Browsing Category

BERBANGSA

Lagi : Islam Sontoloyo

Sontoloyo, kuwi ateges wong kang nduwèni panggawéyan angon bèbèk. Mulanè ana tetembungan ‘Sontoloyo, angon bèbèk ilang loro’. Terjemahan : “Sontoloyo adalah orang yang memiliki pekerjaan sebagai penggembala bebek. Oleh sebab itu, ada ujaran, ‘Sontoloyo, menggembala bebek hilang dua’.
Sementara menurut kamus kata lainnya. Arti Sontoloyo : konyol, tidak beres, bodoh (bisa dipakai sebagai kata makian )

Bung Karno pernah memakai istilah ini ketika menggugat kelakuan umat yang membela aturan fikih, padahal ada yang berkonsekuensi menjadi dosa menurut agama, namun dihalalkan menurut fikih itu sendiri. Rasa geramnya terhadap praktek pat gulipat terhadap agama ditulisnya dalam artikel berjudul “ Islam Sontoloyo “ yang dimuat majalah ‘ Panji Islam ‘ pada tahun 1940. Tentu saja jika Bung Karno masih hidup, tentu saya akan meminta dia untuk mengecam para penganut Islam di jaman sekarang yang masih saja sontoloyo.

Islam sebagai agama mayoritas ternyata telah menggoda orang orangnya dengan bungkus syariat untuk bertindak seolah sebagai satu satunya pemilik sah negeri ini. Pemaksaan , ancaman dan kekerasan adalah cara yang paling mudah untuk memaksakan sebuah ide besar tentang negara Islam yang ideal.
Bukan omong kosong, jika eskalasi jumlah kekerasan terhadap kaum minoritas atau bahkan mayoritas yang berseberangan semakin meningkat. Cara cara preman untuk memberangus kemajemukan dan demokrasi itu sendiri. Akhirnya Islam menjadi alat pemukul. Benar benar Sontoloyo.

Continue Reading

Potret Buram 2011 – Catatan Kaleidoskop

Beberapa catatan tahun ini, diantaranya kekerasan terhadap agama agama minoritas masih merupakan catatan serius yang harus diperhatikan.

Tentu saja yang paling banyak menyita perhatian adalah kasus GKI Yasmin yang sepanjang tahun hampir mendominasi pemberitaan time line setiap minggu pagi.

Puncaknya hari Natal. Aparat menutup jalan menuju lokasi dan para pendemo massa Islam garis keras berteriak teriak menolak kehadiran jemaat yang ingin berdoa di hari Natal.

Sejarah kekerasan terhadap agama Kristen sudah terjadi sejak dulu. Ketika pasukan Mataram menyerang benteng garnisun VOC di Kartasura tahun 1741. Mereka menawan Komandan VOC, Kapten Johannes Van Helsen serta anak buahnya. Orang orang Eropa yang menyerah diberi pilihan. Bergabung dengan Mataram dan wajib konversi agama Islam atau yang menolak – menghadapi hukuman mati.

Banyak prajurit Eropa yang memilih pindah ke agama Islam sementara Van Velsen menolak dan dihukum mati. Kemudian benteng VOC di Kartasura di hancurkan.

Sebenarnya tidak melulu monopoli Islam. Kerajaan Portugis dan terutama Spanyol, membawa pesan Raja Ferdinand serta Ratu Isabella untuk membawa pesan untuk mendirikan kerajaan Tuhan di seluruh muka bumi. Tidak heran, bekas bekas jajahan Portugis atau Spanyol umumnya beragama Katolik.

Jauh sebelum sekarang, Pada tahun 628 Nabi Muhammad SAW mengeluarkan Piagam Anugerah kepada biarawan St. Catherine Monastery di Mt. Sinai . Berisi beberapa klausul yang melingkupi aspek-aspek hak asasi manusia termasuk perlindungan bagi umat Kristen, kebebasan beribadah dan bergerak, kebebasan untuk menunjuk hakim-hakim dan menjaga property mereka, pembebasan dari wajib militer, dan hak untuk dilindungi dalam perang.

Ini menjadi tragis karena pemimpin kita sendiri, Presiden SBY acap kali ragu dalam menjalankan konstitusi, khususnya kebebasan beragama. Dus pendirian gereja Kristen Yasmin yang secara notabene sudah mempunyai kekuatan hukum tetap, setelah MA menganulir keputusan Pemkot Bogor.

