Suatu waktu dipertengahan tahun 80an, seorang pemilik restaurant Indonesia “ Soeboer “ di Den Haag, Belanda mengetahui bahwa Raja Solo Sri Susuhunan Pakubuwono XII sedang berada di kota itu untuk membawa rombongan kesenian dan budaya. Tentu saja sebagai orang Solo ia mengundang raja beserta keluarganya untuk dijamu dahar Indonesia di rumah makannya.
Tentu saja mereka sangat senang dan benar benar makan sekenyang kenyangnya. Bisa merasakan makanan Indonesia di perantauan memang sebuah anugrah.
Sampai suatu ketika salah seorang cucu mengatakan sudah kenyang. Perutnya tidak muat lagi. Sang raja sontak memarahi dan mengatakan – dalam bahasa jawa – yang artinya,
“ Sana berak dulu ke belakang, nanti makan lagi ! “
Si Pemilik rumah makan tertegun tak mempercayai ada ucapan sekasar itu keluar dari seorang simbol keraton yang semestinya penuh sopan santun.
Be carefull what you say. Ucapanmu adalah keinginanmu. Konon Zeus mengatakan di puncak Olimpia kepada Ares, puteranya yang doyan perang. Ia kuatir dengan sifat meledak ledak putranya yang juga dikenal sebagai Mars , dewa perang.
Bangsa kita, Indonesia ternyata bukan melulu bangsa yang santun. Mulut bangsa kita adalah mulut pemarah dan sekaligus mudah emosi. Tanpa harus memperhitungkan beberapa suku yang dari sononya gampang naik darah seperti Madura. Persoalannya adalah mulut kita cenderung arogan dan gampang meledak.
Jadi kalau Bupati Tangerang mengancam di depan umum . “ Gue gampar lu “. Artinya kekerasan menjadi sah untuk sebuah tatacara peradaban sehari hari.
Dulu Pak Harto pernah mengatakan dengan percaya diri didepan TV dan wartawan.
“ Siapa yang melanggar konstitusi, saya gebuk..”. Tiba tiba para aktivis mendadak mengkeret mendengar intonasi berat gebuk yang keluar dari mulutnya.
Sebenarnya banyak cara untuk membuat sebuah bentuk amarah menjadi lebih santun, tapi mungkin juga tingkat stress yang tinggi dan – sekali lagi – rasa yang sok jago dan arogan membuat orang ingin menunjukan kekuasaan yang digenggamnya.
Lihat saja spanduk Forkabi atau Betawi Rempug di pojokan kota.
“ Mari kita jaga kota yang kita cintai. Ente jual gue beli “. Waduh, kok menjadi nada mengancam.
Beberapa teman sutradara juga suka naik darah ketika sedang bekerja. Segala caci maki, umpatan kebun binatang tersembur kemana mana. Ala Kapten Haddock di cerita petualangan Tintin.
“ Ngen….t, guoblok,..monyet…dasar otak udang, modal cakep aje lu “
Jadi kalau akar grass root sudah membentuk wajah wajah yang beringas, seperti supporter bola juga. Bagaimana dengan para elite yang semestinya bijak. Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Ashidique marah marah dan mengusir wakil ketua DPD Laode Ida.
“ Keluar dari ruang sidang saya ! “.
Ini juga karena sang ketua DPD mengancam akan membubarkan MK, jika uji materi mengenai DPD ditolak oleh MK. Sama sama beringas. Memperlihatkan urat yang menyembul di lehernya. Kasihan sekali bangsa saya ini. Sakit dan memalukan.
Achilles yang perkasa, akhirnya tersungkur karena kesombongannya. Padahal Patroclus sahabatnya –konon sekaligus pacar gaynya – sudah memperingatkan bahwa amarah yang tak terkendali bisa membunuhnya suatu saat.
