dari Wonosobo ke Malang

Apa yang dibayangkan tentang sebuah kota kecil yang bernama Wonosobo. Bayangan dingin, kabut dan gunung gunung melintas. Juga tembakau dan sayur mayur. Ketika seorang Belanda, HC Cornelus menemukan reruntuhan candi di kawasan, yang sekarang dinamakan dieng pada tahun 1814. Ia berpikir telah memecahkan salah satu rahasia pusat kebesaran jawa di masa silam.

Ternyata Wonosobo lebih dari itu. Ini tidak salah, karena sebelumnya Gubernur Jenderal Raflles – yang sangat tergila gila dengan aspek historis suatu wilayah – mengatakan dieng masih lebih menarik – secara spiritual – dibanding Borobudur.
Perjalanan menuju Wonosobo dari Yogjyakarta kali ini melewati Sapuran, memotong jalan dari arah Borobudur. Rute ini dipilih untuk mempersingkat waktu. Sekaligus menjadi pemandangan yang indah dengan melewati jalanan menanjak dan berkelok diantara sawah sawah dan tebing.
Setidaknya menjadi terapi yang menenangkan terutama karena keterlambatan jam keberangkatan maskapai Garuda yang kesekian kalinya.

Sisa sisa lebatnya hutan masih terasa disisi jalan. Tak salah kata Wonosobo memang berasal dari bahasa sansekerta , Vanasabha yang artinya tempat berkumpul di hutan.

Ini adalah perjalanan undangan dari komunitas blogger Wonosobo yang dengan antusias menyelenggarakan wisata blogger yang difasilitasi oleh bupati Kholik Arif yang sangat peduli untuk mempromosikan Wonosobo . Tentu saja melalu blog.

Bola salju komunitas blog di segala penjuru negeri membuktikan bahwa blog juga bukan trend sesaat, seperti yang ditakutkan. Selalu ada orang orang yang ingin menjadi bagian dari terang dunia. Bagian dari penyuaraan ekpresi.
Sang bupati tidak salah, kalau mempercayai blog akan memegang peran yang penting ke depan nanti.

Komunitas blogger Serayu telah dibuat untuk menyuarakan Wonosobo, local contentnya dan sisi sisi lain yang tidak sekadar gunung dan kabut. Tyovan bersama teman temannya walaupun masih muda namun bisa menjadi tuan rumah yang baik. Mereka juga memberikan oleh oleh special Carica dan jamu purwaceng . Mantap.

Hari hari memang akan dipenuhi dengan perjalanan. Setelah dari Wonosobo, malam ini saya sudah duduk bersama teman teman, Dita, Chika, Fanny, Hanny, Sandy di restaurant Oen , Malang.
Blogshop – rangkaian Pesta Blogger – akan digelar dengan menyambangi Malang sebagai tujuan pertama. Blogger Workshop dengan wajah wajah baru yang akan belajar dan ingin tahu tentang blog. Selanjutnya komunitas Blogge Ngalam akan meneruskan acara kopdar setelah ini.

Jangan salah. Dalam percakapan dengan salah pimpinan redaksi Malang Post , disela sela media visit malam ini. Mereka mengakui – para juragan media cetak – bahwa blog dan juga media online adalah ancaman yang paling nyata yang akan membuat koran kehilangan ceruk pasarnya kemudian hari. Dan sesuai ramalan para visionaris bahwa koran akan mati pada tahun 2040.

Sementara ada yang bilang umur blog, dalam arti konsistensi orang menulis paling lama 5 tahun. Entahlah benar atau tidak. Tapi saya percaya selalu ada orang orang baru seperti wajah wajah yang akan saya temui nanti dalam blogshop.
Dalam alam demokrasi, informasi memegang kekuatan yang luar biasa. Merekalah penerus suara suara demokrasi ini.

Udara sejuk Malang, dan Hotel Tugu yang eksotik sekaligus spooky membuat saya tak selalu merasa sia sia untuk membagi kegembiraan ini. Hanya satu yang membuat saya jengkel hari ini. Garuda kembali terlambat sejam.