Konspirasi, cobaan & musibah

30 Oktober 1962. Jaksa menuntut Menteri Agama KH Muhammad Wahib Wahab dengan 10 tahun penjara dan denda 15 juta rupiah. Tuduhannya adalah terdakwa terbukti melakukan transaksi gelap Rp 2,9 juta yang ditukar dollar dengan kurs gelap.
Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya ‘ Sukarno, Tentara, PKI “. Wahib Wahab di Singapura memiliki: 3 buah mobil sedan Prince, 1 sedan Pontiac, 1 sedan Mercedez Benz, sebuah skuter dan sebuah rumah yang dia sewa kalau bepergian ke Singapura. Ia juga memberikan 1 buah sedan Mazda sebagai hadiah kepada Melly Kho, seorang perempuan oriental. Entah apa hubungannya dengan perempuan itu.

Dalam pembelaannya. KH Wahib Wahab menuduh penangkapannya sebagai konspirasi partai Komunis dan petualang politik yang didukung secara diam diam oleh Presiden Sukarno. Agak aneh ia membawa nama Sukarno, karena kelak Wahib Wahab hanya merasakan sebulan di jeruji penjara. Ia bebas karena grasi yang diberikan oleh Presiden Sukarno.
Ini adalah cobaan yang harus dihadapi karena aktivitasnya sebagai representasi politikus dadri partai agama ( baca : Islam ) yang menolak komunis di Indonesia.

10 tahun sebelum kasus itu, ada Menteri Agama lain , KH Masykur yang ditahan atas perintah KSAD, Kol Nasution sebagai Penguasa Perang Pusat ( Peperpu ). Tuduhannya penyalahgunaan dana nonbudgeter Kas Masjid, yaitu pengumpulan hasil retribusi biaya nikah, talak dan rujuk oleh para pegawai pencatat nikah ( Departemen Agama ) dan penyaluran tekstil kain kafan yang merupakan bagian dari rampasan perang dari Jepang ke Indonesia. Beberapa politisi Islam mengatakan, sebagai konspirasi Angkatan Darat terhadap politisi DPR, sebagai balasan dendam dari peristiwa 17 Oktober 1952.

Kamus Bahasa Indonesia menerangkan makna kata cobaan sebagai sesuatu yg dipakai untuk menguji (ketabahan, iman, dsb): sabarlah apabila menerima ~ dari Tuhan.
Jelas menurut Kamus Bahasa Indonesia, cobaan diberi makna teologis. Kata cobaan bisa disandingkan dengan musibah. Ahli tafsir Muhammad Husin Tabataba’i, dalam tafsirnya al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an menyebut Musibah adalah kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendaki.

Lucunya istilah cobaan dan musibah ini sering dipakai untuk memaknai istilah non teologis yang jelas tidak ada hubungannya. Artis yang tertangkap polisi, karena memakai narkoba sering memakai kalimat. ‘ Ini adalah cobaan ‘. Ia mestinya sadar memakai barang haram itu. Ini masalah teknis.. Tertangkap atau tidak. Hal yang bisa dihindari kalau ia tak menggunakan narkoba.

Menteri Agama era Megawati, KH Said Agil Al Munawar yang ditahan karena kasus korupsi Dana Abadi Umat (DAU), mengatakan kepada wartawan yang menemui di hari Lebaran. “Sebagai umat beriman kita harus sabar menghadapi cobaan. Lebaran di penjara tak apa “
Banyak yang menganggap penangkapan Presiden PKS, Lufti Hassan Isaaq sebagai musibah, sebagaimana yang disuarakan mantan Presiden PKS, Tiffatul Sembiring. Dia tetap berkeyakinan kasus yang menyeret Lutfhi digolongkan musibah. “Musibah, jamak mashooib (bhs Arab): sesuatu yg tdk diinginkan mengenai kita…:D Demikian dalam salah satu twitnya.

Tapi justru itu menimbulkan kehebohan di jagat maya. Karena, Tiffatul menyamakan skandal suap dengan musibah. Sekali lagi musibah disini dikaitkan dengan makna non teologis. Padahal musibah adalah kehendak Tuhan seperti bencana, bukan skandal korupsi yang jelas akibat integritas seseorang yang bobrok.