Ada baiknya kita perlu mencontoh Thailand, walau para elite saling bertikai kudeta segala. Mereka saling mengatupkan tangannya merendah kepada rivalnya. “ Sawadikap “. Mungkin juga ini karena prinsip prinsip Buddhis yang selalu humble, merendah dan santun. Sementara saya lebih baik memakai terapi Martin Lawrence yang melakoni polisi pemarah dalam filmnya “ Bad Boys “.
Tarik nafas, perlahan lahan, konsentrasi.
“ Hooosyaaa….Hooosyaaa…”
80 Comments
Anang
July 4, 2008 at 2:40 amkadang ucapan adalah pelepas emosi yang terpendam….
antobilang
July 4, 2008 at 4:09 amterngiang-ngiang kembali ayat Al-Litisau…
nita
July 4, 2008 at 4:13 amwhat?? sampai keluar ucapan ng****t, guoblok, monyet, otak udang, modal cakep?? aktris/aktornya apa gak naik darah tuh. kan udah keterlaluan sekali. bisa dituntut malah yg ngomong itu ke pengadilan
Donny Verdian
July 4, 2008 at 5:14 amTakutnya pisuhan-pisuhan begitu malah dijadikan make up.. pupur biar tambah wangi dan kesannya gimanaa gitu di depan media yang mencatat dan merekamnya.
LieZMaya
July 4, 2008 at 6:49 amya, gara gara lemparan satu kata gak jelas dari salah satu mulut nakal bisa berakibat lebih nakal!
edy
July 4, 2008 at 7:21 amwah di jalanan saya sering ngalamin tuh, mas
coba ngasi tau baek-baek eh malah diteriakin kata-kata kasar
kalo udah begitu, boleh
mukul duluan bales kasar ga? 😀didut
July 4, 2008 at 7:33 amseringkali saya juga berpikir apakah kita masih dikenal sebagai negri yang penuh keramahan atau malah kemarahan?!?
Nayantaka
July 4, 2008 at 7:39 amtarik nafas dalam-dalam, kalau sedang berdiri duduklah. ambil air wudhu, atau sekedar basuh kepala dengan air. kalau kurang dingin, guyur dengan bongkahan es batu, akau masukkan kepala ke kulkas. kalau tetap ingin misuh, yo pancen dasar gawan bayi, nduwe cangkem trocoh
Epat
July 4, 2008 at 7:53 ampadahal bangsa ini pernah terkenal dengan keramah-tamahannya ya mas?
bangsari
July 4, 2008 at 7:58 amapa lagi cah cah HI. sampai-sampai umpatan sudah menjadi fitur. 😛
aprikot
July 4, 2008 at 8:02 amklo sayah sama mas sipit nda prnh ngumpat mas, tp misuh2 dlm hati
eh itu tarik nafas trus lanjutnya?? *pnasaran*
hanny
July 4, 2008 at 8:12 ammungkin memang ada baiknya jika saat sedang marah atau emosi, kita diam. jangan berbicara. menyingkir saja jauh-jauh, agar tak ada kata-kata menyakitkan yang perlu disesali kemudian.
Silly
July 4, 2008 at 8:28 amtergantung sama siapa sich ngucapinnya mas… kalo saya, sama sahabat akrab saya, sudah sering manggil, “Nyet… udah makan belum”… atau , “Hei kunyuk, lagi ngapain?”… bahkan kata2 seperti, “biadab, brengsek, kampret, bau kelek, ta*k, monyong…dsb”… kok kalo diucapin diantara kita sesama kawan akrab, sahabat dekat… serasa malah MESRA dan SAYANG banget lohhh… (gak heran makanya kami disebut PASMULTOR alias pasukan mulut kotor, hahaha)
Coba kalo itu disebutin oleh org YG GAK KITA KENAL… tiba2 dateng2, manggil, “hai Monyet”… wahhhh, saya hajar bolak balik dech, hehehe… 🙂
Tapi kemudian, saya jg belajar bahwa didunia maya, yg hanya diungkapkan dgn bahasa tulisan, ternyata kita gak boleh terlalu ngambil hati ucapan2 seperti ini, karna kadang ucapan2 tsb sebetulnya supposed to be fun…
apalagi kalo yg ngucapin ternyata seleb, nyesel khan ngamuk2, hahaha, CurCol.goop
July 4, 2008 at 9:00 amsaat marah, kata-kata yang keluar bukan dari hati (felicity : an american girl adventure)
semoga saja begitu, ya mas 😛
atau mungkin perlu manajemen marah?
