. Japik seorang tokoh Gerwani cabang setempat dan seorang guru, dibunuh bersama suaminya. Ia diperkosa berkali kali sebelum tubuhnya dibelah mulai dari payudara dan kemaluannya. Nursamsu seorang guru juga dibunuh, dan potongan tubuhnya digantung di rumah kawan kawannya. Sucipto seorang bekas lurah Nglegok dikebiri lalu dibunuh. Semuanya dilakukan oleh pemuda Ansor.

6. Garum, Kabupaten Blitar. Ny Djajus seorang lurah desa Tawangsari dan seorang anggota Gerwani. Hamil pada saat dibunuh. Tubuhnya dibelah sebelum dibunuh.

7. Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Beberapa guru, kepala desa ditangkap oleh pemuda Ansor, lalu disembelih dan mayatnya dibuang ke sungai. Beberapa kepala guru dipenggal dan ditaruh diatas bamboo untuk diarak keliling desa.

8. Kecamatan Pare, Kediri. Suranto, seorang kepala sekolah menengah di Pare. Ia bukan anggota PKI, tetapi anggota Partindo. Ia bersama istrinya yang sedang hamil 9 bulan di tangkap pemuda Ansor. Mereka dibunuh, perut istrinya dibelah dan janinnya dicincang. Selama seminggu setelah kejadian itu, kelima anak anak Suranto yang masih kecil kecil tidak punya siapa siapa yang akan menolong mereka, karena para pemuda Ansor memperingatkan tetangga, bahwa barang siapa menolong anak anak iti tidak dijamin keselamatannya.

9. Kecamatan Keras, Kabuaten Kediri. Tahanan dibawa naik rakit oleh pemuda Ansor, dan disepanjang perjalanan mereka dipukui sampai mati, lalu mayatnya dibuang di bantaran sungai.

10. Kabupaten Banyuwangi. Pembantaian dilakukan mulai tgl 20 November 1965 sampai 25 Desember 1965. Kemudian terjadi lagi 1 Oktober sampai 5 Oktober 1966 serta pembantaian terakhir sejak Mei 1967 sampai Oktober 1968. Pembantaian dilakukan oleh regu regu tembaj dari Kodim 08325, pemuda Ansor dan Pemuda Demokrat. Mayat mayat dikubur dilubang lubang yang sudah disiapkan. Umumnya satu lubang memuat 20 25 orang.
Dengan menggunakan truk pinjaman dari pabrik kertas di Banyuwangi ratusan korban disiram minyak tanah dan dibakar lalu dilempar ke jurang di Curahtangis, antara jalan Banyuwangi dan Situbondo. Dalam banyak kasus, perempuan perrempuan dibunuh dengan cara ditusuk dengan pedang panjang melalui vagina sehingga perut mereka terbelah. Kepala dan payudara mereka dipotong potong lalu dipamerkan di pos pos jaga yang ada di sepanjang perjalanan.

Selain Curahtangis diatas, ada tempat seperti Merawan, Curahjati – sebuah hutan jati, Desa bulusan dan Ketapang di daerah pantai yang menjadi tempat pembantaian massal. Bahkan di daerah Tampuh, sebuah desa perkebunan terpencil, sejumlah anggota PKI ditembak yang dipimpin oleh komandan kodim setempat.

Sulit mengatakan jika militer dan petinggi organisasi massa tidak terlibat, jika contoh kasus pembantaian di Banyuwangi justru dipimpin oleh Kolonel Sumadi (Komandan Korem 083), Letkol Djoko Supaat Slamet (Komandan Kodim 18325) , Dja’far Maruf( Ketua PNI cab. Banyuwangi ) Kiai Haji Abdul Latief ( Ketua NU cab. Banyuwangi )
Ketika Tim pencarifakta yang dipimpin Oei Tjoe Tat turun disini pada tanggal 25 Desember 1965. Jumlah korban sedah mencapai 25.000 orang.

Banyak orang yang tidak tahu apa apa harus ikut membayar nyawanya karena amuk massa. Kerabat, tetangga, bayi bayi yang tak berdosa.
Bagaimana kita menjelaskan fenomena ribuan orang orang Bali yang pasrah, lalu berpakaian putih putih berjalan menuju tempat penjagalan, serta berdiam diri menunggu datangnya algojo.

Bagaimana kita menjelaskan puluhan ribu guru yang hilang dari sekolah sekolah dalam periode tersebut. Mereka tak tahu apa apa tentang politik, sehingga bergabung dengan gerakan sempalan PGRI non vaksentral, yang memberi semboyan jika Guru lapar mereka tak bisa mengajar. Sejumlah data menyebut angka 30.000 rib sampai 92,000 ribu guru dibunuh.
Dari 120 orang yang dibunuh di Desa Margosari Klaten, terdapat sejumlah 80 orang guru sekolah.
Juga para seniman yang memiliki minat khusus terhadao wayang, atau reog sehingga diasosiasikan terhadap Lekra.

Dengan belajar memahami sejarah, kita mengenal bangsa sendiri. Sejarah adalah cermin. Sehingga kita bisa bercermin tentang siapa diri kita sebenarnya. Tentu saja berharap kita bukan bangsa pendendam.

Sumber :
*Robert Cribb, The Indonesian Killings
*Memoar Oei Tjoa Tat
*Hermawan Sulistyo, Forgotten Years, Indonesia’s missing history of mass slaughter ( Jombang – Kediri 1965 -1966 )

You Might Also Like

423 Comments

  • orbaSHIT
    April 27, 2012 at 2:37 pm

    @feri sdikit koreksi gan RPKAD ikut kok di TRIKORA,dibawa pk kapal selam,ditenjunkan dari herky,diangkut pk KRI harimau dan KRI singa…..RPKAD juga ikut di DWIKORA,inget pristiwa MAPU RAID? tp RPKAD dipertengahan ’65 mmg pimpinannya udah disusupin oleh klik suharto+ali murtopo cs (sarwo edhie khan sempet dibuang jadi pangdam bukit barisan sebelomnya),RPKAD+yon ARMED dijadikan ujung tombak pembersihan “orang2x kiri” diberbagai pelosok daerah….pada saat kejadian AD sendiri terbelah menjadi faksi2x…KODAM SILIWANGI+MULAWARMAN+JAYA+454 banteng RAIDER diponegoro+503 BRAWIJAYA pro BK vs RPKAD+kostrad+bukit barisan+sebagian diponegoro dan brawijaya pro suharto sebetulnya dari segi kekuatan AD saja cukup imbang belom ditambah KKO+PGT+MENPOR…. ironisnya di kostrad itu unsur KOMnya lumayan kuat 🙂 ……. kalo seroja itu operasi militer 1/2 hati karena suharto dipaksa ama amerika dan ostrali untuk ngebendung sosialisme fretilin mengapa AD memegang “peranan”? menpor dibubarkan paksa taon 1968, KKO dilemahkan (malah nyaris mao dibubarkan juga kalo enggk ada ops. seroja),PGT juga digembosi….tapi lucunya yg paling banyak MATI justru dari AD (dan menpor)…diawal-awal operasi KIA dari pihak ABRI cukup besar loh (ratusan yg mati) baik disergap fretilin atau “friendly fire”

  • ivonne
    April 30, 2012 at 12:38 pm

    orbashit, pencerahanmu laksana setitik mentari dalam pekatnya sejarah kelam bangsa ne, trma ksih.

  • sutan
    May 17, 2012 at 1:51 am

    Yg dibantai itu transmigran semua kah? Daerah2 sumatera kalimantan yg brdarah byk jawanya.

  • pras
    May 22, 2012 at 12:35 am

    moga terjadi lagi d indonesia..kok bisa ya orang indo kaya gitu…jd inget pas sd taun 90an ane ama temen2 benci banget ama pki (korban buku sejarah,film g30s,cerita2 orang tua tntang pki)

  • pras
    May 22, 2012 at 12:37 am

    EH SALAH KETIK “MOGA GAK TERJADI LAGI DI INDONESIA”

  • iman brotoseno my idol
    May 24, 2012 at 10:07 am

    tak pernah terpikir olehku pola pembantaiannya sesadis itu…..pake dibelah-belah badan orang…. TANAH AIRKU TIDAK KULUPAKN…..KAN TERKENANG SELAMA HIDUPKU…..BIAR PUN SAYA PERGI JAUH…..TIDAK KAN HILANG DARI KALBU…..TANAH KU YANG KUCINTAI……ENGKAU KUHARGAI……..