Continue Reading

Catatan tentang menyebarkan semangat positif

Seorang Christopher Columbus dari Genoa berjanji kepada Raja Ferdinand dan Ratu Isabella, untuk menemukan kepulauan yang bersentuhan dengan Hindia, dengan berlayar dari titik yang paling barat di kepulauannya. Ia meminta kapal dan segala perlengkapan untk berlayar dan tidak hanya menjanjikan penyebaran agama Kristen, namun jaminan membawa pulang mutiara, rempah dan emas dengan jumlah yang melampaui imajinasi paling liar sekalipun.
– Catatan Peter Martyr, De Orhe Novo , 1530

Kutipan diatas menjelaskan bagaimana kepulauan rempah Hindia sejak abad pertengahan menjadi incaran para penjelajah Eropa untuk menemukan dunia baru. Ketika orang orang Eropa dalam abad pertengahan masih mengkonsumsi makanan yang rasanya hambar, tidak enak – karena rendahnya taraf kehidupan disana, Sementara di negeri Hindia sudah biasa mencampur lada, jahe, kayu manis dan cengkih untuk menyamarkan rasa asin dan mengawetkan daging serta makanan agar tidak cepat membusuk.
Kisah selanjutnya adalah sejarah yang menuliskan ketika Hindia, kelak bernama Indonesia menjadi tanah jajahan dari negeri negeri penjarah berkulit pucat yang berawal dari pencarian rempah rempah.

Semua ini saya kaitkan dengan Anies Baswedan yang menyampaikan orasinya di pembukaan hajatan ON | OFF kemarin.
Sebuah pidato yang inspiratif tentang bagaimana mengkonstruksikan Indonesia dengan pikiran positif. Sebuah ide besar tentang Indonesia tidak dimulai hari ini. Tapi ketika Soekarno – Hatta membuang pikiran pesimisnya tentang modal dasar pendirian republik ini.
Dikatakan, untuk jumlah penduduk 70 juta orang, hanya terdapat sekolah setingkat SMA sebanyak 95 buah dan sekitar 300 an sekolah dasar. Sehingga jumlah penduduk yang buta huruf hampir 95 persen dari keseluruhan populasi.
Tapi semuanya tidak mengurungkan niat para bapak bangsa untuk tetap optimis mendirikan republik ini.

Continue Reading

Fanatik Keblinger

Seorang Kiai NU pernah bercerita tentang bagaimana Wali Sanga menggubah wayang kulit sebagai media dakwah. Diceritakannya tentang Pandawa Lima. Urutan mereka, Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa mengandung rukun Islam yang lima.
Yudhistira adalah lambang syahadat, orang yang memegang teguh kalimah Thayyibah dan risalah mempunyai sifat sifat seperti dimiliki Yudhistira, yakni kejujuran dalam segala ucapan dan perbuatan.

Bima alias Brotoseno adalah lambang rukun Islam yang kedua, yaitu sembahyang lima 5 waktu yang tidak bisa ditawar. Dimana saja, dalam keadaan – sakit , sehat. Cocok dengan sifat Bima yang tegas, memperlakukan semua orang sama. Tidak dibeda bedakan.

Arjuna merupakan lambang rukun Islam ketiga, yakni Zakat. Berzakat dengan sendirinya orang harus mempunyai harta kekayaan. Semua orang mendambakan kekayaan. Persis seperti Arjuna yang disenangi semua orang, bahkan dipandang lanang ing jagad.

Lalu Nakula dan Sadewa merupakan lambang rukun Islam ke empat dan ke Lima. Sebagaimana puasa dan haji. Tidak dikerjakan setiap hari, dan ada persyaratan tertentu. Demikian pula tokoh Nakula dan Sadewa tidak sembarang waktu ditampilkan dalam lakon wayang.

Apa yang dipikirkan Wali Sanga jika ternyata tokoh tokoh wayang ini di robohkan, dalam sebuah arak arakan kekerasan oleh sebagian orang di Purwakarta baru baru ini. Apa salah Semar dan Gatot Kaca ? Mereka hanya simbol budaya yang jauh lebih lama hidup sebelum agama Islam datang.
Persoalannya bukan urusan patung patung yang dianggap musrik. Ini bagaimana kita mengingkari sejarah. Tidak ada yang bisa mengklaim sebagai pemilik orisinal budaya di negeri ini. Bukan juga budaya Islam, Kristen atau hindu.

