Soe Hoek Gie selalu menganggap mahasiswa sebagai koboi koboi pembela kebenaran yang datang menolong penduduk dari ancaman bandit bandit. Setelah tugasnya selesai, mereka melanjutkan pergi berkelana menuju tempat lain. Tanpa bayaran atau pamrih.
Kenaikan harga BBM membuat mahasiswa turun gunung kembali menyuarakan penolakannya. Penyerbuan polisi dini hari ke kampus Universitas Nasional serta pemblokiran jalan di depan kampus Universitas Kristen Indonesia, memacu suhu politik yang semakin panas. Jangan anggap enteng. Demikian Presiden SBY mengamati kasus pergolakan mahasiswa terakhir ini. Sehingga ia membatalkan lawatannya keluar negeri, karena tak ingin ada percikan revolusi baru selama ia pergi. Intel dan satuan khusus Paspampres harus turun tangan memantau polisi dan mahasiswa, agar tidak terjadi salah tembak yang bisa melahirkan martir martir baru.
Apakah sejarah akan terulang. Sebuah gerakan Mahasiswa selalu berawal dari ketidakberdayaan atas hidup sebuah bangsa. Konon meletup disana sini, seperti magma gunung berapi yang akhirnya meledak menggelegar. Amarah mahasiswa adalah letupan yang akan menggiring ke puncak letusan. Ini tak bisa disalahkan, karena mahasiswa dan negaranya bagaikan api dan asap. Tak bisa dipisahkan.
Dalam pembelaannya di depan pengadilan Negeri Belanda tahun 1927, Bung Hatta melukiskan peran mahasiswa Indonesia.
“ Hidup pemuda Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup bangsanya yang menderita dan berharap. Itulah nalurinya yang memanggil manggil, dialah jiwanya yang bernyala nyala mendobrak pintu hari depannya “
Rama Pratama, seorang mantan aktivis 98, atau sekaliber Arief Budiman, Hariman Siregar dan Herry Akhmadi akan mengenang hari hari murung bergelora masa lalu jika melihat berita TV sekarang. Ban ban terbakar, pot pot terguling dan orator radikal berteriak dengan megaphonenya.
Kalau saja mereka bisa menabuh genderang perang lagi. Mereka sadar bahwa gerakan ini membutuhkan lebih dari semangat. Butuh seorang pemimpin yang mampu memotivasi dan konsisten menggerakkan seluruh elemen perjuangan. Agar perjuangan memiliki visi, jiwa dan tujuan. Mahasiswa harus bisa memaksa pemerintah menggulung habis korupsi, kroniisme, dan ketidakadilan. Issue kenaikan BBM semestinya tidak sporadis dan hilang tak berbekas. Saya membayangkan seorang pemimpin ( mahasiswa ) bisa terlihat eksotis dalam radikalismenya. Ia akan memukau sekaligus menginspirasikan perlawanan.
Tiba tiba saya teringat tokoh Anton dalam karakter yang diciptakan Ashadi Siregar dalam novelnya ‘ Cintaku di kampus Biru ‘. Aktivis, sekaligus memikat pacar pacarnya dan dosen cantiknya yang killer, Ibu Yusnita.
Sastrawan Pramudya juga memuja Budiman Sudjatmiko sebagai Sang Pembaharu dan menyamakan dengan sosok Minke dalam serial roman tetra miliknya. Dalam surat kesaksiannya Pram menulis.
“ Dan awalnya, bukan akhirnya. Budiman Sudjatmiko, calon pemimpin nasional, calon presiden Republik Indonesia di waktu dekat mendatang. Kalian semua angkatan muda berada di jalan benar. Yang dungu akan tersingkir tersipu sipu “.
Budiman yang pada usia 26 tahun sudah menjadi ketua partai PRD – banyak gadis gadis yang membezuknya di penjara – dipersonifikasikan dengan Soekarno muda, yang sudah melahap Das Kapitaal ketika teman teman sebayanya sibuk bermain.
Kemana Budiman sekarang ? apakah dia bahagia dengan posisinya di partai. Sama seperti Rama Pratama , ketua BMUI yang sekarang diam termenung di Dewan Perwakilan Rakyat mewakili PKS.
Budiman mungkin secara ideologis dekat dengan PDI-P karena sejak kecil dia mengagumi Soekarno. Namun ia lupa bahwa karakter Megawati bukanlah representasi ayahnya. Wartawan senior Buddiartro Shambazy menulis, ia hanya sekadar teh celup rasa Soekarno.