  • Rulandika
    May 31, 2012 at 4:33 pm

    soeharto tidak berdosa, ia hanya menjalankan perintah dari soekarno yaitu menangkap anggota” pki serta mengamankan korban” kekejaman pki…justru yang berdosa itu ya pki sendiri dari tahun 1926-1965 melakukan berbagai macam pemberontakan di seluruh negeri

  • orbaSHIT
    May 31, 2012 at 6:46 pm

    @Rulandika HISTORY made by THE VICTOR! sejarah ditulis ama PEMENANG,ORBA menang ditahun 1965 so the winner TAKES ALL!,enggk ada yg tersisa secara berarti dr jaman BK yg ditulis oleh sarjana2x ORBA……apa dikira penyederhanaan partai itu ide ORBA? wrong! jaman BK namanya NASAKOM,apa repelita ide ORBA? guess again jaman BK ada yag namanya pembangunan semesta berencana,PT DI ide ORBA? lha IPTN itu apa yah,tranmigrasi ide ORBA?,ha-ha lagi2x BUKAN!,pancasila ide siapa hayooo (jangan pake alasannye si nugroho notosusanto lho yah tp pake kesaksian bung hatta) jadi sebagian sistem yg dipake ORBA sudah dijalankan jaman BK….tp ada yg ORISINIL yg dihasilkan ORBA menjual murah kekayaan alam nusantara kepada kapitalis lokal dan asing,pertumbuhan ekonomi berbasiskan HUTANG (istilah jaman ORBA defisit anggaran berjalan yg seimbang) dll…………..PKI itu salah satu partai revolusioner yg berperan besar sejak jaman perintis dan pergerakan kemerdekaan bung! tokoh2xnya banyak dibuang ke boven digul di IRIAN sana karena melawan penjajah……kalo PKI memberontak tahun 1948 dipermasalahkan knapa DI/TII yg lebih masif perlawanan dan cover areanya knapa kagak diuangkap? atau PRRI/permesta yg jelas2x didukung CIA?…..coba lah berpikir rasional dan proporsional PKI dijadikan “hantu gentanyangan” selama 32 tahun melalui indoktrinasi sistemik hingga sekarang! belom lagi ORBA menanam BOM WAKTU yg tdk kalah mengerikannya dari sekedar PKI yaitu INTOLERANSIME!…..ente tau bahwa mantan2x DI/TII dipiara ama pusratintel/BAIS didikan ali murtopo+benny murdani utk dijadikan canon fodder? tau pamswakarsa (nenek moyangnya FPI cs) yg ngebentuk siapa? POLISI+ABRI

  • I Miss U Iman en orbaSHIT
    June 1, 2012 at 1:06 pm

    andai aku bisa berjumpa denganmu orbaShit…..aku kan duduk manis mendengarkan smua tutur katamu tentang intrik politik negeri ne yang haram diketahui publik……

  • nusantara
    June 8, 2012 at 1:56 pm

    bangsa ini dan generasi penerus nya telah selamat dari komunisme, demi menghindari kehancuran norma dan ideologi , akan ada pedang2 tajam yg siap menghalangi muncul nya faham setan semacam ini, semoga masyarakat indonesia tidak lagi di sibukkan untuk memburu memenggal dan mengubur jasad2 pki di kemudian hari, semoga kuburan masal orang2 tak bertuhan tak perlu di tambah di negri ini, semoga bumi tanah dan tumpah darah indonesia tak lagi di cemari oleh tubuh2 orang2 komunis ini, bumi indonesia bukan tempat untuk komunis, bahkan jasad komunis tak pantas untuk diletakkan di bumi indonesia kita tercinta ini. semoga kita terlindung dari Faham2 sesat dan menyesatkan seperti ini

  • eman
    June 8, 2012 at 2:08 pm

    pki tuh sewenang2 dan balasan nya lebih dahsyat sampai ke anak cucu mereka rasakan semoga menjadi efek jera bagi yg sewenang2 di bumi indonesia ini

  • ahmad
    June 8, 2012 at 2:30 pm

    Tak dapat dipungkiri, musuh utama PKI adalah umat Islam, terutama para kiainya. Kiai dianggap sebagai musuh karena memiliki ribuan pengikut (jamaah) yang setia.

    Salah satu unsur umat Islam yang juga paling dibenci PKI adalah Masyumi. Hal ini diungkapkan oleh KH Roqib, salah seorang korban kebiadaban PKI Madiun 1948 yang masih hidup. Kini KH Roqib adalah imam besar Masjid Jami’ Baitussalam Magetan.

    Sebagai salah seorang kiai yang juga tokoh Masyumi, Roqib pun menjadi sasaran yang harus dilenyapkan. Dia diculik PKI sekitar pukul 03.00 dini hari pada tanggal 18 September 1948, tak lama setelah PKI merebut kota Madiun. Sebanyak 12 orang anggota PKI berpakaian hitam dengan ikat kepala merah menciduk Roqib di rumah kediamannya di kampung Kauman, Magetan. Dini hari itu juga dia dibawa ke Desa Waringin Agung dan disekap di sebuah rumah warga.

    Di sebuah dusun bernama Dadapan yang termasuk dalam wilayah Desa Bangsri Roqib diseret oleh beberapa orang ke sebuah lubang di tengah ladang. Ketika akan disembelih di depan lubang, tiba-tiba Roqib mengingat pelajaran pencak silat yang diperolehnya. Seketika itu dia menghentakkan kakinya dan meloncat lari ke kebun singkong.

    Begitu lolos, Roqib bersembunyi di antara rerimbunan semak belukar hingga siang hari. Naas, siang itu pula dia ditemukan kembali oleh anggota PKI yang mengejarnya. Roqib pun tertangkap dan diikat lagi, lalu disiksa sepanjang jalan dari Desa Bangsri hingga pabrik gula Gorang-Gareng.

    Di pabrik gula Gorang-Gareng, Roqib disekap dalam sebuah loji (rumah-rumah besar untuk asrama karyawan). Di dalam loji terdapat banyak kamar dengan berbagai ukuran. “Ketika saya datang ke loji itu, kamar-kamarnya sudah penuh dengan tawanan. Satu kamar ukuran 3 x 4 meter diisi kurang lebih 40-45 orang. Bersama 17 orang lainnya, saya dimasukkan ke dalam salah satu kamar yang terdapat di ujung loji,” tutur Roqib.

    PKI kemudian menembaki loji tempat Roqib dan tawanan lainnya disekap lebih dari satu jam lamanya. Tubuh-tubuh yang terkena peluru langsung terkapar di lantai bersimbah darah. Para algojo PKI tidak memedulikan teriakan histeris para korban yang terkena peluru. Mereka terus saja melakukan tembakan. Di antara belasan orang yang ada di dalam loji, hanya Roqib dan Salis, serta seorang tentara bernama Kafrawi, yang selamat.

    Menurut guru ngaji ini, setiap habis menembak, pistol yang digunakan PKI itu tidak bisa menembak lagi, tapi harus dikokang dulu. “Saya bisa selamat dari tembakan karena memperhitungkan jeda waktu antara tiap tembakan sambil bersembunyi di bawah jendela. Kalau tanpa pertolongan Allah, tidak mungkin saya selamat,” kata Roqib getir.

    Beberapa saat kemudian tentara Siliwangi datang menjebol pintu loji dengan linggis. Suasana sudah mulai sepi karena PKI telah melarikan diri, takut akan kedatangan pasukan Siliwangi. “Ruangan tempat saya disekap itu benar-benar banjir darah. Ketika roboh dijebol dan jatuh ke lantai, pintu itu mengapung di atas genangan darah. Padahal, ketebalannya sekitar 4 cm. Darah yang membanjiri ruangan mencapai mata kaki,” ungkap Rokib.

    Selain KH Roqib, terdapat beberapa ulama dan pimpinan pesantren di sekitar Magetan dan Madiun yang jadi korban kebiadaban PKI. Di antaranya adalah KH Soelaiman Zuhdi Affandi (Pimpinan Pesantren Ath-Thohirin, Mojopurno), KH Imam Mursjid (Pimpinan Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran), KH Imam Shofwan (Pimpinan Pesantren Thoriqussu’ada, Rejosari Madiun), serta beberapa kiai lainnya.

    Pesantren Ath-Thohirin yang diasuh oleh KH Soelaiman Zuhdi Affandi terletak di Desa Selopuro, Magetan. Pesantren yang mengajarkan ilmu thariqat ini sejak zaman penjahan Belanda maupun Jepang telah menjadi pusat gerakan perlawanan. Di pesantren inilah para generasi muda disiapkan dan dilatih perang oleh Soelaiman. Soelaiman gugur menjadi korban keganasan PKI pada pemberontakan tahun 1948, mayatnya ditemukan di sumur tua Desa Soco.