Continue Reading

Sepenggal pemikiran tentang Kemerdekaan

Kita selalu memikirkan proklamasi dengan renungan beratnya jaman penjajahan. Orang orang Belanda dan Jepang adalah musuh yang yang harus dibasmi habis. Bahkan ketika malam menjelang pagi tanggal 17 Agustus 1945. Para golongan muda masih mencari musuh bersama, yakni golongan tua yang dianggap sebagai kaki tangan Jepang. Padahal tujuannya sama sama mulia. Ingin secepatnya memerdekan Indonesia.

Sejak awal para golongan muda sudah merasa Soekarno , Hatta dan golongan tua lainnya sebagai pengecut, tidak percaya diri karena masih tergantung dengan panitia persiapan kemerdekaan bentukan Jepang.
Lihat saja teks proklamasi versi Sukarni yang mewakili golongan muda “ Bahwa dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Segala badan badan Pemerintah yang ada harus direbut oleh rakyat, dari orang orang asing yang masih mempertahankannya “.

Isi teks ini tentu saja tidak memuaskan Soekarno – Hatta yang khawatir jika Jepang akan menghantam rakyat habis habisan.
Adu urat leher menjelang sahur, akhirnya mencapai kesepakatan. Sayuti Malik mengetik naskah proklamasi tersebut.
“ Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal hal yang mengenai perpindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya “.

Continue Reading

Masih. Pancasila

Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah dikemukakan, macam-macam, tetapi alangkah benarnya perkataan dr. Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari persatuan philosophische grondslag, mencari satu “Weltanschauung” yang kita semua setuju: Saya katakana lagi setuju! Yang Saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hadjar setujui, yang Saudara Sanoesi setujui, yang saudara Abikoesno setujui, yang saudara Lim Koen Hian setujui, pendeknya kita semua mencari modus. Tuan Yamin, ini bukan kompromis, tetapi kita bersama-sama mencari satu hal yang kita bersama-sama setujui. Apakah itu? Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang untuk sesuatu golongan? Mendirikan negara Indonesia Merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan?

Ini bukan kebetulan, bahwa nama Lim Koen Hian – disamping nama Baswedan – disebut berulang ulang oleh Bung Karno dalam pidatonya tentang dasar negara dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosaki tgl 1 Juni 1945.
Dua nama tersebut bisa menjadi sosok identitas ‘ bukan pribumi ‘ dalam sebuah bentukan negara baru. Satu keturunan Tionghoa dan satu lagi berasal dari Arab.
Bung Karno sekali menegaskan pentingnya asas kebangsaan yang melandasi kehidupan bernegara.
”Lupakan itu Daratan China, lupakan itu Hadramaut. tanah airmu bukan di sana, tetapi di sini, di Indonesia.” Itulah filosofi kedua orang tersebut. Dan sekian puluh tahun kedepan Pancasila menjadi sebuah dogma.

Saya adalah generasi yang besar ketika dogma Pancasila memasuki ruang hidup sehari hari. Urusan bertetangga, agama, perkawinan, kampus sampai afiliasi politik. Poster Pancasila menghiasi ruang tamu dirumah rumah. Mata pelajaran Pancasila atau kewarganegaraan menjadi ilmu pengetahuan dasar. Pak lurah akan menyelipkan Pancasila ketika bicara tentang panen di desanya. Seorang Dirjen akan bicara Pancasila disela sela upacara bendera di kantornya. Bahkan seorang Kuntilanak – ini nyata dari sebuah film pada masa orba – bicara Pancasila kepada warga desa yang datang mengepungnya.

