JANGAN SEKALI MENINGGALKAN SEJARAH

Banyak cerita cerita tentang Bung Karno dan salah satunya, yang diceritakan oleh orang tua saya.. Kisahnya ketika ibu saya sedang hamil muda, ia ngidam untuk bisa berdansa dengan Bung Karno. Tentu saja ayah saya pusing tujuh keliling bagaimana bisa memenuhi permintaan istrinya yang nyeleneh itu. Tapi memang seperti sudah digariskan, tiba tiba saja ada undangan dari Istana Bogor tempat beliau diasingkan menjelang kejatuhannya. Seperti biasa, selalu ada dansa tari lenso yang merupakan kegemaran beliau bersama tamu tamunya setelah makan malam.

Ibu saya yang duduk manis dengan kebaya kuningnya mendadak dipanggil Presiden pertama Republik ini untuk menemani berdansa. Sambil berdansa, Bung Karno langsung tahu bahwa ibu saya sedang mengandung, walau perutnya belum membesar. Ia mengatakan kelak anak dalam kandungan akan lahir dengan dibungkus plasenta…” Jadi berilah nama Bima atau Brotoseno “ , karena dalam hikayat pewayangan Bima atau Brotoseno lahir dengan masih dibungkus kulit telur. Jadilah nama belakang saya Brotoseno. Sampai sekarang ibu saya selalu bangga memandangi fotonya berdansa dengan Bung Karno. Sementara saya tak pernah bosan memandangi foto Bung Karno sedang berpidato dengan dikelilingi pejuang pejuang revolusioner ,yang terpasang dengan frame besar di rumah saya. Begitu heroik, charming, dan mempesona.

Lepas dari segala kesalahannya, beliau adalah orang besar. Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa dia yang memproklamirkan dan mempersatukan bangsa ini. Ali Sadikin pernah menceritakan dalam biku biografinya, ketika ia menjadi Menko Maritim. Bung karno pernah meminta bantuannya untuk kepentingan bisnis mertuanya yang berhubungan dengan pelabuhan laut.

Setelah mempelajari peraturannya, Bang Ali menjelaskan bahwa ia tidak bisa membantu karena bertentangan dengan ketentuan yang berlaku. Yang mengherankan demikian kata Bang Ali,..” beliau hanya berkata, Oh ya, ya sudah kalau begitu.” Ia sama sekali tidak dendam, bahkan kemudian hari mengangkat Ali Sadikin menjadi Gubernur Jakarta. Bang Ali tidak perlu menyetor puluhan milyar kepada partai politik atau siapa saja yang bisa menggalang suara untuknya.


Hiruk pikuk pemilihan Gubernur atau Presiden di Indonesia merupakan potret buram sejarah negeri ini yang penuh dengan konspirasi dan KKN. Arus dana Departemen Kelautan dan Perikanan, menyembur kemana mana, tidak saja menciprati tetapi justru membasahi mulai dari ulama, negarawan sampai calon presiden. Calon calon Gubernur rebutan menyetor uang kepada Partai Politik, dan bisa dipastikan semua uang uang itu bukan murni uang sang calon sendiri. Para cukong, penyandang dana dan donatur pasti mempunyai vested interest jika sang calon terpilih.

Pertanyaan apakah sang calon demikian mudah membebaskan pamrih yang diminta jika ia terpilih kelak ? Liem Sioe Liong dan Bob Hassan sudah biasa membantu Pak Harto ketika ia masih menjabat Panglima di Jawa Tengah. Jadi sudah sewajarnya mereka besar dan menggurita begitu Pak Harto memegang kekuasaan di negeri ini. Sekali lagi sejarah mengajarkan banyak pemimpin di negeri ini yang jatuh karena kekuasaan dan uang, dan mereka akan terus mengulangi catatan buram sejarah ini. Apapun resikonya.


Kekuasaan memang membutakan, sehingga banyak orang yang berambisi menggenggam ke arah sana. Sehingga Rieke Dyah Pitaloka a.k.a Oneng sudah mempersiapkan menuju kursi DPR dalam pemilu mendatang. Di sela sela istrirahat syuting, kadang saya menggugam dalam hati ketika ia berbincang bincang mengenai aspirasi politik..” this is not her, she always been Oneng to me “. Sementara juga Rano Karno melupakan proyek layar lebarnya yang pertama, karena harus sibuk sowan ke Gus Dur. Tapi mungkin juga manusia harus berubah, sehingga Adang Dorajatun rela meninggalkan karier bintang tiganya di Kepolisian demi ambisi yang lebih prestisius.

Ada catatan menarik dari tulisan Soe Hok Gie, ketika ia menolak masuk ke dalam sistem kekuasaan. Lebih karena seidealis siapapun pasti akan tergilas bila masuk dalam roda kekuasaan yang korup. Sementara saya sibuk memikirkan tawaran Direktorat Film, Departemen Budaya dan Pariwisata seandainya tahun depan saya masuk ke dalam anggota Lembaga Sensor Film. Sebuah pekerjaan paruh waktu yang tidak juga mengganggu kesibukan saya. Namun stigma birokrasi dan orang pemerintah bisa membuat gerah, disamping menjadi tukang stempel dengan perputaran uang yang tidak sedikit. Padahal syuting dengan Oneng bisa lebih menarik daripada menjadi bagian dari birokrat. Apakah itu benar ? Jangan jangan saya hanya takut bahwa sejarah dan kesempatan tak akan terulang dua kali.

You Might Also Like

23 Comments

  • venus
    June 24, 2007 at 9:49 pm

    kayaknya memang gitu ya? siapa pun, seidealis apa pun, begitu masuk lingkaran kekuasaan, pasti kebawa arus juga.

    lembaga sensor film, hehehe…maaf, bukannya apriori, tapi apa sih fungsi sebenernya? perasaan selama ini mereka cuma jadi pajangan yak? du…maap, maap…:D

  • Nico Wijaya
    June 24, 2007 at 10:49 pm

    hemmm…jadi pilih yang mana mas?

  • Innuendo
    June 25, 2007 at 12:45 am

    benar sekali apa yg dikatakan gie. orang2x diatas sono khan dulunya mahasiswa yg idealis.

    bung karno tetap idolaku….

  • jevuska
    June 25, 2007 at 1:09 am

    No Money, No Honour ! itu yang terjadi selama pemilihan para pemimimpin kita baik itu dari jabatan terkecil sampai jabatan ditingkat teratas.

    Lembaga sensor film? saya kira peranannya sekarang ini cukup. Mudah-mudahan lembaga ini nantinya tidak akan mematikan kreatifitas sineas-sineas muda kita.

    Sejarah sepertinya sulit terulang… just keep in my mind

  • ikram
    June 25, 2007 at 2:05 am

    sukarno dan suharto — mereka tampak akrab juga ya di foto itu.

  • trian h.a
    June 25, 2007 at 9:07 am

    Btw, apakah sejarah hanya disematkan kepada pihak-pihak yang menang?

  • elly.s
    June 25, 2007 at 11:10 am

    beruntung banget ibunya mas….

  • Fatah
    June 25, 2007 at 3:54 pm

    Kalo ngga ada Orang Baik yang mau masuk ke lingkaran pemerintahan..

    trus siapa dong yang mau mengurusi negeri ini 🙁

  • ekowanz
    June 25, 2007 at 4:07 pm

    ohooho…yup bener..
    siapa tuh yg dulu ketua BEM UI yang menggelar demo buat nurunin Pak Harto..

    setelah masuk ke lingkaran kekuasaan juga jadi diem seribu bahasa liat yang aneh2 😀

    sebenarnya sih sistemnya yang udah rusk di Indonesia ini…
    mungkin masih banyak org baik dlm sistem, tapi lebih banyak orang jahatnya yang merusak sistem ini dari dalam 😀

  • triadi
    June 25, 2007 at 6:43 pm

    wah ga setuju sama om fatah…
    karena setiapkali alasan klasik itu muncul (dalam rentang organisasi manapun), kebanyakan tenaga jadi krenggosan sendiri, berat, dan “power tends to corrupt bisa jadi nemu pembenarannya”)

    butuh seorang istiqomah yang bisa bilang tidak, dan tidaknya itu mempengaruhi banyak orang…bukan yang “bilang tidak” tapi tetep tergilas dan ga bisa apa apa..ato malah masa bodo?
    intinya tetep…yang bisa ngukur ya diri sendiri

    sayangnya saya ini juga baru bisa bisa ngomong!…saya mungkin sejenis orang yang takut, jadi saya hanya bisa mohon sama Gusti Allah dijaga dari amanah yang tidak bisa saya tunaikan dengan baik…

  • kw
    June 25, 2007 at 9:11 pm

    belum tentu mas. kl emang idealis, mau “sengsara” pasti ada jalan keluar untu tetap mempertanahkan idealisme kita, buktinya bunga lotus tetap saja indah meskipun berada di comberan busuk!