    Menurut R Bustomi Jauhari, cucu KH Soelaiman Zuhdi Affandi yang kini menjadi pimpinan Pesantren Ath-Thohirin, KH Soelaiman tertangkap pada waktu itu karena santrinya sendiri yang menjadi mata-mata PKI. Kemana pun sang kiai pergi, PKI pasti tahu. “Keluarga besar kami sangat berduka atas kematian kakek. Dari seluruh keluarga kami ada sebelas orang yang dibunuh PKI. Dan kebanyakan mereka adalah kiai,” ujar Bustomi.

    Penangkapan KH Soelaiman Affandi terjadi dua hari setelah PKI mengkudeta pemerintahan yang sah, tepatnya pada tanggal 20 September 1948. Ketika itu Soelaiman sedang bertandang ke Desa Kebonagung kemudian diculik.

    Setelah ditahan di penjara Magetan selama empat hari, KH Soelaiman beserta tawanan lainnnya, diangkut dengan gerbong kereta lori ke loji Pabrik Gula Rejosari di Gorang-Gareng. Dari Gorang-Gareng, para tawanan ini kembali diangkut dengan lori menuju Desa Soco dan dihabisi di sana.

    Salah seorang menantu KH Soelaiman Affandi bernama Surono yang juga dibawa lori ke Desa Soco termasuk orang yang mengetahui bagaimana kejamnya PKI dalam menyiksa dan membunuh Kiai Soelaiman di sumur tua Desa Soco.

    Menurut Surono, sebagaimana dituturkan Bustomi, PKI berulang kali menembak Kiai Soelaiman, namun tidak mempan. Begitu pula ketika dibacok pedang, Kiai Soelaiman hanya diam saja, lecet pun tidak. Setelah putus asa, algojo PKI akhirnya membawa Soelaiman ke bibir sumur lalu menendang punggungnya dari belakang. Tubuh Soelaiman yang tinggi besar itu terjerembab di atas lubang sumur yang tidak seberapa lebar.

    Anggota PKI kemudian memasukkan tubuh Kiai Soelaiman secara paksa ke dalam sumur. Begitu menimpa dasar sumur, Kiai Soelaiman berteriak lantang menyebut asma Allah, laa ilaaha illallah, kafir laknatullah, secara berulang-ulang dengan nada keras. “Teriakan itu membuat PKI kian kalap dan melempari Soelaiman dengan batu,” tutur Surono.

    Surono yang akan dibunuh namun ditunda terus karena dianggap paling muda, akhirnya tercecer di barisan belakang. Setelah kelelahan mengeksekusi puluhan orang dalam sumur tua itu, algojo PKI menyerahkan Surono kepada salah seorang anggota PKI yang lain.

    Tak dinyana, ternyata anggota PKI yang akan membunuh Surono itu adalah temannya semasa sekolah dulu. Oleh temannya, Surono dibawa ke tempat gelap lalu dilepaskan. Setelah bebas, Surono kembali ke Mojopurno dan melaporkan kejadian yang dia alami kepada keluarga besar KH Soelaiman Affandi.

    Salah seorang ulama yang juga pimpinan pesantren yang menjadi musuh utama PKI pada waktu itu adalah KH Imam Mursjid, pimpinan Pesantren Sabilil Muttaqin (PSM) Takeran, Magetan. Sebagai pesantren yang berwibawa di kawasan Magetan, tak heran jika PKI, segera mengincar dan menculik pimpinannya bersamaan dengan dideklarasikannya Republik Soviet Indonesia di Madiun.

    Selain sebagai pimpinan pesantren, KH Imam Mursjid juga dikenal sebagai imam Thariqah Syatariyah. Selain itu PSM juga menggembleng para santri dengan latihan kanuragan dan spiritual.

    Pada 18 September 1948, tepatnya seusai shalat Jumat, KH Imam Mursjid didatangi tokoh-tokoh PKI. Salah seorang tokoh PKI bernama Suhud mengajak Kiai Mursjid keluar dari mushola kecil di sisi rumah seorang warga pesantren bernama Kamil. Rencananya Imam Mursjid akan diajak bermusyawarah mengenai Republik Soviet Indonesia. Kepergian KH Imam Mursjid bersama orang-orang PKI itu tentu saja merisaukan warga pesantren. Menurut mereka, Kiai Mursjid tidak akan menurut begitu saja diajak berunding oleh PKI.

    Di depan pendapa pesantren, KH Imam Mursjid dinaikkan ke atas mobil, yang kemudian melaju meninggalkan PSM diiringi kecemasan para santri dan warga lainnya. Kepergian KH Mursjid yang begitu mudah itu bukannya tanpa alasan. PSM telah dikepung oleh ratusan tentara PKI. Bisa jadi Kiai Mursjid tidak mau mengorbankan santrinya dan warga pesantren sehingga memilih mau ‘berunding’ dengan PKI.

    Ternyata, kepergian Kiai Mursjid itu adalah untuk selama-lamanya, ia tidak pernah kembali lagi ke pesantrennya. Begitu terjadi pembongkaran lubang-lubang pembantaian PKI di sumur Desa Soco maupun di beberapa tempat lainnya, mayat Kiai Mursjid tidak ditemukan.

    Dari daftar korban yang dibuat PKI sendiri pun, nama Kiai Mursjid tidak tercantum sebagai korban yang telah dibunuh. Tak heran, jika santri dan warga PSM masih percaya bahwa KH Imam Mursjid masih hidup hingga saat ini, namun entah berada dimana.

    Ulama atau pimpinan pesantren lain yang menjadi korban keganasan PKI di Madiun adalah KH Imam Shofwan, pimpinan Pondok Pesantren Thoriqussu’ada, Desa Selopuro, Kecamatan Kebonsari. Salah seorang putra KH Imam Shofwan bernama KH Muthi’ Shofwan yang kini mengasuh Pesantren Thoriqussu’ada mengungkapkan, ayahnya ditangkap PKI bersama dengan dua orang kakaknya, yakni KH Zubeir dan KH Bawani.

    Penangkapan itu terjadi sehari setelah kepulangan Muthi’ Shofwan dari rumah kosnya di Madiun. Sebagai murid salah satu SMP di Madiun, Muthi’ tiap minggu pulang ke Selopuro, biasanya tiap hari Kamis malam Jumat. “Ketika tiba di rumah pada waktu itu, ayah saya (KH Imam Shofwan) beserta dua kakak saya telah ditangkap oleh PKI. Ibu saya bilang bahwa ayahmu pergi dibawa orang naik dokar,” tutur KH Muthi’ mengingat kejadian itu.

    Beberapa hari kemudian dia mendengar berita bahwa ayah dan dua kakaknya itu ditahan di Desa Cigrok (sekarang Kenongo Mulyo). “Mas Zubeir dan rombongannya sekitar delapanbelas orang, pada malam Jumat itu, telah dibunuh oleh PKI dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur. Karena Mas Zubeir agak sulit dibunuh, maka PKI dengan paksa menceburkannya ke dalam sumur dan menimbunnya dengan batu,” kata Muthi’.

    Pada malam yang sama, ayahnya dan Kiai Bawani serta beberapa tawanan lainnya dibawa ke Takeran. Esoknya, para tawanan ini dipindah lagi ke Pabrik Gula Gorang-Gareng lalu dibawa kembali ke Desa Cigrok. Di sebuah sumur tua yang tidak terpakai lagi, KH Imam Shofwan yang merupakan saudara kandung KH Soelaiman Affandi (pengasuh Pesantren Ath-Thohirin, Mojopurno, Magetan) dan Kiai Bawani dibunuh dan dimasukkan ke dalamnya.

    Rupanya, ketika dimasukkan ke dalam sumur, KH Imam Shofwan dan Kiai Bawani masih hidup. KH Shofwan bahkan sempat mengumandangkan adzan yang diikuti oleh puteranya. Melihat korbannya masih belum mati di dalam sumur, algojo-algojo PKI tidak peduli. Mereka melempari korban dengan batu lantas menimbunnya dengan jerami dan tanah.

    Pada tahun 1963 jenazah para korban kebiadaban PKI yang terkubur di sumur tua Desa Cigrok digali, lalu dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Magetan. Jadi sejak tahun 1948 hingga 1963, jenazah para korban PKI masih tertimbun dalam sumur itu.