Sama seperti Wahib Wahab yang menuding adanya konspirasi, demikian kalangan internal PKS menuduh dibalik penangkapan ini sebagai
konspirasi zionis
. Terus terang saya gak geli membaca dugaan konspirasi zionis yang menunggangi KPK. Apa lagi dikaitkan dengan kedatangan Duta Besar Amerika ke KPK, sebelum penangkapan terjadi. Mungkinkah KPK kulonuwun ke Duta besar Scott Marciel ?
Teori ini justru menjelaskan kemalasan untuk berpikir secara sehat, sehingga membutakan obyektifitas. Apalagi mengaitkan Ahmad Fathanah, sang kurir suap sebagai agen binaan Mossad Israel.

Bagaimana jika justru ada yang menduga duga Ketua Dewan Syuro PKS, Hilmi Aminuddin adalah agen binaan militer. Bukankah ayahnya Ustad Hilmy, Danu Muhammad adalah panglima NII wilayah Pantura yang selama satu dasawarsa dibina oleh Jend Ali Moertopo , sebelum akhirnya tahun 1977 mulai membelot lagi. Saat itu militer dan operasi khususnya, menggunakan eks DI/TII untuk alat dengan imbalan konsensi distribusi minyak tanah dari Pertamina untuk berbagai wilayah ( INTEL – Menguak Tabir Dunia Intelejen Indonesia – Ken Conboy ).

Lebih jauh lagi, membawa kita ke sebuah pertanyaan, yang masih kontekstual sampai sekarang. Apakah dalam berpolitik harus membawa simbol simbol agama ? Bagaimana dengan konsep ‘ Islam Yes, Partai Islam No ‘ yang diusung Nurcholis Madjid jaman dulu. Walau ada yang mengganggap juga bahwa pemikiran Cak Nur hanya relevan dengan situasi politik awal orde baru, ketika partai Islam hanya menampilkan simbol daripada substansi Islam sendiri.

PKS yang mengusung integrkitas moral sebagai partai bersih, lama kelamaan menjadi tak ada bedanya dengan partai partai lain yang komersial dan korup, termasuk praktek setoran ‘ uang mahar ‘ terhadap calon calon kandidat dalam pilkada.
Saya sempat berharap banyak dengan partai ini akan mengusung komitmen kejujuran. Partai ini juga tidak memiliki warisan dengan orde orde sebelumnya, seperti partai partai lainnya. Bahkan saya tidak perlu kuatir dengan sentiment anti kebhinekaan yang diusung lawan politik PKS.
Dalam perjalanannya PKS tidak mengusung piagam Jakarta sebagaimana justru PPP dan Partai Bulan Bintang. Mereka justru mengajukan Piagam Madinah yang berisi pengakuan terhadap pluralisme. PKS juga mengadakan mukernas di Bali yang notabene sebagai pulau Hindu. Walau ada saja yang mencurigai ini semua hanya, langkah langkah pragmatis PKS dalam meraih ceruk suara pemilih yang lebih luas.

Terus terang saya apatis ketika agama menjadi kendaraan politik. Pada akhirnya agama hanya menjadi komoditas sebuah kompromi dan pencarian keuntungan.
Dengar yang dikatakan Tiberias dalam film Kingdom of Heaven, “ Kukira kita berjuang untuk nama Tuhan, ternyata tidak. Kita hanya memperebutkan kemakmuran dan sebidang tanah. Aku tidak akan berperang untuk Yerusalem lagi “.
Mungkin lebih tepat jika kita mengutip pernyataan tokoh intelektual Muslim dari Mesir, Muhammad Abduh, “ Audzubillah min al-siyasah wa siyasiyyin “ – saya berlindung dari godaan politisi dan politik

Poster diatas : www.balairungpress.com

You Might Also Like

18 Comments

  • kurniasepta
    February 3, 2013 at 9:56 pm

    sebagai partai berlabel islam dan cenderung bersih, dengan adanya kasus ini langsung terjun bebas. tetapi pks mempunyai kader-kader di bawah yang militan, akankan terlalu berpengaruh di 2014?