Continue Reading

Kebangkitan Nasional jilid 2 melalui media sosial

..tiap tiap mahluk, tiap tiap ummat, tiap tiap bangsa tidak boleh tidak, pasti akhirnya bangkit. Pasti akhirnya bangun, pasti akhirnya menggerakan tenaganya,kalau ia sudah terlalu sekali merasakan celakanya diri teraniaya oleh suatu daya angkara murka. Jangan lagi manusia, jangan lagi bangsa. Walau cacingpun tentu bergerak berkeluget keluget kalau merasakan sakit “

Demikian sekelumit pembelaan Bung Karno di Jl. Landraad Bandung tanggal 18 Agustus 1930. Pidato yang disusun selama 45 hari dengan tulisan tangannya sendiri dikenang sebagai “ Indonesia Menggugat “ kelak menjadi dokumen penting dalam melawan kolonialisme imperialisme di berbagai belahan dunia.
Bangsa ini pernah sekali bangkit dari tidurnya panjang di masa penjajahan. Salah satu faktor dari dalam negeri adalah pelaksanaan Politik Etis yang dijalankan oleh perusahaan Hindia Belanda sejak akhir abad ke-19, dalam usahanya sebagai balas jasa terhadap bangsa Indonesia yang telah memberikan kekayaan terhadap negeri Belanda.

Politik Etis dilaksanakan dengan maksud untuk menyejahterakan rakyat Indonesia, terdiri dari edukasi, trasmigrasi, dan irigasi. Dalam pelaksanaannya. Politik Etis lebih banyak ditujukan untuk menguntungkan kolonialisme Belanda sendiri. Dalam bidang pendidikan, misalnya agar nantinya pemerintah kolonial Belanda mendapat pegawai yang cakap dengan upah murah. Justru dengan pendidikan akhirnya bangsa indonesia menjadi melek dan tahu seharusnya melepaskan diri dari penjajah dengan menggunakan disiplin organisasi, sehingga lahirlah organisasi organisasi pergerakan nasional Indonesia, seperti Budi Utomo, Sarikat Islam dan Indische Partij.
Selain itu ada faktor dari luar negeri yang mendorong lahirnya organisasi pergerakan nasional Indonesia adalah peristiwa kemenangan Jepang atau Rusia dalam peperangan di Tsushima pada tahun 1905.

Continue Reading

Langit Makin Mendung

Dalam sidang lanjutan Pengadilan Negeri Jakarta tanggal 25 Febriuari 1970. Waktu itu atas pertanyaan Jaksa penuntut. Hans Bague Jassin , atau biasa dikenal HB Jassin mengatakan, bahwa meskipun diceritakan oleh Kipandjikusmin dalam ‘ Langit Makin Mendung ‘ itu bertentangan dengan aqidah agama Islam yang dipeluknya, tapi Jassin sebagai seorang sastrawan yang katanya hidup dalam dunia imajinasi tidak bisa melepaskan diri dan untuk tetap menghargai karya imajinasi seorang pengarang.
Keteguhan HB Jassin dijuluki Paus Sastra Indonesia, sebagai pemimpin majalah Sastra untuk tetap tidak membuka jati diri siapa sesungguhnya penulis yang memakai nama Kipandjikusmin.

Diceritakan dalam cerpen yang dimuat dalam majalah Sastra, terbitan bulan Agustus 1968. Nabi Nabi di sorga merasa bosan, lalu memutuskan untuk mengirim utusan turun ke bumi. Nabi Muhammad yang telah dipilih sebagai wakil utusan dipanggil Tuhan untuk diminta penjelasan.
Muhammad menjelaskan bahwa ia dirasa perlu mencari tahu mengapa akhir akhir ini sedikit sekali manusia yang masuk surga. Tuhan menjelaskan keadaan dunia yang makin bobrok dan tak ada gunanya lagi dilihat. Namun Nabi Muhammad bisa meyakinkan Tuhan, bahkan disertakan bersama Muhammad, si Malaikat Jibril yang bertindak sebagai pengawal.
Maka dimulai melihat negeri Indonesia yang 90 % penduduknya beragama Islam, namun memiliki pelacuran yang besar juga sarang kejahatan, konspirasi komunis ( waktu itu masih belum lama pemeberontakan komunis terjadi ) dan berbagai macam kemaksiatan.

Cerpen itu dituduhkan oleh Pengadilan dan beberapa tokoh Islam, telah menghina terhadap abstraksi dan Kemulian Tuhan serta Nabinya, Muhammad Saw. Jassin tetap bersikukuh tak mau membuka nama penulisnya dan berani menanggung akibat diseret ke pengadilan. Walau ia dibela oleh sastrawan lainnya, tak mengubah vonis penjara selama setahun.