    Menurut KH Muthi’ Shofwan, menghabisi ulama dan umat Islam memang keinginan kuat PKI, karena ulama dianggap sebagai penghalang berkembangnya ideologi mereka. “Komunis sangat anti pada Islam, oleh karena itu jangan dibiarkan bangkit lagi!” tegasnya

  • ahmad
    June 8, 2012 at 2:34 pm

    orang yg memperlakukan para kiai dan muslimin dgn kejam sperti itu wajar jika di perlakukan masyarakat yg sudah muak dgn kekafiran faham dan prilaku mereka

  • I Miss U Iman en orbaShit
    June 9, 2012 at 10:44 am

    aku netral….bukan keturunan PKI juga bukan keturunan Kyai/murid Kyai, tapi doa dan harapanku untuk sekarang dan selama-lamanya jangan terulang lagi di Bumi Nusantara tercinta ne……

  • orbaSHIT
    June 10, 2012 at 11:49 pm

    @AHMAD CS komunisme sudah MATI secara PRAKTIS!!!,ente semua membual sampe berbusa pun kita2x sdh cukup cerdas kok utk mencerna sejarah, jangan crita panjang lebar kek novel tapi sumber informasinya dari “bapaknya si x yg diceritakan oleh kakeknya si y” hrs ada yg mengcounter disinformasi thd hal2x ini..namun berdasarkan studi yg mendalam dan fair dari kedua sisi,ente bacalah buku john rossa atau minimal cornell paper….pada masa itu kelompok komunis,agama dan nasionalis sama-sama menyumbang kekerasan kok….emang tidak ada penindasan kaum buruh dan petani penggarap oleh kelas penguasa pada saat itu?..mereka dimiskinkan oleh sistem yg tidak adil dan PKI menawarkan bantuan utk mengangkat drajat mereka (tp namanya politik tidak ada makan siang yg GRATIS!)pada saat itu PKI adalah partai legal begitu juga NU,parkindo,partai katolik,murba,IPKI,partindo dan PNI….skali lagi kekerasan pada taun 63~65 disebabkan benturan ide modern (sosialis/kapitalis)vs konservatisme lokal ditambah bumbu2x campur tangan asing untuk menghancurkan indo dari dalam+luar……ane tanya emang kyai2x cs yg ngedukung DI/TII taon 49~62 an enggak bertanggung jawab thd pembantaian thd rakyat di beberapa daerah? (contoh di priangan dan bolaan mangondow) 😛 tp tipe manusia indo kek ente inilah yg justru mencerai beraikan kebihenakaan yg sudah koyak semenjak GESTOK 1965…ane denger FPI cs mo menerapkan syariat islam tuh dengan memutar balikkan sejarah pembukaan UUD 45 😉

  • I Miss U Iman en orbaSHIT
    June 11, 2012 at 4:23 pm

    only my sweet dream…..seperti apakah sosok orbaSHIT ?

  • Nephew of a Communist Farmer
    June 16, 2012 at 5:34 pm

    Saya bersyukur karena Pamanku yang berada di Sumatra bisa lolos dari pembantaian dan masih bisa hidup sampai sekarang. Semoga keluarga korban pembantaian senantiasa tabah dan dikuatkan. Semoga sejarah kelam tidak terulang kembali.

  • CHE SUSANTO
    June 20, 2012 at 9:54 pm

    Mereka bukan hanya dibantai, namun anak cucu mereka yang tak berdosa juga menjadi korban kebiadaban Orde Baru. Semoga Tuhan mengampuni jiwa mereka yang teraniaya. Semoga pengadilan di akhirat nanti akan mengadili dengan seadil-adilnya.

  • munasir
    July 30, 2012 at 12:31 pm

    …aq di lahirkan di Randublatung…di sana sarang PKI sampai tepian bengawan solo daerah ngawi betapa kejinya PKI ortu saya n pakde hampir tebas gerombolan PKI waktu sholat subuh…alhamdulillah bisa lolos…kalo gak ada Pemberantasan PKI mungkin sebagian manusia di bumi Indonesia akan dibantai habis…seperti saat ini yg terjadi di Myanmar…6000 manusia mati ibarat hewan dibuang di rawa-rawa. Jadi kalo ada cerita di atas ya mungkin saja merupakan pembalasan dari anak2 muda yg melihat kekejaman terhadap PKI tersebut selama jayanya…saya kira adanya pembunuhan dan saling bunuh ketika suasana negara pecah perang saudara dah terjadi sejak zaman purba…kerajaan dll di belahan bumi manapun….

  • orbaSHIT
    July 31, 2012 at 3:22 pm

    @munasir masss pada jaman itu siapa temen siapa musuh tuh samar2x, tarik ulur kekuasaan sangat ekstrem…. para elit underbouw PKI (PR,BTI dan sobsi) ingin segera melakukan revolusi proletariat namun setengah2x disisi lain aidit ingin pake cara yg lebih demokratis yaitu melalui pemilu parlemen (tp gagal gara2x ada dokumen gilchrist)…..kok anda yakin skali kalo PKI menang akan ada pembantaian? yakin yg akan membunuh ortu anda itu PKI?,justru kedua belah pihak siap2x saling bantai kok sebagai self defence dan preemptive strike (yg paling siap justru TNI AD+muslim vigilante) knapa saya bertanya? karena di beberapa daerah PKI nyante2x ajah kok malah kegiatan berjalan normal2x ajah tuh (banyuwangi,lamongan dll) sebelom ada pemberitaan kasus lubang buaya (diblow up ama koran BERITA YUDHA cs), kasus myanmar anda sangat2x dangkal melihatnya…..kanapa? banyak berita+foto yg sudah diEDIT untuk kepentingan propaganda (banyak foto yg diupload bukan dari kejadian sebenarnya) ksus rohingya adalah kasus konflik antar entnis dimana etnik rohingya sendiri tidak diakui oleh pemerintah myanmar maupun bangladesh…… tp saya bersukur ortu+pak de sampean slamet…..

  • ORLAshittt
    August 17, 2012 at 3:42 pm

    @all:: sebenarnya kasus pembantaian PKI hampir sama dengan petrus (operasi clurit),.. banyak pro dan kontra! tapi masyarakat indonesia sudah pintar kok memilah,, ini ibarat dokter meng amputasi kaki pasien,… orang yang di petrus (PKI/preman,dkk) merupakan penyakit kronis,…siapa menabur pasti akan menuai,… keluarga anda bukan korban pki, pantas lah anda berfikiran picik!! paman bapak saya mati di penggal dan di buang di bawah jembatan di salah satu kota kecil di jawa tengah, bapak saya yang seorang ketua ranting PNI di salah satu kota di jawa tengah setiap malam berlindung di polres ga berani tidur di rumah setelah paman bapak di penggal, tidak ke kodim karena hampir semua anggota kodim terkena infeksi virus PKI,… buat semua ga usah terlalu picik pikiran anda,…anda belum pernah kan merasakan jam malam? anda belum pernah kan di datangi PKI sambil bawa arit? jika belum pernah jangan picik lah,…. orla,orba,reformasi semua ada kelebihanya dan kekuranganya,karena saya sudah merasakan tiga jaman itu!

  • orbaSHIT
    August 18, 2012 at 3:39 pm

    @orla pretttt…..play victim is sooo easy, ngapain juga ngaku2x keluarga sampean dibantai please jgn pake bawa2x PNI deh…lha wong banyak orang PNI juga dibantai ama TNI AD dan dibuang ke pulau buru kok 😛 banyak tuh testimoninya….kalo logika sampean kek gitu knapa DI/TII cs kagak dipetrusin aja ? apa karena agama “mayoritas” ? lha wong orang PKI banyakan beragama kok atau suku dayak yg ngebantai entnis madura di sampit knapa kgk dipetrus ajah? dari segi level kekejian sdh bisa masuk kategori “virus” kok itu….ngomongin masalah petrus sampean kgk tau duduk permasalahannya…emang dikira operasi clurit itu ngebunuhanin penjahat kelas teri doang apa? itu skenario BIA utk membungkam kaum oposan kok tp diracik dng isu keamanan dari skitar 10 ribu orang yg ilang banyak yg bukan preman juga kok…saya enggk picik kok pa’ tp stick to truth ajah dan tidak mendramitisir “cerita” dari mulut ke mulut….karena makin pintar publik makin banyak bertanya krn sejarah bangsa besar ini penuh darah dan masih banyak yg gelap

  • ajie
    August 20, 2012 at 7:09 pm

    Ijin gabung bung. btw dimana aja daftar tempat bekas pembantaian PKI yang masih bisa dijangkau saat ini?? daripada jauh2 “wisata bencana” di my lai & tuol sleng. thx :]