  • Ceritaeka
    February 3, 2013 at 10:01 pm

    Sekarang ini Banyak kegiatan bermotif ekonomi atau poltik bungkusnya agama 🙁

  • Antyo
    February 3, 2013 at 10:12 pm

    1. Di mata saya, PKS adalah contoh partai kader modern yang keren. Ibarat bus dengan trayek jelas, siapa sopirnya tidak penting. Mekanisme partai bisa membuat banyak hal lancar, tak bergantung figur presiden partai. Memang sih ada faktor patriarkh di Syuro, tapi di partai tetap bisa dikelola profesional. Tempo hari ada sengketa, ternyata gak berbuntut panjang. Sayang platform partai ini tak cocok dengan saya.

    2. Kasus korupsi bisa menyandungi siapapun karena masih banyak orang yang menganggao korupsi itu wajar. Korupsi tak dianggap sebagai bagian dari akhlak. Itu berbeda dari soal seks dan susila. http://kopi69.com/2012/12/31/nyolong-boleh-berselingkuh-jangan/
    Makanya sidang germo Keyko mendapatkan perhatian khusus dari front penegak akhlak, tapi sidang tipikor dan kasus perusakan lingkungan tidak

    3. Tentang peran militer, yeah di masa lalu emang gitu. :)) Siapa Najamuddin dalam kelompok Imran itu hingga kini gak jelas. Lantas di masa kini? Mmmm saya gak tau. Yang dulu pun cuma denger di warung wedangan tukang becak :))

  • Gandung
    February 3, 2013 at 10:14 pm

    Bila “musibah & cobaan” itu datang, sebaiknya kita kembalikan penyelesaiannya kepada Allah S.W.T. dengan hati yang Ikhlas (yg terbaik menurut Allah, bukan yg terbaik menurut makhluk).

    -he509x™-

  • stein
    February 3, 2013 at 11:10 pm

    sekarang sedang riuh, sebentar lagi juga reda, karena bangsa kita ini pelupa.

  • Ika
    February 4, 2013 at 8:57 am

    Nais, gan. Poin mengena soal kemalasan mempertanggungjawabkan perbuatan diri/kelompoknya selain menggunakan perisai “prasangka buruk”.

    Cuma soal “saya sempat berharap banyak dengan partai ini…”, sounds fair but unfair.. karena kalo ga ada kasus ini, barangkali dunia nggak tau Iman Brotoseno menaruh ekspektasi positip (pake P) terhadap PKS

  • Billy Koesoemadinata
    February 4, 2013 at 10:26 am

    saya sempat kagum dengan partai putih ini, kagum dengan kaderisasi mereka dan juga paham yang mereka tanamkan ke beberapa rekan angkatan kuliah saya..

    saya juga kagum dengan kiat mereka “memasarkan” diri di setiap Pemilu. jargon dan juga materi promosinya mampu mempesona. salah satu “saingannya” yang juga memiliki kiat yang selevel, adalah partai berlambang matahari — yang kini diisi oleh jajaran artis.

    tapi, rasa kagum itu tidak untuk para pengurus pusatnya. entah kenapa, jaringan akar-rumput partai putih ini terasa lebih manusiawi dan bisa diterima, ketimbang para pengurus pusat-nya yang seringkali bersilat lidah.

    NB: saya bukan kader partai putih, atau partai manapun. saya juga bukan (dan belum pernah) jadi pemilih partai putih pada saat pemilu.

  • Iman Brotoseno
    February 4, 2013 at 10:28 am

    Ika,
    Saya sempat mencoblos Partai ini pada pemilu 1999..

  • Bangsari
    February 4, 2013 at 10:28 am

    Dulu saya pernah jadi simpatisan HTI dan afiliasinya, PKS. sempat ikut diskusi-diskusinya di masjid kampus UGM. Untungnya ndak pernah taklid bener sih.