kw
July 4, 2008 at 9:23 amjadi peran ustads, ulama, guru agama, kiai telah gagal mas?
zam
July 4, 2008 at 9:29 amsiap, ndan!
kapan kita jeng-jeng?
Rydisa
July 4, 2008 at 10:00 amiya, mulutmu harimaumu. klo org tua yang marah2 dan mengeluarkan perkataan yang kurang enak didengar itu bisa jadi kenyataan lho…tapi ada juga tipe suku bangsa yang sebenarnya memang udah dari sananya kesannya marah2 pdhal apa yg diucapkan bermaksud baik. Apalagi di dunia kerja hal2 yg seperti itu sering terjadi, seperti seorang boss kepada bawahannya. terkadang kata2nya sudah tidak di ayak lagi….
andrias ekoyuono
July 4, 2008 at 10:15 amdi sma saya dulu ( 3 solo ), hampir semua teman (terutama cowok) punya nama panggilan yang aneh, ya ada yang binatang hingga nama2 aneh atau kasar lain 🙂
Wiek
July 4, 2008 at 10:22 amMulutmu Harimaumu.
mpokb
July 4, 2008 at 10:30 amandai saja energi amarah bisa menggantikan energi listrik dan bbm.. atau amarah dan segala ketidakpuasan itu disalurkan saja lewat blog? 😀
iman
July 4, 2008 at 10:35 amkw,
mungkin begitu sih, ya nggak semuanya..tapi sudahlah, nanti banyak orang yang sensitif dan jadinya MARAH MARAH kalau kita membahas ini di tempat ini.
zam,
PRJJJJJJJJJJJJ sabtu ?
MaNongAn
July 4, 2008 at 10:56 amCangkem lunyu !!
Lambe sumur !!
apalagi yah ??
btw, Rojoku ngomong gitu ??? *Ghubraks*
.::he509x™::.
Setiaji
July 4, 2008 at 11:16 ammemang susah menahan amarah, apalagi terhadap keadaan yang walaupun “dispoan-sopankan” tetap tidak bisa berubah 🙁
AgoyYoga
July 4, 2008 at 11:30 am*grin* … emang susah marah dengan cerdas tapi lebih susah lagi jadi org cerdas..
lalita
July 4, 2008 at 12:21 pmIya..kemarahan yg dipertontonkan para petinggi2 itu sungguh membuat miris…Mas Iman, blognya ijin sy link ya..
wieda
July 4, 2008 at 12:34 pmsemoga deh dijauhkan dari kata2 kasar……ngeriiii
Hedi
July 4, 2008 at 12:38 pmmarah itu wajar, yang masuk kategori “goblok” adalah marah-marah atau kemarahan 😀
Djoko
July 4, 2008 at 1:13 pmsaya kesindir berat 🙂
sluman slumun slamet
July 4, 2008 at 1:15 pmHarusnya Haaaasyuuuu….Haaaasyuuuu….
😀
mantan kyai
July 4, 2008 at 1:27 pmapakah penyebutan JANCUKARTA juga salah satu pelampiasan emosi 🙂
nothing
July 4, 2008 at 1:36 pmJANCUKARTA …wah iso di bikin sablon kawos tuh, sip sip..
annots
July 4, 2008 at 2:47 pmyang seperti ini (misuh, umpatan) kok seperti penyakit menular ya, beberapa hari berkumpul saja besoknya sudah terjangkit 🙁
lady
July 4, 2008 at 3:05 pmbiasnaya apa yg keluar dari spontanitas mencerminkan karakter aslinya 🙂
bahtiar
July 4, 2008 at 3:37 pmmuni-muni ben lego .. 🙂
gunawanwe
July 4, 2008 at 4:14 pmbiasane sing doyan marah2 iku sing “kacang kapri”
kakehan cangkem kakehan peritungan…
suprie
July 4, 2008 at 4:17 pmtergantung sih mas, tapi klo umpatan kayanya udah terlalu sering, jadi udah jadi bahasa sehari – hari ….