Ketika John Sturger membuat remake film Seven Samurai milik Akira Kurosawa menjadi versi Hollywood ‘ The magnificent seven ‘. Ia mengadopsi dalam sebuah perkampungan di Mexico yang ditindas oleh bandit bandit. Para koboi pembela kebenaran datang membantu dan bergotong royong bersama penduduk menyiapkan jebakan untuk melawan bandit bandit. Yul Bryner, Charles Broson, Steve Mc Queen dkk harus jernih memetakan masalah , pun demikian mahasiswa.
Analogi usang Wapres Yusuf Kalla dan menteri menterinya yang berulang ulang mengatakan kenaikan BBM untuk menghapus subsidi yang selama ini dinikmati orang kaya, sangat berpretensi membuat konflik pertentangan kelas. Padahal ongkos sosial ekonomi yang ditimbulkan jauh lebih besar.
Sebagaiman bumbu film, selalu ada pencoleng dan pengkhianat diantara penduduk yang ditanamkan para bandit. Saya yakin ada para penyusup intel atau anasir pengkhianat diantara mahasiswa sendiri. Saya juga tidak tahu apakah gerakan ini akan melemah karena Pemerintah mendadak sontak mengalokasikan 200 milyar rupiah dari dana pengalihan subsidi BBM, untuk program BKM ( Bantuan Khusus Mahasiswa ). Sebanyak 400.000 mahasiswa akan diberi dana Rp 500,000,- per semester, mulai Juli 2008. Padahal tadinya mahasiswa tidak termasuk dalam skema Bantuan Langsung Tunai. Apakah ini semacam sebuah politik penenang untuk gerakan Mahasiswa ?
Pramudya yang dulu berharap bisa diterima menjadi anggota PRD, tentu kecewa jika tahu melihat Budiman masuk ke dalam pusaran PDI-P. Terasing mengurusi onderbouw sayap organisasi buruh di partai itu.
Apakah menjadi pemimpin harus pragmatis juga ? siapa tahu.
Ada hal lain yang mungkin membuat gerakan mahasiswa sekarang berbeda dengan masa masa silam. Jelas pemerintah lebih bersikap demokratis dan tidak seenaknya memburu mereka. Apapun perbedaannya. Jauh sekali kemungkinan mereka diintimidasi, diculik atau dipenjara tanpa alasan. Jadi kenapa harus takut.
Mari maju dan kepalkan tanganmu untuk rakyat. Res publica
Hari ini saya menantang, mencari pemimpin itu.
Jika hari kemenangan itu tiba, pemimpin itu akan kembali menjadi seorang Anton yang hanyut dalam romantika kampus atau para koboi yang pagi pagi buta meninggalkan sebuah kampung di mexico yang telah diselamatkan.
Coba renungkan sebuah petikan Lao Tsu,tentang pemimpin.
To lead people, walk beside them.
As for the best leaders, the people do not notice their existence. The next best, the people honor and praise.
The next, the people fear and the next, the people hate .
When the best leader’s work is done
the people say ‘We did it ourselves!’
74 Comments
arif
May 30, 2008 at 8:21 amSebaiknya kita jangan asal membela mahasiswa. Kasus Unas – Polisi misalnya. Siapa yang duluan menyerang? Siapa yang duluan melemparkan batu atau benda-benda lain?
Kabarnya, sebelum polisi merangsek ke kampus, mahasiswa menyerang polisi yang sedang istirahat. Apakah demo harus dengan batu?
Raja Huta
May 30, 2008 at 9:14 amPemimpin mahasiswa ?
Sejak kapan sih mahasiswa kita bisa jadi pemimpin ? Memimpin diri sendiri saja mereka tak mampu. Yang sekarang kelihatan militan, dan bahkan radikal tak menentu, itu semua hasil kesepakatan. Sudah ada paket-paketnya. Ini mah sudah rahasia umum di kalangan pergerakan.
Kenapa mahasiswa tidak perduli dengan penderitaan rakyat Sidoarjo, terutama yang terpaksa bertahan di zona maut itu ? Kenapa mahasiswa diam ?
Sorry, aku jujur mengatakan : sangat pesimistis terhadap mahasiswa kita. Aku lebih percaya dan berharap pada profesional seperti Mas Iman; karena dari awal sudah independen dan punya kesempatan membangun integritas.