Continue Reading

Tifatul menatap modernisasi

Dalam sebuah perjalanan kunjungan ke Wina , Austria. Suatu malam, Presiden Soekarno memanggil ajudannya, Letnan Kolonel Bambang Wijanarko. Ia perintahkan agar sang ajudan pergi keluar menuju klub klub malam yang bertebaran di kota itu. “ Pilihlah wanita lokal “ demikian pesannya, sambil tak lupa memberi bekal 150 dollar. Uang itupun bukan dari Bung Karno semuanya. Presiden Republik Indonesia itu hanya punya 50 dollar, lalu meminjam 100 dolar lagi dari M Dasaad, seorang pengusaha yang ikut dalam perjalanan itu.

Tentu saja saran memilih wanita lokal hanya gurauan. Walau disisi lain, bisa dijadikan saran sesungguhnya. Intinya bahwa Bung Karno ingin agar ajudannya yang baru pertama kali keluar negeri, bisa lebih terbuka wawasannya tentang dunia barat termasuk wanita wanitanya.

Sejak muda, memang Soekarno kagum dengan barat, khususnya modernisasi yang bisa membawa bangsa bangsa barat menguasai dunia. Dalam majalah “ Panji Islam “ tahun 1940 , ia menulis artikel berjudul ‘ Memudakan Islam ‘ yang memuji langkah sekuler yang dilakukan pemimpin Turki, Kemal Ataturk.
Bung Karno menyebut pemisahan agama dari negara yang dilakukan Ataturk sebagai langkah berani dan radikal.
Katanya, “Agama dijadikan urusan perorangan. Bukan Islam dihapuskan oleh Turki, tetapi Islam itu diserahkan ke manusia manusia Turki sendiri. Tidak kepada negara. Maka salahlah kita, kalau menyebut Turki itu anti agama, anti Islam. Salahlah kita kalau menyebut Turki seperti misalnya, Russia “.

Menurut Soekarno, apa yang dilakukan Turki sama dengan apa yang dilakukan negara negara barat dimana agama diserahkan kepada individu pemeluknya, bukan menjadi urusan negara. Ia percaya tidak saja di Turki, tapi dimana saja, jika Pemerintah campur tangan dalam urusan agama, akan menjadi halangan besar dalam kesuburan agama itu sendiri.
Kini Istambul berbeda dengan Karachi. Istambul menampakan sebagai kota modern yang bergerak terbuka sementara Karachi tidak modern dan memberikan kesan lingkungan yang tertutup. Suatu masyarakat tertutup disebut ethnocentris. Bangsa, suku, agama dilihat menjadi sebagai pusat segala galanya. Misalnya, orang Yahudi yang melihat dirinya sebagai bangsa terpilih – the chosen people.

Continue Reading

Pesan Natal dari Garuda didada

Suara gemuruh isi Stadion Gelora Bung Karno terlalu keras malam itu. Sorak sorai 88,000 manusia membahana bercampur dengan dentum kembang api dan bunyi pengeras yang memekakan telinga. Apa yang saya rasakan dan lihat dalam Piala AFF antara timnas melawan Philipina memang bukan sekadar pertandingan bola. Ini perwujudan sentimen kebangsaan yang menyeruak begitu saja setelah sekian lama terpendam.
Stadion kebanggaan ini sudah biasa menjadi saksi pertandingan pertandingan besar. Tapi terus terang tak ada yang begitu se-emosional seperti sekarang. Tiba tiba saya sadar bahwa kita masih memiliki sebuah entity yang dinamakan Indonesia.

Sudah lama kita merindukan kebanggaan kolektif atas bangsa ini, setelah terus menerus dianggap bangsa paria. Kita tak bisa apa apa melihat rakyat kita disiksa, dibunuh di negeri orang. Sekian lama kita cemas kalau bangsa kita terancam tak memiliki identitas lagi, setelah batik, lagu, makanan, tarian di klaim bangsa lain. Kita juga merintih sedih melihat pemimpin yang ragu ragu membela kepentingan rakyatnya.

Perjalanan bangsa ini semakin lama semakin mengalami pergulatan yang intens tentang penentuan jati dirinya sendiri. Barang kali para pendiri Republik ini tidak akan percaya bahwa kebinekaan yang sudah diusung sejak negeri ini didirikan terus tergerus. Orang orang yang diserbu dan diusir ketika sedang berdoa dalam gerejanya, dengan alasan tak memiliki izin administrasi. Issue dan simbol sebuah keyakinan minoritas terus dipertentangkan, sehingga pohon natal atau atribut sinterklas di mall mall dianggap sebagai ancaman.
Lembaga Agama atau organisasi massa tersebut mungkin melihat surga yang berbeda, dan keyakinannya yang kokoh membuat makna kemajemukan ini terasa getir. rapuh dan menyesakan.