  • orbaSHIT
    August 21, 2012 at 8:59 pm

    @ajie maaf bung kalo kgk salah dari beberapa literatur yg pernah saya baca (diantaranya buku “palu arit di ladang tebu dan the forgotten years” karya hermawan sulistyo, “dalih pembunuhan massal” karya john rossa,”tahun yg tak pernah berakhir” karya john rossa,”when people becomes numbers” karya putu arya tirtawirya,”ronggeng dukuh peruk” karya ahmad tohari,”bertahan hidup di gulag indonesia” karya carmel budiardjo dan tulisan soe hok gie ketika melakukan riset diam2x ke bali)….lokasi biasanya ada di tengah perkebunan,pegunungan,sungai(brantas+bengaan solo) dan pantai(bali)…dan jangan salah teknik yg dilakukan para “milisi” tukang jagal ini (dengan kawalan angkatan darat+polisi) sangat mirip ketika cheka/NKVD/GPU/KGB melakukan “purge” di era 20~30an russia,mereka punya daftar nama dan target pembunuhan (dari mana datangnya list daftar nama tsb?), okay balik ttg lokasi pembantaian : gunung klotok kediri JATIM,hutan krenceng sumbertigo kediri JATIM,blitar selatan JATIM,jombang JATIM,madiun JATIM,purwodadi JATENG,singosari JATIM,bojonegoro JATIM,indramayu JABAR dst (terlalu banyak bung bisa cari sendiri di google)..kalo bung penggemar DP(disturbing pictures) hampir semua “cara2x inovatif” membunuh telah dipraktekan dalam masa2x gelap tsb….mayat2x membusuk dibiarkan bergletakan dipinggir jalan,pemenggalan kepala2x,penusukan organ vital dengan bambu dan besi runcing dll…in simple words it’s FUBAR (fucked up beyond recognizition)

  • ajie
    August 24, 2012 at 4:39 pm

    @orbaSHIT thx bgt bung, semoga ada yang bisa dikembangkan jadi “wisata bencana”. selain ningkatin ekonomi juga belajar untuk tidak melupakan bab yang (di)hilang(kan). hehe btw buku2 td msh ada ga ya bung?? thx “verdeer, Jong Indonesie!”

  • Arifadi Budiarjo
    August 29, 2012 at 4:44 am

    Mas Iman, salut atas tulisannya yang bisa menambah diskusi atas sejarah Indonesia yang selama ini dipenuhi oleh mitos “sejarah resmi” ala kekuasaan.

  • judju
    September 17, 2012 at 1:57 am

    anda tau ini dr mana..??.kalo aq sih percya ma org tua2 ja.kakek aq,nenek aq,.klo d lhat2 dr pmbcaraanya n tutur ktanya,klhatanya anda spt anak cucunya k0munis..

  • orbaSHIT
    September 18, 2012 at 9:49 am

    @judju double PRETTTTT!!!!….u can accuse me wharever shit u want bitch…,kalo gw komunis elo mo apa? mo nuntut gw? gw enggk ngerugiin orang laen kok,gw bayar pajak,bukan seorang kriminal dan gw tau komunisme itu SUDAH MATI karena ide2x luhurnya dikotori oleh sekian banyak diktator2x yg ngaku2x komunis….kediktatoran proletariat diputar balikkan menjadi kediktatoran PARTAI proletariat itu sajah sudah melenceng jauh dari ide MARX dan ENGELS….kgk jaman coyy nuduh2x komunis jaman skarang..gw saranin BANYAK baca!..asal jangan baca literatur hasan al banna ama syaid qutub ajeh…bakal jadi “penganten” loe 🙂

  • didin
    September 22, 2012 at 12:17 am

    Bang iman, numpang ijin nyuplik artikel nya y..maksih sebelumnya bang

  • Anton
    September 25, 2012 at 3:35 pm

    Sulit buat mengambil hikmah dari peristiwa ini, karena hal-hal seperti ini terkubur dalam kabut misterinya Orba. Sebagian masyarakat yang mungkin mengetahui hal ini, seperti si mahasiswa ini, memilih mencari pembenaran atas tindakan yang menjijikkan ini dengan beragumen, tokh ini aksi balas dendam akibat aksi2 agresif PKI tahun 60an. Seolah rakyat kita punya kultur kekerasan primitif

    Saya sudah melakukan pendalaman literatur dan tidak menemukan hubungan yang betul2 simetris antara aksi PKi di tahun 60an dengan pembantaian massal ini … Lagipula sebenarnya SAYA TIDAK MENEMUKAN BUKTI PEMBANTAIAN SISTEMATIS ANGGOTA PKI/BTI THD MURID PESANTREN SEPERTI YANG DITUDUHKAN. Dari yang saya tahu, aksi sepihak ditujukan kepada elit desa, dan dalam banyak hal ini konflik horizontal sporadis akibat suasana politik yang panas. tidak seperti pembantaian di atas yang dilakukan dengan dukungan langsung militer.

  • orbaSHIT
    September 26, 2012 at 8:47 am

    @anton maaf masbro dari beberapa referensi (termasuk CIA’s declassified archives dan US foreign policy declassified archives) “para elit” yg disasar ama pemuda rakyat,BTI,lekra dkk dibeberapa daerah adalah para pemilik(tuan) tanah yang kebetulan juga pemilik pesantren2x. sampai sekarang pun masih seperti itu kyai2x tsb mempunyai tanah warisan turun temurun yg luas…dan “dikaryakan” kepada para buruh tani untuk digarap (perkebunan2x dan sawah2x) berhubung pada tahun 60an ada UU pokok ttg agraria dan land reform….BTI hanya meminta tanah hak mereka yg tertuang didalam UU pokok agraria tsb untuk digarap……sebetulnya beberapa kyai tidak keberatan toh kebanyakan anggota keluarga BTI juga nyatri di pesantren tsb..namun pada masa itu politik sangat2x tidak bisa diprediksi arah anginnya, apalagi pada tahun 50an KH ISA ANSHARI (partai masyumi) telah memfatwakan PKI itu KAFIR!,belom lagi konflik antar desa dan rebutan jatah air untuk persawahan kian memanas apalagi dimasa-masa paceklik…namun korban yg jatuh masih dinilai moderat kalo dibanding korban kerusauhan di sampit,ambon atau poso….konflik politik di jakarta diekspor ke daerah-daerah (modusnya relatif kgk berubah ampe skarang) masa rakyat dibenturkan dengan fitnah dan adu domba…kalo kata iwan fals “….apakah selamanya politik itu kejam ?…”

  • Paijo Kuli Kasar
    September 28, 2012 at 12:26 am

    @ admin & all.
    Saya sependapat bahwa sejarah harus diluruskan jika ada yang keliru. Bukti – bukti otentik berupa riset, tesis dan apapun yang ilmiah atau cerita dari mulut ke mulut, kebenaran sejatinya hanya Tuhan yang tahu. Salah satu sifat manusia kan senang menutupi sesuatu atau melebih – lebihkan sesuatu. Kita lebih banyak berpendapat subjectif meskipun berkemas data – data ilmiah misalnya. Lidah kita tak bertulang, mata kita tidak terjaga selama 24 jam x usia hidup, telinga kitapun demikian. Adanya hari ini karena diawali kehidupan masa lalu (sejarah). Orang bijak pernah berucap: ” Jika ada kisah tragis, ceritakanlah sekedarnya. Ambil baiknya dan lupakan buruknya”. Mari kita songsong masa yang lebih baik tanpa menggunakan senapan lidah yang memuntahkan peluru – peluru kata menyakitkan. Salam dari anak ingusan dekil Sang Kuli Desa.

  • wawan
    September 29, 2012 at 3:45 pm

    jangan hanya melihat dari satu sisi saja

    sudah jelas PKI yang memulai makar dan melakukan kekejaman terlebih dahulu

    sebagai pengingat atas kekejaman2 yang dilakukan PKI :
    1. peristiwa madiun

    2. peristiwa kanigoro

    3. peristiwa jengkol

    peristiwa2 ini tidak di tonjolkan sejarah

  • orbaSHIT
    September 29, 2012 at 5:11 pm

    @wawan tau detail pristiwa madiun/madiun affair kagak ente? apa cuman baca dari buku PSPB,buku putih ORBA doang?,tau dokumen red drive proposal kgk ente? i bet u don’t know jack shit about these 😛 “peristiwa2 ini tidak di tonjolkan sejarah…” wtf? ampyun ente lahir taon berapa seeh? awal taon 80’an Brigjen. Nugroho Notosusanto membuat formulasi propaganda/indoktrinasi sistemik ttg sejarah indonesia yg dituangkan dalam bentuk buku2x sejarah ala ORBA, justru ke 3 pristiwa yg ente sebutin itu (dan pristiwa kelam GESTOK ’65) paling sering muncul dalam setiap literatur sejarah ORBA selama 32 tahun dalam rangka mengabadikan hantu PKI….tapi peran PKI dari jaman perintis pergerakan tahun 1926~1930an dan revolusi fisik tahun 1945~1949 dalam melawan penjajahan belanda dipendam dalam2x….sorry kekejaman bukan monopoli PKI doang kok,militer (AD) juga menyumbang kekejaman kok (petualangan liar invasi ke timor timur dan DOM aceh…pernah gitu disebut di buku sejarah?) please dong akh blajar sejarah lagi gih….noh komen2x ane di atas bisa jadi bahan referensi kok 😀

  • Kuncoro
    October 1, 2012 at 9:03 pm

    makasih ceritanya, tapi biar imbang tolong ceritakan juga kisah sebelum terjadinya pembantaian tersebut. apa yg melatarbelakangi kejadian tersebut, karena yg diceritakan hanya peristiwa terhadap PKI, terus bagaimana awal mulanya peristiwa tersebut bisa terjadi. itu harus juga diungkap. BERIKAN KAMI CERITA YANG BERIMBANG, JANGAN SEPERTI PESANAN.