Menurutku, motor kelas menengah kita adalah orang-orang seperti Mas Iman, termasuk mereka yang sepintas terlihat sebagai money hunter yaitu orang-orang pemasaran. sekali mereka peduli dan punya idealisme, dahsyat! Sedangkan aktivis mahasiswa tujuannya adalah jadi birokrat atau antek politisi-politisi busuk.
Horas.
Nazieb
May 30, 2008 at 6:05 pmNdak nyari mahasiswa yang nyepak kepalanya Pak Pulisi itu Mas?
[H]Yudee
May 30, 2008 at 6:21 pmmahasiswa sekarang kalo berdemo makin aja memuakkan …
bukannya menyelesaikan masalah tapi malah menambah masalah ….
bukannya menyampaikan opini tapi malah merusak kenyamanan rakyat !! itu mau disebut mahasiswa …..
bangzenk
May 30, 2008 at 9:20 pm@R
bangzenk
May 30, 2008 at 9:29 pmmaaf mas Iman, kayaknya barusan ada trouble. saya bersepakat, pergerakan mahasiswa hari ini kurang terorganisir. perlu pemimpin mahasiswa yang benar-benar bisa mengakomodir pergerakannya.
meski sy bukan aktivis ’98 setidaknya sy bs merasakan bahwa menjadi aktivis mahasiswa itu luar biasa berat. di mata masyarakat diremehkan di mata direktorat dikucilkan di mata teman-teman disisihkan, wajar jika jarang orang mau bergelut dengan aktivitas kemahasiswaan.
menaggapi tulisan Neno, pada intinya tetap kita harus bertindak dengan nurani kerakyatan 🙂 sehingga tidak kebablasan..
menanggapi Raja Huta, jangan mengeneralisir. tidak semua mahasiswa begitu. sy mungkin tidak bisa mewakili, sebagai informasi sj. alhamdulillah saat ini sy dpt beasiswa untuk studi di Belanda, setelah sebelumnya sy disibukkan dengan aktivitas sy sbg ketua BEM KEMA POLBAN. ini hanya contoh, masih banyak contoh aktivis mahasiswa yang bisa memimpin dirinya, bahkan memimpin masyarakatnya. percayalah.
salamhangat.
-dari belanda yg dingin
yati
May 31, 2008 at 9:47 amhidup adalah perbuatan
perjuangan adalah pelaksanaan kata2
sayangnya lom ada yang bisa ngelakuin itu. budiman ke PDIP. Rama Pratama? hiks… bukannya 98 dulu dia kek artis doang? dan kini mendekam manis di PKS. Adian Napitupulu-Forkot? dia emang ga masuk parlemen, sibuk ngurusin warnet untuk menghidupi anak istri. kabar terakhir mulai deket ma PDIP juga? ouh….entahlah
mahasiswa sekarang? doh! pragmatis
mantan mahasiswa
May 31, 2008 at 10:15 pmapa yang tampak, belum tentu merepresentasikan hal sebenarnya…
sy masih bersinggungan dengan adik2 mhs di kampus sy..dan sy tau, ada banyak hal konkrit yg mereka lakukan kepada masyarakat. dan itu tidak terblow-up.
kalo yang sering terlihat di publik adalah sosok yang (nampaknya) tidak berbuat banyak, bisakah kita generalisir semua mhsw atau mantan petinggi mhsw, demikian juga adanya?
well,
jangan2 kita jg hanya bisa menuntut dan berbicara…
indra
May 31, 2008 at 10:16 pmapa yang tampak, belum tentu merepresentasikan hal sebenarnya…
sy masih bersinggungan dengan adik2 mhs di kampus sy..dan sy tau, ada banyak hal konkrit yg mereka lakukan kepada masyarakat. dan itu tidak terblow-up.
kalo yang sering terlihat di publik adalah sosok yang (nampaknya) tidak berbuat banyak, bisakah kita generalisir semua mhsw atau mantan petinggi mhsw, demikian juga adanya?
well,
jangan2 kita jg hanya bisa menuntut dan berbicara…
sluman slumun slamet
May 31, 2008 at 10:42 pmmantan aktivis ituh kini ada di cipinang dan senayan….
ahhh entahlah… saya jadi pecah ndase mikirkan ini…
dian
June 1, 2008 at 3:04 ammahasiswa ? kalo SHG masih idup, jangan2x sama aja kayak yg laennya. dulu banget aku pernah nulis ttg kayak gini.tapi tentu saja asal ceplos, gak sekeren mas iman hehhehe
Donny Verdian
June 2, 2008 at 11:03 amDunia memang tampaknya tak pernah menyisakan orang2 terbaik untuk tetap hidup! SHG, Soekarno, PAT dll nya.. ya sudah pergi…
Embun
June 3, 2008 at 9:00 amTKR bersatu melawan Belanda (1945 – 1949)….. sudah sejarah!