Anggara
July 4, 2008 at 4:54 pmmenurut saya sih, itu bukan hanya milik orang Indonesia, tetapi juga milik orang lain, kita enggak tahu aja kan
thalib
July 4, 2008 at 4:58 pmantusias dalam memperbaiki perkataan dan perbuataan,memperbaiki niat,mengklarifikasi nasihat dan pesan tanpa mencampuradukkan kemurnian dan kejernihannya. ok bos
tante angga
July 4, 2008 at 5:12 pmJANCUKARTA itu apa seeh mas……………..??
—————————————————–lama gak gaol neegh,
mitra w
July 4, 2008 at 5:55 pmhmmm, ia mas iman…
Saya juga kalo marah bisa keluar kalimat… 🙁
bener kata Rasulullah, orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan diri kala ia marah…
Rasyeed
July 4, 2008 at 5:58 pm“orang madura mudah naik darah?” ini generalisasi atau hasil riset?
Heny
July 4, 2008 at 6:07 pmKatanya ucapan yang keluar karena Amarah bukan dari hati….apa itu masih berlaku yah sekarang?…secara sekarang omonagn apapun seperti terhalalkan…hayah diplomatis bener aku
Nazieb
July 4, 2008 at 7:48 pmMulutmu harimaumu, mendingan SMSan ajah.. *iklan…
Memang susah jadi orang terkenal, Mas.. harus gini, mesti gitu, gak boleh itu..
Haduh, mending jadi jelata sahaja, dimana pisuhan itu adalah sambal saat bicara
yuswae
July 4, 2008 at 8:35 pmMengumpat, berasal dari kata Umpat. Umpat itu mirip Umpet. Umpet = sembunyi.
Kalau ada yang mengumpat, berarti ada yang diumpet (disembunyikan). Takut ketahuan publik. Bukan begitu mas iman?
‘BTW, aku keturunan meduro lho, tapi gak gampang naik darah tuh. Soale biasa naik motor.. 😀 ‘
Totok Sugianto
July 4, 2008 at 10:31 pmsemakin susah saja menemukan orang yang santun… dimana2 selalu mengedepankan kekerasan.. huh !!
cK
July 4, 2008 at 11:58 pmuntung saya sedari kecil udah dibiasain gak boleh misuh-misuh. 🙄
bintang
July 5, 2008 at 4:27 amkayaknya cuma aku deh orang paling ramah n sopan ke dunia…hhahahahaha
OdyDasa
July 5, 2008 at 9:53 amCoba kalau dibiasain pakai Krama Inggil, walaupun marah2 akan tetep dalam suasana yang tenang… 😀
Nuwun suwu, punika socanipun panjenengan mboten saged ningali…
Baca: matamu picek ^_^
-may-
July 5, 2008 at 10:05 amNoblesse Oblige… 🙂
*makanya saya belum mau jadi pejabat, biar masih bisa nyilet2 orang.. HAHAHAHA…*
WeeDee
July 5, 2008 at 10:29 amWuih… mengantisipasi omongan kita yg takutnya menyinggung perasaan orang (bisa krn sengaja atw tdk sengaja). Alangkah baiknya kalo kita ngemut permen yg rasanya ‘manis’ aj.. Sensasi manis yang dirasa dimulut.., siapa tau bisa mengingatkan kita utk ngerem kata-kata yg kurang “sreg” dgn kata-2 yg llebih MUANIZZZZ…. hehehe… 🙂