  • orbaSHIT
    October 2, 2012 at 9:17 am

    @kuncoro mau berita yg seimbang? lha cari sendiri doong dengan baca buku2x ttg kejadian ’65 atau searching di internet, padhal udah disebutin beberapa referensi yg melatar belakangi kejadian “genosida” tahun ’65 dikomen-komen sebelumnya…atau mnurut sampeyan “cerita yang seimbang” itu cuman dari sudut pandang pelaku pembantaian 😛 bentar lagi diputer tuh filem dokumenter “algojo” tukang sembelih orang2x PKI di komnas HAM..salah satu pelakunya bernama ANWAR CONGO seorang kriminal psikopat yg sengaja dilepas tentara untuk “purge” orang “PKI” dan tionghoa di daerah medan dan sekitarnya….lebih sadisnya dia dan kawan-kawan sesama algojo melakukan hal tersebut dengan riang gembira malah sambil menari CHA-CHA-CHA ……so masih belum berimbangkah fakta ini?

  • judjuu
    October 4, 2012 at 8:45 pm

    s0k tau nih 0rg….emang l0 hdup jman dulu ya.??..

    CIA kek, nek0lim kek..
    Gw sih ttp prcya ma 0rg2 tua yg tak da sangkut pautnya ma pmerintah..yg mreka prnah mngalami hal2 spt i2…
    K0g klìatanya bela2in k0munis….

    Emang ente tau dari mane sih..??.

  • aq cinta tanah air ku
    October 5, 2012 at 9:03 am

    iya nie..sok tau bner nih orang..

    Lu tu tau percakapan soekarno dan mentrinya tau dr mane…?!..sdangkan mentrinya melihat2 klo dia cuma bner2 berdua ma presiden sukarno…
    S0k tau isi prckapanya lg…

    Ugghhh…nyebelin bngt nieh 0rang..!!

    Klo gk suka ma soehart0 ya d iem aja..jgn memanas2 i keadaan..jgn mengadu d0mba..bnyak d0sa..
    Klo lu gk takut d0sa brarti tdk d rgukan lg kl0 lu anak cucunxa PKI..

    SALAM RAKYAT IND0NESIA..

    MERDEKA..!!

  • orbaSHIT
    October 5, 2012 at 9:17 am

    @judju mnurut logika elo lagi yg katanya “sok tau” berarti elo telen tuh mentah2x crita2x kakek nenek buyut loe yg kemungkinan “tukang jagal” pada masa itu atau dongeng fiksi penyiksaan 7 perwira TNI AD di lubang buaya? …jd siapa yg paling “sok tau”, disini gw bukan pro PKI atau kek elo yang ORDE BARU fanatic….gw udah kasih referensi ttg buku2x yg ditulis bukan bedasarkan “sok tau” tp fakta2x yg dirangkai jadi informasi…SO PLEASE READ THEM FIRST and give me ur best arguments…..woiiii jaman berubah woiiii suharto udah mampusss jd orang2x kek elo keknye kehilangan patron dan ingin tetep eksis dengan novel picisan yg dibuat ama ORDE BARU….[oknum] PKI melakukan kejahatan itu fakta tp pada jaman itu skali lagi gw katakan apa faksi2x laen juga tidak melakukan kejahatan terhadap mereka? dan fakta pula ada penjagalan ribuan/jutaan manusia indonesia yg “dituduh” KIRI (jd bukan hanya PKI saja tp anggota PNI dan MURBA juga kena getahnya)….jelas anak cucu mereka menuntut keadilan doong thd NEGARA (pada masa itu beberapa institusi negara melakukan pembiaran dan penghasutan)…kalo misal ada anak cucu orang masyumi,NU yg pernah disikat ama pemuda rakyat dan BTI mereka bisa menuntut juga terhadap PKI tp PKI sendiri sudah bubar….jd jangan belaga pilon kalo di indonesia pernah ada GENOSIDA yg bernama GESTOK 1965 😉

  • orbaSHIT
    October 5, 2012 at 9:26 am

    @kloningan si judju GW KAGAK SUKA AMA SUHARTO elo mo apa?,lha wong rejim korup kek gitu dibela..kecuali elo dan keluarga elo yg mungkin kroni suharto dan kecipratan duit hasil korupsi 😛 dan skarang mengidap POST POWER SYNDROME…kasiann deh looe otak di dengkul kok dipiara…wajar seeeh lha idola elo aja si HARTO kagak lulus SR LoL

  • sylvi
    October 7, 2012 at 12:29 am

    seru

  • Puki
    October 8, 2012 at 9:29 am

    Saudara2ku sebangsa sependeritaan, membaca tulisan beserta berbagai komentarnya yg saling menyerang, sungguh sangat memprihatinkan… Ternyata kita generasi sekarang ini masih mewarisi sifat primordial untuk saling menghabisi… Jangan dianggap enteng dan sepele lho..diawali dengan saling menyerang dalam memberikan komentar, saling menghujat, saling membenarkan kelompok dan golongannya sendiri serta menyalahkan kelompok lawan yg gak sepaham dan sealiran, inilah cikal bakal tumbuh suburnya pertikaian, pertentangan, perpecahan yang dapat melahirkan kekerasan dan kekejaman luar biasa antar anak bangsa….kita semestinya sebagai generasi skrg sudah terkuras habis air mata dan darah atas tragedi bangsa yg begitu biadab dan tidak berperikemanusiaan yg terjadi atas bapak dan kakek serta moyang kita di masa lalu…membiarkan dn menonjolkan pertentangan pendapat disertai hujatan2 adalah benih dn cikal bakal kekerasan dn kekejaman seperti terjadi dimasa lalu…apa iya kita yg hidup di jaman skrg menginginkan terjadinya kembali tragedi seri 2 atau seri 3 dst seperti di masa lalu ? Demi Allah jangan lagi kita mewariskan permusuhan, perpecahan, kekerasan dan kekejaman kepada anak cucu kita kelak…
    Wahai saudara2ku para anak bangsa dari keturunan manapun kalian berasal (mo pki kek, armed kek, banser kek, dsb.), kita sudah lelah bertikai yang tak karuan paran juntrungannya yang hanya mengakibatkan kesengsaraan berkepanjangan, maka demi tanggung jawab kpd tanah air serta sayang kita kepada anak cucu generasi penerus kelak, mari sejak sekarang kita saling bergandengan tangan, saling bahu membahu, saling berangkulan, berkumpul bersama untuk menutup lembaran hitam masa lalu moyang kita dan membuka lembaran baru untuk menataulang kehidupan berbangsa kita dengan dilandasi kebersamaan, kasih sayang, saling memberi dn menerima, demi menyongsong Indonesia Baru yang lebih beradab jauh dari budaya kekerasan dn kekejaman… Hanya dengan dilandasi keinginan untuk memberi dn mengabdi serta kebersamaan untuk mencari jalan terbaik, maka Indonesia Baru yang beradab akan tercipta…
    Saya bersedia memfasilitasi sahabat dn saudara2ku semua (baik anak cucu pki, armed, banser, dsb.) untuk kumpul bareng di cafe minum kopi atau wedang jahe sambil ngobrolin hal2 yg positif dn kreatif serta turut berkontribusi dlm memberikan masukan utk pembenahan dn pembangunan bangsa Indonesia yang lebih maju, sejahtera dan beradab….

  • Teguh
    October 11, 2012 at 2:45 pm

    Cerita dari bapak saya…pembantaian juga terjadi di sisi Selatan Pulau Nusakambangan, dimana ‘tertuduh’/’terfitnah’ diposisikan berada tepat di bibir jurang yang di bawahnya persis karang-karang dan ombak pantai Selatan. Ada yang hanya di dorong, ada yang dieksekusi dengan senjata dulu….

  • PEMBANTAI ORANG PKI
    October 12, 2012 at 12:59 pm

    bagai manapun PKI pantas di bantai….yang gak terima atas pembantaian itu datang kesini…gua bantai sekalian.
    orbaSHIT…gak usah banyak bacot ente….gua tau loe keturunan PKI dan keluarga lo korban pembantaian. Biar mampus keluarga lo.
    Gak usah banyak omong, Kakek gua ALGOJO yang ngebantai orang PKI. Gak usah baca tulisan, ini Saksi hidupnya ada…Sini lo kalo pengen gua mampusin…sekalian bapak emak lo juga….
    gak usah ngomong pake bahasa silogis ama gua lo, pake bahasa praktis aja…kalo lo mau balas dendam datang ke tempat gua, JL.Raya Cikaret KM 7 No.349 BOGOR, Depan POM BENSIN.
    Kalo lo gak punya duit buat ongkos kesini, biar gua yang jemput kepala ente + keluarga ente…kirim alamat aja…

  • orbaSHIT
    October 12, 2012 at 1:53 pm

    atas gw 😉 sblom elo bantai gw …..mungkin ELO duluan yg udah dicincang ama orang laen…. kgk perlu repot2x ngundang gw ‘njing! tunggu ajah….dasar sampah loe

  • Miris
    October 12, 2012 at 1:53 pm

    Miris, kenapa organisasi “agama” juga ikut membantai yah.. ada yang pake “barisan pengawal Yesus” lagi.. gila..

  • someone
    October 12, 2012 at 2:08 pm

    orang yg membunuh atas nama agama ataupun ideologi apapun itu sama aja, biadab namanya. Tapi memang konyol membunuh orang ‘tidak bertuhan’ dengan cara biadab dengan atas nama tuhan. Asas ketuhanan apa yg dipakai? Jejak kebiadaban itu masih ada di bangsa ini, seperti jelas tersurat dari komen “pembantai orang PKI” di atas.

    Pada dasarnya kebiadaban itu bersumber dari ketololan. Otak dungu biasanya lekat dengan fanatisme, dan mereka berakhir sebagai fundamentalis dan bigot. Orang2 ber IQ rendah cenderung mengambil jalan pintas dengan kekerasan. Mereka jg alpa mengambil logika hubungan sebab akibat, mempunyai empati, kepekaan rasa dan kebijaksanaan.

    Apa boleh buat, itulah cerminan bangsa Indonesia. Lebih baik pindah ke luar negeri aja. Di sini penuh sama orang2 tolol dan biadab.

  • someone
    October 12, 2012 at 2:10 pm

    orang yg membunuh atas nama agama ataupun ideologi apapun itu sama aja, biadab namanya. Tapi memang konyol membunuh orang ‘tidak bertuhan’ dengan cara biadab dengan atas nama tuhan. Asas ketuhanan apa yg dipakai? Jejak kebiadaban itu masih ada di bangsa ini, seperti jelas tersurat dari komen “pembantai orang PKI” di atas.

  • iman
    October 12, 2012 at 2:11 pm

    Tak dapat dipungkiri, musuh utama PKI adalah umat Islam, terutama para kiainya. Kiai dianggap sebagai musuh karena memiliki ribuan pengikut (jamaah) yang setia.

    Salah satu unsur umat Islam yang juga paling dibenci PKI adalah Masyumi. Hal ini diungkapkan oleh KH Roqib, salah seorang korban kebiadaban PKI Madiun 1948 yang masih hidup. Kini KH Roqib adalah imam besar Masjid Jami’ Baitussalam Magetan.

    Sebagai salah seorang kiai yang juga tokoh Masyumi, Roqib pun menjadi sasaran yang harus dilenyapkan. Dia diculik PKI sekitar pukul 03.00 dini hari pada tanggal 18 September 1948, tak lama setelah PKI merebut kota Madiun. Sebanyak 12 orang anggota PKI berpakaian hitam dengan ikat kepala merah menciduk Roqib di rumah kediamannya di kampung Kauman, Magetan. Dini hari itu juga dia dibawa ke Desa Waringin Agung dan disekap di sebuah rumah warga.

    Di sebuah dusun bernama Dadapan yang termasuk dalam wilayah Desa Bangsri Roqib diseret oleh beberapa orang ke sebuah lubang di tengah ladang. Ketika akan disembelih di depan lubang, tiba-tiba Roqib mengingat pelajaran pencak silat yang diperolehnya. Seketika itu dia menghentakkan kakinya dan meloncat lari ke kebun singkong.

    Begitu lolos, Roqib bersembunyi di antara rerimbunan semak belukar hingga siang hari. Naas, siang itu pula dia ditemukan kembali oleh anggota PKI yang mengejarnya. Roqib pun tertangkap dan diikat lagi, lalu disiksa sepanjang jalan dari Desa Bangsri hingga pabrik gula Gorang-Gareng.

    Di pabrik gula Gorang-Gareng, Roqib disekap dalam sebuah loji (rumah-rumah besar untuk asrama karyawan). Di dalam loji terdapat banyak kamar dengan berbagai ukuran. “Ketika saya datang ke loji itu, kamar-kamarnya sudah penuh dengan tawanan. Satu kamar ukuran 3 x 4 meter diisi kurang lebih 40-45 orang. Bersama 17 orang lainnya, saya dimasukkan ke dalam salah satu kamar yang terdapat di ujung loji,” tutur Roqib.

    PKI kemudian menembaki loji tempat Roqib dan tawanan lainnya disekap lebih dari satu jam lamanya. Tubuh-tubuh yang terkena peluru langsung terkapar di lantai bersimbah darah. Para algojo PKI tidak memedulikan teriakan histeris para korban yang terkena peluru. Mereka terus saja melakukan tembakan. Di antara belasan orang yang ada di dalam loji, hanya Roqib dan Salis, serta seorang tentara bernama Kafrawi, yang selamat.

    Menurut guru ngaji ini, setiap habis menembak, pistol yang digunakan PKI itu tidak bisa menembak lagi, tapi harus dikokang dulu. “Saya bisa selamat dari tembakan karena memperhitungkan jeda waktu antara tiap tembakan sambil bersembunyi di bawah jendela. Kalau tanpa pertolongan Allah, tidak mungkin saya selamat,” kata Roqib getir.

    Beberapa saat kemudian tentara Siliwangi datang menjebol pintu loji dengan linggis. Suasana sudah mulai sepi karena PKI telah melarikan diri, takut akan kedatangan pasukan Siliwangi. “Ruangan tempat saya disekap itu benar-benar banjir darah. Ketika roboh dijebol dan jatuh ke lantai, pintu itu mengapung di atas genangan darah. Padahal, ketebalannya sekitar 4 cm. Darah yang membanjiri ruangan mencapai mata kaki,” ungkap Rokib.

    Selain KH Roqib, terdapat beberapa ulama dan pimpinan pesantren di sekitar Magetan dan Madiun yang jadi korban kebiadaban PKI. Di antaranya adalah KH Soelaiman Zuhdi Affandi (Pimpinan Pesantren Ath-Thohirin, Mojopurno), KH Imam Mursjid (Pimpinan Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran), KH Imam Shofwan (Pimpinan Pesantren Thoriqussu’ada, Rejosari Madiun), serta beberapa kiai lainnya.

    Pesantren Ath-Thohirin yang diasuh oleh KH Soelaiman Zuhdi Affandi terletak di Desa Selopuro, Magetan. Pesantren yang mengajarkan ilmu thariqat ini sejak zaman penjahan Belanda maupun Jepang telah menjadi pusat gerakan perlawanan. Di pesantren inilah para generasi muda disiapkan dan dilatih perang oleh Soelaiman. Soelaiman gugur menjadi korban keganasan PKI pada pemberontakan tahun 1948, mayatnya ditemukan di sumur tua Desa Soco.

    Menurut R Bustomi Jauhari, cucu KH Soelaiman Zuhdi Affandi yang kini menjadi pimpinan Pesantren Ath-Thohirin, KH Soelaiman tertangkap pada waktu itu karena santrinya sendiri yang menjadi mata-mata PKI. Kemana pun sang kiai pergi, PKI pasti tahu. “Keluarga besar kami sangat berduka atas kematian kakek. Dari seluruh keluarga kami ada sebelas orang yang dibunuh PKI. Dan kebanyakan mereka adalah kiai,” ujar Bustomi.

    Penangkapan KH Soelaiman Affandi terjadi dua hari setelah PKI mengkudeta pemerintahan yang sah, tepatnya pada tanggal 20 September 1948. Ketika itu Soelaiman sedang bertandang ke Desa Kebonagung kemudian diculik.

    Setelah ditahan di penjara Magetan selama empat hari, KH Soelaiman beserta tawanan lainnnya, diangkut dengan gerbong kereta lori ke loji Pabrik Gula Rejosari di Gorang-Gareng. Dari Gorang-Gareng, para tawanan ini kembali diangkut dengan lori menuju Desa Soco dan dihabisi di sana.

    Salah seorang menantu KH Soelaiman Affandi bernama Surono yang juga dibawa lori ke Desa Soco termasuk orang yang mengetahui bagaimana kejamnya PKI dalam menyiksa dan membunuh Kiai Soelaiman di sumur tua Desa Soco.

    Menurut Surono, sebagaimana dituturkan Bustomi, PKI berulang kali menembak Kiai Soelaiman, namun tidak mempan. Begitu pula ketika dibacok pedang, Kiai Soelaiman hanya diam saja, lecet pun tidak. Setelah putus asa, algojo PKI akhirnya membawa Soelaiman ke bibir sumur lalu menendang punggungnya dari belakang. Tubuh Soelaiman yang tinggi besar itu terjerembab di atas lubang sumur yang tidak seberapa lebar.

    Anggota PKI kemudian memasukkan tubuh Kiai Soelaiman secara paksa ke dalam sumur. Begitu menimpa dasar sumur, Kiai Soelaiman berteriak lantang menyebut asma Allah, laa ilaaha illallah, kafir laknatullah, secara berulang-ulang dengan nada keras. “Teriakan itu membuat PKI kian kalap dan melempari Soelaiman dengan batu,” tutur Surono.

    Surono yang akan dibunuh namun ditunda terus karena dianggap paling muda, akhirnya tercecer di barisan belakang. Setelah kelelahan mengeksekusi puluhan orang dalam sumur tua itu, algojo PKI menyerahkan Surono kepada salah seorang anggota PKI yang lain.

    Tak dinyana, ternyata anggota PKI yang akan membunuh Surono itu adalah temannya semasa sekolah dulu. Oleh temannya, Surono dibawa ke tempat gelap lalu dilepaskan. Setelah bebas, Surono kembali ke Mojopurno dan melaporkan kejadian yang dia alami kepada keluarga besar KH Soelaiman Affandi.

    Salah seorang ulama yang juga pimpinan pesantren yang menjadi musuh utama PKI pada waktu itu adalah KH Imam Mursjid, pimpinan Pesantren Sabilil Muttaqin (PSM) Takeran, Magetan. Sebagai pesantren yang berwibawa di kawasan Magetan, tak heran jika PKI, segera mengincar dan menculik pimpinannya bersamaan dengan dideklarasikannya Republik Soviet Indonesia di Madiun.

    Selain sebagai pimpinan pesantren, KH Imam Mursjid juga dikenal sebagai imam Thariqah Syatariyah. Selain itu PSM juga menggembleng para santri dengan latihan kanuragan dan spiritual.

    Pada 18 September 1948, tepatnya seusai shalat Jumat, KH Imam Mursjid didatangi tokoh-tokoh PKI. Salah seorang tokoh PKI bernama Suhud mengajak Kiai Mursjid keluar dari mushola kecil di sisi rumah seorang warga pesantren bernama Kamil. Rencananya Imam Mursjid akan diajak bermusyawarah mengenai Republik Soviet Indonesia. Kepergian KH Imam Mursjid bersama orang-orang PKI itu tentu saja merisaukan warga pesantren. Menurut mereka, Kiai Mursjid tidak akan menurut begitu saja diajak berunding oleh PKI.

    Di depan pendapa pesantren, KH Imam Mursjid dinaikkan ke atas mobil, yang kemudian melaju meninggalkan PSM diiringi kecemasan para santri dan warga lainnya. Kepergian KH Mursjid yang begitu mudah itu bukannya tanpa alasan. PSM telah dikepung oleh ratusan tentara PKI. Bisa jadi Kiai Mursjid tidak mau mengorbankan santrinya dan warga pesantren sehingga memilih mau ‘berunding’ dengan PKI.

    Ternyata, kepergian Kiai Mursjid itu adalah untuk selama-lamanya, ia tidak pernah kembali lagi ke pesantrennya. Begitu terjadi pembongkaran lubang-lubang pembantaian PKI di sumur Desa Soco maupun di beberapa tempat lainnya, mayat Kiai Mursjid tidak ditemukan.

    Dari daftar korban yang dibuat PKI sendiri pun, nama Kiai Mursjid tidak tercantum sebagai korban yang telah dibunuh. Tak heran, jika santri dan warga PSM masih percaya bahwa KH Imam Mursjid masih hidup hingga saat ini, namun entah berada dimana.

    Ulama atau pimpinan pesantren lain yang menjadi korban keganasan PKI di Madiun adalah KH Imam Shofwan, pimpinan Pondok Pesantren Thoriqussu’ada, Desa Selopuro, Kecamatan Kebonsari. Salah seorang putra KH Imam Shofwan bernama KH Muthi’ Shofwan yang kini mengasuh Pesantren Thoriqussu’ada mengungkapkan, ayahnya ditangkap PKI bersama dengan dua orang kakaknya, yakni KH Zubeir dan KH Bawani.

    Penangkapan itu terjadi sehari setelah kepulangan Muthi’ Shofwan dari rumah kosnya di Madiun. Sebagai murid salah satu SMP di Madiun, Muthi’ tiap minggu pulang ke Selopuro, biasanya tiap hari Kamis malam Jumat. “Ketika tiba di rumah pada waktu itu, ayah saya (KH Imam Shofwan) beserta dua kakak saya telah ditangkap oleh PKI. Ibu saya bilang bahwa ayahmu pergi dibawa orang naik dokar,” tutur KH Muthi’ mengingat kejadian itu.

    Beberapa hari kemudian dia mendengar berita bahwa ayah dan dua kakaknya itu ditahan di Desa Cigrok (sekarang Kenongo Mulyo). “Mas Zubeir dan rombongannya sekitar delapanbelas orang, pada malam Jumat itu, telah dibunuh oleh PKI dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur. Karena Mas Zubeir agak sulit dibunuh, maka PKI dengan paksa menceburkannya ke dalam sumur dan menimbunnya dengan batu,” kata Muthi’.

    Pada malam yang sama, ayahnya dan Kiai Bawani serta beberapa tawanan lainnya dibawa ke Takeran. Esoknya, para tawanan ini dipindah lagi ke Pabrik Gula Gorang-Gareng lalu dibawa kembali ke Desa Cigrok. Di sebuah sumur tua yang tidak terpakai lagi, KH Imam Shofwan yang merupakan saudara kandung KH Soelaiman Affandi (pengasuh Pesantren Ath-Thohirin, Mojopurno, Magetan) dan Kiai Bawani dibunuh dan dimasukkan ke dalamnya.

    Rupanya, ketika dimasukkan ke dalam sumur, KH Imam Shofwan dan Kiai Bawani masih hidup. KH Shofwan bahkan sempat mengumandangkan adzan yang diikuti oleh puteranya. Melihat korbannya masih belum mati di dalam sumur, algojo-algojo PKI tidak peduli. Mereka melempari korban dengan batu lantas menimbunnya dengan jerami dan tanah.

    Pada tahun 1963 jenazah para korban kebiadaban PKI yang terkubur di sumur tua Desa Cigrok digali, lalu dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Magetan. Jadi sejak tahun 1948 hingga 1963, jenazah para korban PKI masih tertimbun dalam sumur itu.

    Menurut KH Muthi’ Shofwan, menghabisi ulama dan umat Islam memang keinginan kuat PKI, karena ulama dianggap sebagai penghalang berkembangnya ideologi mereka. “Komunis sangat anti pada Islam, oleh karena itu jangan dibiarkan bangkit lagi!” tegasnya

  • orbaSHIT
    October 12, 2012 at 3:27 pm

    🙂 makin serrru euuuy….. di thread ini kita bisa lihat pertarungan intelektual vs kebodohan permanen yg tiada tara (salah satu prestasi paling berhasil ORBA)…..gw tau yg komen2x “legitimasi” penjagalan tsb orangnya ya itu2x juga tp pake ID beda2x…. lagu lama cooyyy gw udah pernah ngadepin orang2x kek elo aslinya elo tuh cuman PENGECUT dan PECUNDANG sama seperti KAKEK/ENGKONG/MOYANG elo yg tukang jagal dan maen kroyokan 😛 , kalo udah terdesak pake jurus pamungkas dengan cara menantang duel atau cara alus pake trik COPAS komen yg udah ada wakakakakkakak….oooops hal ini justru dengan jelas menunjukkan kapasitas otak mereka2x tsb masuk kategori OTAK DUNGU plus KRIMINAL!, sapa yg mo deket2x ama kriminal? logika sehat aja loh ini….. dasar primata ORBA yg tidak bisa berevolusi 🙂

1 2 3 4 9

Leave a Reply

*