  • DV
    February 4, 2013 at 10:49 am

    Kadang saya berpikir, kalau ngetopnya PKS itu tak bersamaan dengan ngetopnya FPI dan gerakan-gerakan radikalisme lainnya, barangkali partai itu akan jadi partai besar yang tak terdistraksi yang kusebut belakangan…

  • dilla
    February 4, 2013 at 1:17 pm

    entah kenapa, daku nggak simpatik sama partai putih ini… 🙄

  • e-no
    February 4, 2013 at 5:30 pm

    Duluuuuu… banget, sempet simpati sama partai ini. Semacam ada harapan gitu deh. Tapi eh tapi setelah ada embel2 “sejahtera” di belakang namanya, IMHO perubahannya yang mungkin awalnya mau jadi partai Islam moderat justru jadi sama aja dengan parpol lain. “Sakit hati” pertama saya pada PK(S) adalah di pemilu 2004 di mana kadernya melabeli saya sebagai “western banget” cuma gara2 saya komplen partisannya nggak santun di jalan raya. Lah emang fakta mo gimana?
    Selanjutnya rentenan black campaign dari kader2 PKS ini menghujani segala lini jejarng sosial: SMS, facebook, twitter, broadcast message, yang semuanya mengusung isu agama. No wonder mereka betul-betul kebakaran jenggot dan merasa kena “black campaign”. Kalau kamu pernah mencuri, wajar jika kamu akan menuding seseorang mencuri barangmu ketika kamu tidak menemukannya.
    Lho, jadi nge-blog f(“,)

  • orbaSHIT
    February 4, 2013 at 7:25 pm

    MELAWAN LUPA!!!!……mungkin sebagian rakyat indo terbiasa LUPA tp saya TIDAK!…terngiang omongan2x si HABIB LEBAY “BRIESZIEK” yg slalu mengkaitkan FPI sebagai “perwakilan” umat islam indo, tiap ngoceh slalu ngomong konsiprasi dari zionist,freemason,CIA,yahudi,mcdonald,KFC,texas fried chicken,pizza hut,domino pizza,liberal,komunis,sosialis,feminis,topi miring,dodol garut,warung tegal dkk 😛

  • gurukecil
    February 11, 2013 at 1:26 pm

    Begitulah Mas Iman, dengan menggunakan embel-embel agama orang tiba-tiba merasa menjadi terlalu percaya diri, bisa bicara semaunya. Mungkin yang diperlukan adalah calon pejabat mengikuti tes bahasa Indonesia, mirip tes TOEFL atau IELT begitu, supaya bisa mengerti apa makna kata cobaan dan musibah. Apa artinya menandatangani fakta integritas bila ketika tertangkap tangan melakukan korupsi menganggap diri sedang menerima cobaan? Dan benar juga, selain saya tidak pernah melihat mereka yang menamakan diri front pembela mendemo koruptor, apalagi mengobrak-abrik rumah koruptor, sebagaimana mereka mengobrak-abrik rumah makan yang buka pada bulan tertentu, di mana mereka pada saat Jakarta kebanjiran?

  • boyin
    February 12, 2013 at 12:27 pm

    semua sama aja sih, tinggal gerindra ama hanura yang mati matian biar kelihatan bersih buat daya jual pemilu nanti….

  • faisal
    February 18, 2013 at 7:59 pm

    Agaknya kita tidak akan terus-menerus mencari kemana menitipkan harapan buat anak cucu kita dan bangsa ini kedepan. Sulit memang, tapi aku tak akan berhenti.

    Bagaimana pendapat mas Iman tentang beragam reaksi kader PKS?

  • Iman Brotoseno
    February 19, 2013 at 7:35 am

    Faisal,
    saya rasa sikap berlebihan seperti menuduh konspirasi malah membuat PKS terlihat sebagai partai yg tidak mengedepankan akal sehat. Lebih baik menyerahkan semuanya kepada mekanisme penyidikan dan hukum

  • papabonbon
    March 10, 2013 at 4:58 pm

    pemilihan gubernur sumut dan jabar, pks menang lho 🙂

Leave a Reply

*