Mahasiswa melawan Penguasa (1974 – 1998)….. menjadi sejarah!
Blogger melawan penguasa (2001 – …..????)
Benar juga kata mas Iman, kalau selalu ada penyusup yang ditanamkan oleh musuh. Diantara blogger pun ada yang mencoba membentur dari dalam. Bahkan ada yang melihat blog adalah trend sesaat yang tidak meungkin dipakai sebagai bentuk perlawanan.
Supir Bemo
July 5, 2008 at 6:37 am@Embun
Wah, akhirnya ada juga yang mikir sampe sini… Jadi kalo blogger demo, tidak perlu khawatir ada bau sangit ban terbakar, atau suara pecahan kaca, atau batu-batu berserakan di tengah jalan… lebih-lebih macet…. sudah jangan dihitung!
Toh perlawanan tak mutlak harus pake pentungan, Tak mutlak harus menjahit mulut atau Tak mutlak harus merobohkan pagar…
Pun tidak perlu harus selalu melawan. sebab melawan itu butuh lawan… perlawanan… Mengapa kita harus melawan sementara kita bisa berkawan?
@Mas Iman
Apa kiranya perlu untuk menulis artikel “Dicari Pemimpin Blogger” ???
Hehehehe…
Mari…..
Makki
January 30, 2009 at 1:34 pmSaya justru memandang bahwa loyonya gerakan mahasiswa karena istilah gerakan senantiasa dimaknai sebagai usaha politis yang bersifat vertikal, yakni antara pemerintah dengan rakyat. Ini kan pandangan ala Marxis yang selalu melihat segalanya sebagai konflik antara dua kelas. Pada gerakan mahasiswa yang bersifat vertikal saat ini tidak relevan lagi, paling tidak belum saatnya. Bagaimanapun kita tahu, begitu banyak uang dari Senayan yang mengalir untuk mendanai “jalan-jalan gratis” mahasiswa di depan istana atau gedung DPR. Tidak jelasa lagi siapa kawan siapa lawan, yang ada siapa yang ngasih sekadar receh atau gepokan
Bagi saya saat ini lebih efektif jika yang dilakukan adalah gerakan horizontal dengan melakukan pendampingan-pendampingan kepada masyarakat untuk memberikan kesadaran dan berbagi perspektif. Selain mengembalikan mahasiswa kepada akarnya, jalan ini justru punya potensi untuk mengestimasi gelombang gerakan yang lebih besar dan padu.
@Suwun, Mas. Salam kenal. Blognya berdedikasi.
Acip
March 22, 2009 at 8:36 ammungkin dah telat ikutan komen..tapi setuju dengan mas didut..rata2 orang yg idealis,klo dah masuk di ‘sistem’ pemerintahan kita langsung ilang idealisnya…entah karena saking kuatnya pemimpinnya atau udah merasa nyaman duduk disana…
ps:saya jg kecewa ama mas Budiman Sudjatmiko..mudah2an dia msh ingat sama apa yg pernah diteriakan dulu…:-(
zoel_president
April 7, 2009 at 11:47 ammahasiswa hari ini akan membentuk sejarahnya sendiri. mas2 di atas boleh meneriaki lantang Budiman S., tp ingat: ap yg mas2 di atas udah lakukan lebih baik daripada “sang pengkhianat pergerakan”? (baca: Budiman S.) saya masih bergelut disini..jd masih pasti ‘anget2nya’ di pergerakan. tp buat mas2 yg hr ni uda kelar sebagai mahasiswanya, GIMANNNAAA….????? …hhh, Bem Bandung Raya gk punya konsep yg jelas, sayang… gigi siy punya, tp gk erkonsep. so…..aksi tanpa konsep? hanya letupan yg tak perlu…
bambang
March 27, 2010 at 6:47 pmAdian Napitupulu Cs (Forum Kota) Mana kaga dibahas kurang pengalaman penulisnya neh, makanya cari data yang seimbang, UI tuh kaga mau turun ke jalan ,kecuali dijamin abang2 nya yg di dpr hasil 97 alias penghianat bangsa,antek soeharto,FORKOT ini yang bikin kocar-kacir Suharto Cs
yogie_sang pejuang
May 21, 2010 at 10:55 pmwoooyyy…
pada gag kongkret tau gag…
apakah mahasiswa yg di bilang kaum intelektual dalam melakukan perubahan tu hanay bisa berdiri di jalan dan berteriak tentang perubahan ???