Continue Reading

Sumpah Pemuda dan Jejaring solidaritas

Seorang pengamat asal Belanda, Van der Plas yang hadir dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 memberikan catatan menarik.
” Pemimpin Kongres, Soegondo tidak dapat memenuhi tugasnya dan kekurangan otoritas. Ia mencoba untuk berbahasa Indonesia, tapi tidak mampu membuktikan dirinya melakukannya dengan baik “
Disamping itu ia membuat laporan kesimpulan yang lebih jauh. Bahwa ada penolakan secara diam diam dari sebagian besar peserta terhadap penggunaan bahasa Melayu. Banyak orang Jawa, Sunda dan suku lainnya yang tampak tidak leluasa karena harus melepasakan bahasa Belanda atau bahasa daerahnya selama Kongres.

Namun Moh Yamin salah satu perumus konsep Sumpah Pemuda memang dengan gigih memaksakan pemakaian bahasa Melayu. Dia sendiri melakukan penerjemahan pidato Ny. Poernomowoelan yang berbicara dalam bahahsa Belanda tentang pendidikan dan lingkungan untuk anak anak. Walau sebenarnya tidak perlu dilakukan karena sebagian peserta berlatar belakang pendidikan Belanda, tetapi secara mengejutkan mereka justru berteriak teriak meminta diterjemahkan kedalam bahasa Melayu.

Ini menjadi tonggak karena, untuk pertama kalinya dalam sebuah pertemuan – kongres dalam masa penjajahan – bahasa Melayu, kelak Indonesia bisa diposisikan sebagai bahasa nasional yang membedakan dengan bahasa Belanda sebagai bahasa kolonial. Beberapa peserta kongres bahkan harus meminta maaf karena memakai bahasa Belanda dan tidak menguasai bahasa Indonesia.

Continue Reading

Jika saya berharap pada SBY

Hari hari terakhir minggu lalu, SBY memang disibukan dengan pilihan politik yang mungkin membingungkannya. Jangan salah, ini bukan masalah ragu ragu – seperti banyak orang menuding sifat dasarnya. Jika beberapa Presiden sebelumnya gemar bermeditasi ke petilasan atau tempat tempat sakral untuk mencari jawaban. SBY mungkin lebih mempercayai nalarnya, juga bisikan staff khususnya yang juga rajin memantau gejolak di jejaring sosial media.

Begitulah ia membatalkan kunjungannya ke Belanda. Sementara para wartawan, peserta rombongan yang sudah berada di atas pesawat semakin gelisah. Tambahan ransum pop mie dari pramugari untuk mengganjal perut, hanya menenangkan mereka beberapa saat.
“ Dalam waktu 45 menit, setelah konfirmasi dan mendengar pendapat Wapres dan menteri terkait. Saya memutuskan untuk menunda dan membatalkan “ Kata Presiden.

Ada untungnya anak lanang saya, mendadak googling Republik Maluku Selatan dan ingin tahu mahluk apa RMS itu. Bagus buat pelajaran sejarah. Tentu saja, SBY sangat mengenal sejarah gerakan separatis ini. Mertuanya, Jenderal Sarwo Edhie sangat mengagumi Slamet Rijadi – pendiri pasukan khusus, kelak RPKAD – yang gugur tertembak di depan Benteng Victoria, Ambon saat menumpas pemberontakan RMS tahun 1950. Saat itu ia baru berusia 23 tahun.
Ketika ‘ngapel’ semasa taruna di Magelang, SBY pasti mendengar cerita dari calon mertuanya, bagaimana keberanian Letkol Slamet Riyadi, mantan komandan Brigade Komandan Brigade V Wehrkreise I, menduduki Solo selama 4 hari pada masa perang Kemerdekaan.
Slamet Riyadi tak pernah takut datang, ke markas RMS di Ambon sana. Sedikitpun tak ragu ketika ia tak diijinkan membawa pasukan brigadenya yang sudah sehidup semati sejak perang kemerdekaan. Ia hanya diberi brigade pasukan eks KNIL untuk menumpas pasukan RMS – sebagian besar juga eks KNIL.

Continue Reading