    LSF kayaknya gak perlu deh. isinya orang2 kuno, konvensional dan tak paham perkembangan…. maap

    piss

  • kenny
    June 26, 2007 at 1:31 pm

    mas Iman jgn tergoda jg yah..ntar gak sempat nge blog loh

  • STAR
    June 26, 2007 at 6:29 pm

    hikz.., giliran baru belasan yg comment sehingga ada kemungkinan comment ku (mungkin) dibaca, materinya ternyata beurraattzz..

    nggg… *mikir*
    nggggg… *masih mikir*

    ketika mahasiswa, saya berhasrat sekali untuk berpolitik. sampai sekarang pun mimpi menjadi penguasa, entah di balik layar ataupun menjadi aktornya, kerap menggoda. memiliki geta adalah sebuah mimpi indah..

    saya masih seyakin dulu bahwa idealisme saya tidak akan tergerus hanya karena uang. tapi yang membuat saya kecil hati adalah konsekuensi jika saya harus merelakan keluarga menjadi tumbal. tidak peduli ahli kepribadian & minat-bakat datang dan meyakinkan bahwa saya dapat optimal di bidang politik dan mimpi indah itu dapat terealisir, sampai saat ini saya urung mengejar niat menjadi bagian “roda kekuasaan”.

    *halaahh.., kok jadinya comment pribadi gini yaa..?*
    wes ben ya mas..

  • TaTa
    June 27, 2007 at 8:32 am

    waduh pilihan yang sulit kayaknya mas. disatu sisi kesempatan gk dateng dua kali, disisi lain ada ketakutan apakah ke idealis an kita akan tetap ada….atau kita akan seperti yang lainnya terlindas oleh roda kekuasaan… well apapun itu smoga mas Iman sudah mempersiapkan diri masuk ke lingkaran kekuasaan tanpa harus memakai topeng menjadi orang lain …..

  • ibunyaima
    June 27, 2007 at 9:35 pm

    BK memang seorang negarawan sejati. Sayang banget orang2 seperti beliau ini langka di jaman ini. Atau.. jangan2 banyak, tapi tersembunyi krn iklim yg gak menguntungkan ya?

    Anyway.. selama ini saya kira Iman Brotoseno itu nama samaran lho… hehehe.. ternyata memang diambil dari nama kecilnya raksasa Pandawa toh 😉 Ngomong2, dulu nyobek plasentanya sendiri pakai kuku Pancanaka nggak, Mas ;)?

  • just Endang
    June 29, 2007 at 11:59 am

    kalo memang niatnya mau memberi sedikit warna berbeda dlm sebuah institusi pemerintahan, kenapa tidak? Tapi jgn lupa….akan selalu ada kompromi, dan perlu dipahami kenapa hrs ada kompromi….

  • kawoela alit
    June 29, 2007 at 1:42 pm

    hehe.. kuasa adalah ambisi setiap orang.. sudah tercipta sejak jaman minak jinggo om.. wajar saja.. ingat waktu masih kecil dikudang (ditimang) simbah kakung.. “sok yen gedhe cah bagus/ cah ayu.. dadi presiden.. tidak pernah ada timangan besok kalo sudah gede jadi penjual daun jati di pasar atau apalah..
    eh boleh nebak nih, paragraf awalnya kok gitu..?? met ultah ya om.. 😀

  • rievees
    June 30, 2007 at 11:37 pm

    Biasanya kekuasaan itu = harus berpolitik = kebohongan.
    Ati2 aja lah mas kalo memang harus masuk dlm lingkaran itu =)

  • manler
    July 6, 2007 at 11:50 pm

    Knapa tidak mencoba mas masuk dalam lingkaran tersebut, siapa tahu mas bisa membawa angin perubahan…
    Kalo tidak ada yang berani memulai ya kapan bisa berubah???

  • ilmaffectional
    July 25, 2007 at 9:05 am

    huaaaaaahhhh… hebat banget namanya dikasih sama bung karno!!!! kerrrrrreeeeeeeennnnnnn!!! 😀

  • Sigit Ariansyah
    August 8, 2007 at 7:44 pm

    Hmm.. Saya jadi inget kata Si Abraham Lincoln: “Hampir setiap pria memang mampu bertahan saat menghadapai kesulitan. Namun jika Anda ingin menguji karakter pria sejati, berilah dia kekuasaan….”
    You right bro..

  • kombor
    January 11, 2008 at 5:39 pm

    Idealis akan susah untuk berpartai politik. Kalau dia dengan mudah bisa berpartai, pastilah dia bukan seorang idealis melainkan seorang kompromis dan oportunis.

  • toyota fj cruiser
    January 24, 2008 at 3:11 pm

    Hi all!
    Inside Line: We test everything from the locking differential to the iPod input on the updated Toyota FJ Cruiser to see how it will fare in the 21st century.
    toyota fj cruiser

    G’night

Leave a Reply

*