hanaya bisa demo..
satu kalimat tuk mahasiswa seperti itu GAG KONGKRET…
ADVOKASI SETENGAH MATANG… mending telor setengah matang deeehhh…
kebijakan secara vertikal di advokasi,, tapi imbas kebijakan tetap mengalir secara perlahan tanpa ada yg peduli,, tanpa ada yg mengadvokasi..
selamat tuk para koboi – koboi jalanan, yang senantiasa bekerja tanpa pamrih..
tapi hati – hati dan jangan marah jika suatu saat nanti ada koboi baru yg menembak mu seperti masa lalu mu…
orbaSHIT
June 10, 2010 at 2:03 pmperan progresif mahasiswa belakangan ini telah ternodai oleh aksi2 demo bayaran dan kerusuhan…wajar masyarakat menjadi antipati…momen “revolusi” mei ’98 telah pupus oleh diambilnya “jalan tengah” oleh para “reformis”…saat itu suharto+golkar+AD sudah terpojok…rakyat+mahasiswa2 progresif sudah bersiap melakukan demo habis2an (dan mungkin akan ada pertumpahan darah yang masif—>diawali oleh insiden trisakti) plus untuk jangka panjang akan melakukan taktik gerilyawan kota ,kalangan militer pun sudah terbelah, kebingungan akut melanda pentolan2 ORBA namuuuuuun…para pembajak2 opurtunis melakukan penjegalan di tengan jalan dan berakhirlah gerakan mahasiswa…
JAKA PRATAMA SAMUDRA
August 3, 2010 at 8:02 pmpergerakan mahasiswa harus abadi agar tiap kebijakan pemerintah tetap ada yang mengontrolnya,terlepas dari gosip-gosip pergerakan yang di tunggangi.Peran mahasiswa mesti tetap objektif berpihak kepada rakyat…bukan yang lain.HIDUP RAKYAT…HIDUP MAHASISWA…
Reny
August 9, 2010 at 10:09 amkawan,
saya sebagai mahasiswa sangat sedih dan sedikit sakit hati dengan komentar-komentar di atas. kalian tidak bisa menyamaratakan perilaku dan pemikiran mahasiswa seperti itu, suka bikin onar, hanya menyejar kekuasaan dan uang, dsbnya.
banyak juga mahasiswa yg sadar akan pentingnya pembaharuan, peduli terhadap lingkungan, berjiwa sosial, dan berusaha untuk mengubah diri menjadi orang yg lebih baik nantinya.
saat ini, kami sedang belajar dan menimba ilmu pengetahuan, mencari jati diri yg sesungguhnya, berusaha untuk bertransformasi menjadi sosok yg beridealisme nantinya serta menjadi pemimpin yang dapat mendengar, memahami dan melakukan untuk rakyat yg akan dipimpinnya suatu hari nanti.
terima kasih atas tulisan yg menyadarkan banyak orang terutama mahasiswa akan pentingnya idealisme dan semangat untuk melakukan pembaharuan ke arah yg lebih baik.
Acells
June 25, 2012 at 2:38 pmYg kita perlu adalah sosok spt Soe Hoek Gie … Bukan spt Rama Pratama, seorang mantan aktivis 98 yg akhirnya terkena gosip korupsi … Ato aktivis yg lainnya spt kasus Banggar DPR. Mungkin skrg kebykan aktivis mahasiswa adlh spt teman2nya Soe Hoek Gie yg awalnya aktivis – lalu jd anggota yth dewan – lupa akan kulitnya … Jd yg pinter adalah politisi yg pinter merayu mahasiswa , dan membuat mereka menjd politisi kampretooo …. kasian benerrr yak!
orbaSHIT
June 27, 2012 at 4:42 pm@Acells soe hok gie itu NAIF bukan idealis….ia tidak sadar dimanfaatkan ORBA selama periode bulan madu mahasiswa-militer 1966~1968….akhirnya sadar juga seeh tp udah telat 😛 sama ajahlah kek angkatan 66 mereka juga opurtunis tulen kok (sofian wanandi,cosmas batubara,abdul ghafur,chritian wibisono,harry tjan silalahi cs)…power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely!