Bergunjing kebenaran dalam blogsphere

Tetangga saya Ceceu Dede, dulu sangat memuja Aa Gym. Sebisanya ia menghadiri ceramah Aa Gym kalau sedang berkunjung ke Jakarta, atau ia sendiri pergi ke Bandung bersama rombongan ibu ibu lainnya. Tak sekalipun ia melewati acara acara si Aa di televisi. Kadang kala ia mengirimi saya kaset kaset ceramah, karena mungkin ia kuatir melihat kualitas agama bagi orang film seperti saya.
Setelah Aa Gym memutuskan mengambil isteri baru, mendadak sontak Ceceu Dede kehilangan arah pegangan hidup. Sehari hari Ce Dede hanya bergunjing dengan tetangga tentang si Aa. Tentu saja pasokan kaset kaset ceramah ke saya juga berhenti.

Aa Gym mungkin tidak peduli karena ia tak mengenal ibu ibu komplek. Tetapi saya jadi harus terbiasa mendengarkan gunjingan Ce Dede. Melelahkan dan tak bisa menghindar.
Salahkan Aa ? Benarkah Ce Dede ? Haruskah pemahaman tentang versi kebenaran menjadi perdebatan hakiki. Masalah fiqih, masalah moral, perasaan wanita yang dimadu semuanya, biarlah menjadi misteri dalam hati.

Tulisan ini karena – entah mengapa – saya mengalami degradasi tentang dunia blog akhir akhir ini. Bahwa komunitas ini tak jauh berbeda dengan komunitas tetangga di komplek, yakni kesukaannya bergunjing saat setiap orang tak bisa memaksakan versi kebenaran yang dipercayanya.
Tahukah kalau bapak itu memiliki simpanan ? Sudah mendengar kalau si anu sering menunggak uang iuran sampah bulanan ? Adakah yang tahu kalau si anu tak bisa membayar sampah karena memang benar benar tak memiliki uang.
Bergunjing sesekali masih masuk akal. Tapi terus menerus, buat apa.

Ini mungkin menjadi resiko sebuah pilihan – secara tidak sadar – ketika saya keluar dari tempat persembunyian dan memperkenalkan identitas saya di komunitas blog beberapa tahun lalu. Timbul hubungan antar manusia sekaligus membuka ruang konflik. Sekecil apapun. Berangkat dari sebuah pemahaman tentang kebenaran.
Padahal awal tujuan menulis di ruang maya, tak memiliki pretensi apa apa. Kecuali mewartakan gagasan dan hal remah remah lainnya. Diam diam saya merindukan rumah blogspot dulu , ketika saya tak peduli tulisan saya benar atau salah, tak tahu apa itu komunitas blog. Saya tak perlu mengenal secara personal orang orang yang saling berkunjung ke blog.

Dan sampai sekarang saya masih memiliki teman sejak awal saya memiliki blog seperti za , kodok ijo , maya , maryulis , kenny dan lain lainnya. Dan saya tak pernah bertemu.
Demikian pula komunitas blog, sebagaimana di kompleks kita terus bergunjing karena kita saling mengenal secara personal. Tidak seperti hidup di apartemen yang anti-sosial tetapi justru menghindari sikap saling bergunjing.
Apalagi bergunjing tentang kebenaran.
Siapa yang bisa menebak rahasia hidup ? Manusia mencari kebenaran tapi ia harus selalu bersedia dengan pengakuan, bahwa yang ia capai tak pernah benar benar bulat.

Tiba tiba saya teringat Ferdinand Magellan. Ia memang tidak seperti Galilieo yang berani menentang doktrin Vatikan bahwa matahari yang berputar mengelilingi bumi. Magellan tidak percaya bahwa bumi semacam pinggan, dengan jurang dalam di ujungnya. Ia juga tidak percaya bahwa Amerika dekat dengan Asia – kepulauan rempah rempah – sebagaimana yang Columbus percaya selama ini.
Tak bisa dibayangkan Magellan rela menempuh separuh dunia berjudi dengan maut hanya untuk membuktikan ambisinya bumi adalah bulat. Walau tidak jelas, kehormatan atau kekayaan yang dicarinya. Seandainya bukan karena kesalahan yang menganggap bumi rata seperti pinggan ceper. Seandainya tokoh agama dan berkuasa tidak menjadikannya sebagai kebenaran hakiki.

Seorang pengarang di Majalah Horizon bernama Sribulan mengutip Karl R Popper, ahli pikir ilmu pengetahuan, dalam Conjectures and refutations.
“ Aku akan memperkenalkan pengetahuanku yang secuil ini agar yang lebih baik dari aku dapat mengkaji kebenaran, dan dengan demikian membuktikan serta mencela kesalahanku. Dan dalam hal ini aku akan berbahagia bahwa aku menjadi salah satu alat yang memungkinkan kebenaran itu muncul “.

Karl R Popper menandaskan bahwa manusia bersifat salah. Karena manusia hanya dapat melancarkan dugaan dugaan – conjectures terhadap suatu perkara berdasarkan pengetahuan yang lama. Tak pernah ada kebenaran atau kepastian.
“ Diatas dugaan dugaan inilah hidup kita berjalan, diatas kesalahan dan kekeliruan lah hidup ini berubah. Dengan demikian pernyataan semakin baik dan berarti kalau semakin menyediakan lebih banyak kesempatan untuk disalahkan, untuk ditolak “

Menarik justru, Goenawan Mohammad memberikan pengajaran tentang istilah ‘ sophisme ‘. Dengan ‘ Sophisme ‘ seorang mengatakan ‘ tidak ada kebenaran ‘ padahal bagi yang menyatakan itu adalah ‘ kebenaran ‘ juga.

Aa Gym juga tak perlu mengemukakan kebenaran yang dia percaya, walau bagi sebagian orang itu terasa menyakitkan. Termasuk Cece Dede.
Saya juga tak perlu mengikuti pergunjingan di komunitas blog. Karena akan menguras energi dan membiaskan perspektif kita yang selalu mengagung agungkan prinsip kebenaran. Saya tak memiliki tendensi apapun dalam dunia blog. Tidak harus menjadi seorang tokoh panutan. Tidak juga berusaha menaikan peringkat di antara blog blog terpopuler di Indonesia. Biasa saja. Mengalir saja. Saya justru bingung bertemu seseorang dan ditanya, ” Mas, pakai black SEO ? “.
Bagi saya dunia blog tidak sesakral itu, yang harus menjadi hidup matinya nafas kita.
Saya telah memiliki pencapaian karir, pengalaman hidup yang luar biasa di luar blog. Tentu ada pengakuan bagi pencapaian itu sekaligus tidak menghilangkan integritas saya .

Bukan kebetulan jika Werkudara dalam perjalanan di dasar samudera bertemu Dewa Ruci, harus belajar kebajikan tentang menahan diri dan sikap untuk mengalah. Dilatih untuk melepaskan hasrat duniawi. Tidak mudah menjawab itu, karena harus bertanya ke lubuk hati sendiri.
Tak ada jeleknya merenungkan kata kata Sribulan, “ Betapa malangnya dia yang ingin agar ucapan, dugaan dan pernyataannya diterima sebagai kebenaran dan kepastian tak tergugat “
Magellan yang berangkat mencari kepulauan Indonesia,tak pernah menemukan rempah rempah itu. Karena keburu terbunuh oleh penduduk asli Filipina. Namun, Victoria – sisa armadanya – yang bisa kembali ke Eropa membuktikan bahwa bumi adalah bulat.

Agaknya Aa Gym memang tepat bersikap seperti werkudara. Diam di dasar laut sambil menemukan inti kebajikan. Tidak penting apalah dia salah atau benar. Dengan keyakinan yang diperolehnya tak sukar bagi Werkudara untuk bertahan. Mestinya dia bahagia, dalam hening laut dan mulut yang tidak mengoceh.

You Might Also Like

65 Comments

  • arya
    March 8, 2009 at 3:16 pm

    di dalam ketenangan, sebuah perkara memang akan bisa dipandang dengan jernih. tetapi kalau grasa grusu, semuanya terlihat keruh mas.

  • gagahput3ra
    March 8, 2009 at 3:43 pm

    Kasus AA Gym itu emang kultus individu kelas berat y ternyata. 🙁 Banyak jg yg setelah dia kawin lg agamanya jd berantakan.

    Masalah kebenaran, ya, kebenaran dimata saya adalah kacamata yang dipakai, bukan apa yang dilihat. Jadi selama kita gak siap gonta-ganti kacamata untuk membuka pandangan, versi-versi kebenaran lengkap dgn ketakutannya akan tetap ada. 🙁

  • KiMi
    March 8, 2009 at 3:55 pm

    Ah, menyebalkan memang mendengar orang bergunjing. Apalagi yang digunjingkan hal yang itu-itu saja. Rasanya ingin menyumpal mulut mereka. Tapi yah mau gimana lagi? Jalan terbaik ya pergi saja kalau mereka sudah mulai membuka forum gosip. 😀

  • Yeni Setiawan
    March 8, 2009 at 4:12 pm

    Semacam setuju Mas, kebenaran tidak membutuhkan pembenaran karena kebenaran yang dibenarkan berarti adalah sesuatu yang dibuat-buat.

    Juga, apapun yang manusia lakukan pasti tidak akan pernah lepas dari pembicaraan manusia lainnya. Hukum alam hidup sosial.

  • Epat
    March 8, 2009 at 4:32 pm

    apapun medianya, gossip is menu utama XD

    *kembali ke gossip utama,
    vote mas iman untuk pesta blogger 2009!

  • hedi
    March 8, 2009 at 5:16 pm

    santai aja, mas…cuek, yg penting sampeyan ga (ikut) bergunjing

  • danalingga
    March 8, 2009 at 7:43 pm

    Mang ada gosip apa di dunia blog mas?

  • edratna
    March 8, 2009 at 7:47 pm

    Saya akhirnya pake moderator, karena juga adanya beberapa komentar yang diluar topik, udah gitu kalau nggak dijawab marah.
    Lha bagaimana, kalau tanya tentang hal-hal yang saya perlu waktu untuk menjawabnya, lha kadang untuk balas komentar aja udah sulit, ditambah perlu blogwalking, juga berselancar cari data-data yang perlu untuk pekerjaan.

    Itu memang risiko, kadang saya jawabnya rada saklek, dan berakibat orangnya tak datang lagi. Apaboleh buat, kadang memang kita harus memilih…dan segmen pembaca blog kan heterogen sekali. Padahal dunia blog, mestinya menganut kebebasan berpendapat dan tak memaksakan kehendak.

  • Andri Journal
    March 8, 2009 at 8:01 pm

    Yang penting terus berkarya mas Iman. Sebaik-baik manusia itu orang yang bermanfaat bagi manusia kan? Saya pikir mas Iman ini baik, karena bisa membuat postingan yang bermanfaat. 🙂 Kalo gak tahu duduk permasalahannya memang lebih baik diam saja. 🙂

    Salam.

  • Fenty
    March 8, 2009 at 8:58 pm

    Orang yang digunjingkan malah dapet pahala ya mas 🙂

    Aduh jadi malu, sering ngomongin orang … :p

  • Anang
    March 8, 2009 at 9:35 pm

    mengamati sekitar

  • kw
    March 8, 2009 at 10:16 pm

    wah, ada pergunjingan apa ya di blogspere?
    (* telatnya aku

  • Yoga
    March 8, 2009 at 10:20 pm

    Resiko itu saya pahami benar, sebelum memutuskan membuka diri dan ikut kopdar sesekali. Apalagi bergunjing itu adalah sifat alamiah manusia. Dalam kondisi, sebagian identitas saya telah terbuka, kerap saya merindukan saat identitas saya masih ‘misterius’ dulu. Walah jadi curhat.

  • mikow
    March 8, 2009 at 11:18 pm

    ada temen saya yg bilang gini mas.. “ah mereka cuma cemburu aja jadinya gitu, coba kalo mereka yg dijadiin istri sama Aa Gym. pasti akan lain ceritanya”

    saya cuma senyum2 aja dengernya 🙂

  • Ken Arok
    March 8, 2009 at 11:29 pm

    Ikut mengamati juga nggak ya… Hahaa…

  • didut
    March 9, 2009 at 12:00 am

    😀

  • Sharon
    March 9, 2009 at 4:43 am

    🙂

    saya juga merasakan hal yang sama… 🙁 *sigh*

  • DV
    March 9, 2009 at 5:02 am

    Tulisan ini dalam..:)
    Lebih dalam lagi karena persoalan praksisnya nggak dibuka dan disimpan dalam-dalam.
    Tapi sedikit banyak saya bisa menebak, apa sudah saatnya blogsphere ini dibikinkan InfoBLOGtaintment, Mas ? 🙂

  • dina
    March 9, 2009 at 5:25 am

    “Dengan keyakinan yang diperolehnya tak sukar bagi Werkudara untuk bertahan. Mestinya dia bahagia, dalam hening laut dan mulut yang tidak mengoceh…” love this part 🙂

  • racheedus
    March 9, 2009 at 7:16 am

    Posting di blog dengan menyebutkan langsung nama dan tanpa konfirmasi akhirnya bisa jatuh menjadi pergunjingan. Saya sendiri suka khawatir jika harus menyebutkan nama. Mau konfirmasi juga susah. Akhirnya, mungkin hikmah di balik berita yang perlu diungkap tanpa terjebak siapa pelakunya.

  • meong
    March 9, 2009 at 10:36 am

    the journey to within.
    selamat ya mas 🙂

    OOT. demen nih, ma episode werkudra yg karakternya blakasuta, ketemu dewa ruci.

  • -=«GoenRock®»=-
    March 9, 2009 at 6:20 pm

    Kasihan para Ibu2 yang merasa kehilangan figur seorang Aa Gym 🙄 Untung Ibu saya tidak mengidolakannya 😆

  • 09042009
    March 9, 2009 at 6:26 pm

    jangan lupa pemilu 9 april 2009

  • kenny
    March 9, 2009 at 6:53 pm

    wah aku kog sering ketinggalan gosip, nggak itu yg di blogspere….sekitarku(udah penuh ama cerita dari trio kwek2 ku), jgn2 malah aku yg kurang peduli heheheh.
    ada baiknya jg sih, hidup jadi gak kemrungsung :D.
    sudah menjadi lumrah manusia klo ngumpul ya disitu gosip muncul.

  • dony
    March 9, 2009 at 10:10 pm

    woah emang ada gosip ama mas ?

    saya juga sama mas … masih menganggap blog sebagai tumpahan ekspresi saya aja
    untuk komunitas, wah sayangnya saya tidak ada di komunitas apapun nih hehehehe 🙂
    jadi sedikit mungkin memang saya (masih) terhindar dari bergunjing 😛

  • -alle-
    March 9, 2009 at 11:19 pm

    Bergunjing sesekali masih masuk akal. Tapi terus menerus, buat apa.
    hihi,.. lanjutin gusip 😛

  • ezra
    March 10, 2009 at 2:08 am

    saya rasa filosofi jawa “ngeli tanpa keli” atau “menghanyut tanpa terseret arus” adalah sesuatu yang perlu diamalkan dalam hidup ini. kita sebaiknya menjalani hidup (dan semua tetek-bengeknya) dengan penuh kesadaran sambil selalu mengupayakan perbaikan keadaan

  • adi
    March 10, 2009 at 7:27 am

    tapi setelah bertemu dewa ruci, saat bharatayuda werkudara sampai hati memenggal kepala dursasana dan minum darahnya. kebijakan yg mana lagi ini ? 😀

  • biro292
    March 10, 2009 at 9:41 am

    kadang perbincangan yang kurang baik di sekitar kita bisa menularkan sisi negatif kepada kita, lebih-lebih pada lingkungan dekat misalnya, mudah-mudahan Mas Iman selalu terjaga integritasnya.. Amin

  • mufti
    March 10, 2009 at 10:06 am

    bergunjing mestinya di milis saja hahahaha

  • Sarah Putri
    March 10, 2009 at 10:30 am

    lho sekarang udah banyak terbit blogtaiment lho mas kaskus juga nyediain hahaha asik bisa cari duit dengan berburu gosip terhangat …tapia aku suka nggosip kalo di gosip si ogah

  • Indah Sitepu
    March 10, 2009 at 10:40 am

    bergunjing cukup bisik-bisik saja …. 😛

  • dony
    March 10, 2009 at 11:37 am

    mas kok comment ku awaiting moderation terus yah ?

  • Iman Brotoseno
    March 10, 2009 at 12:40 pm

    Adi,
    Tetap kita tak pernah bisa menebak apakah tindakan Werkudara meminum darah Dursasana di padang Kuruseta sebagai benar atau salah. Mungkin Werkudara juga manusia yang punya dosa sekaligus punya dendam, ketika ia dan keluarganya terlunta lunta dibuang dari Hastina. Mungkin ia menyimpan amarah ketika melihat Drupadi dilecehkan dan hendak ditelanjangi oleh Dursasana dalam permainan judi .
    Bahkan para dewa pun tak bisa menebak, menyalahkan atau membenarkan perang baratayudha.
    Werkudarapun tidak bisa otomatis masuk surga nantinya, ia tetap kalah dengan seekor anjing buduk – yang justru masuk surga – saat menemani perjalanan para pandawa lima menaiki puncak mahameru.
    Mufti,
    Ini menarik, ..milis kita anggap sebagai rumah sendiri, keluarga sendiri. Mungkin lebih baik bergunjing dengan keluarga sendiri – kakak, adik, bapak, istri,suami,ibu – daripada keluar dari rumah. Salah, benar, tendensius isi pembicaraan itu. Cukup di rumah saja, tidak keluar rumah he he

  • evi
    March 10, 2009 at 12:56 pm

    ga mau berginjing ah, nambahin dosa aja *dosanya udah banyak banget* 🙂

  • adi
    March 10, 2009 at 3:22 pm

    Kang Iman,
    Konon di pintu masuk surga anjing itu berubah jd Batara Dharma dan masuk bersama Puntadewa (yg padahal berdosa jg krn memakai istrinya sbg barang taruhan hehehe …). Wah, kok jd kayak milis wayang ini hehehehe ………

  • Agus
    March 10, 2009 at 3:40 pm

    wah si Mas Adi tetap nggak mau kalah aja,
    Khan inti tulisan Mas Iman, apapun salah benar, siapa pun tak berhak mengklaim kebenaran. Walau mempertaruhkan istri sendiri. Siapa yang berhak mengklaim kebenaran itu
    Justru itu dari kesalahan orang mempersepsikan si anjing, prejudice..tapi justru si anjing adalah dewa sendiri.

  • Lho
    March 10, 2009 at 5:16 pm

    @sarah : lha itu kok malah linknya ngasih isi milisnya cahandong….

  • Dony Alfan
    March 10, 2009 at 10:25 pm

    Hmm, ketenaran itu kadang membelenggu, bukan?
    Btw, saya juga x-blogspot mas 😀

  • haris
    March 10, 2009 at 11:34 pm

    istilah kerennya, “menunda kebenaran”–sebuah kelapangan utk tak merumuskan kebenaran dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, tapi terus menunda penemuan itu, supaya ada kemungkinan baru dari kebenaran yang bisa jadi ditemukan.

  • wowok
    March 11, 2009 at 6:48 am

    nice post mas iman…

  • meong
    March 11, 2009 at 12:46 pm

    ketika saya mencari sesuatu yg saya kira bisa membuatku merasa lebih baik, dan saya mencarinya di luar dari diri saya, biasanya saya mudah mengalami kekecewaan. terutama ketika harapan saya tidak sesuai dg kenyataan.

    ini bukan masalah benar atau tidak, tapi soal kesadaran.
    ketika kita tersadar dr illusi/bayang2 yang kita ciptakan sendiri akan sesuatu itu, semestinya kita bersyukur.

    termasuk dalam mengagumi/mengidolai seseorang.
    jangan2 yg kita kagumi itu illusi yang kita ciptakan sendiri.
    😛

    jadi? bergunjing itu cuma memuaskan diri sendiri alias o*a*i
    😆

  • meong
    March 11, 2009 at 12:48 pm

    waw…komenku dimoderasi… :mrgreen:

  • abdee
    March 11, 2009 at 3:25 pm

    Werkudara dan Dewaruci adalah cerita adaptasi Mahabarata versi Jawa… Di Kurusetra, versi Jawa, Werkudara tak meminum darah Dursasana, tapi mengambil sisa kulit dan darah di kukunya untuk diberikan pada Drupadi dan Kunti untuk melaksanakan sumpah janji mereka.

  • cK
    March 11, 2009 at 5:18 pm

    gak habis pikir sama orang-orang yang coba menjatuhkan orang lain. padahal gak ada untungnya buat mereka…

  • Daus
    March 11, 2009 at 7:39 pm

    Risiko berada di ruang publik ya begini mas 🙂 Harus mau berkompromi dengan kepentingan yang heterogen. Kalau saya sih dibawa santai aja.

  • Sarah
    March 11, 2009 at 8:48 pm

    Bukan masalah saya kenal Mas Iman,..cuma dia gag pernah nulis atau posting yang nyerang seseorang dalam blognya. Aneh aja ada orang yang mau repot repot menyerang dia.
    Kalaupun ada gosip yang jadi sifat manusia. Ya biar aja gosip di internal sendiri getohhh.
    Kasihan banget tuh orang..

  • Gunung Kapur
    March 11, 2009 at 8:54 pm

    Ha Ha justru yang pecundang ya orang itu, yang belagak pake postingan nyerang nyerang …Nggak pede, Nggak terima kritik, dan mata gelap.
    Lagi nyari identitas kali di dunia blog. Nggak ngaruh sih

  • DET
    March 12, 2009 at 8:17 am

    Ini menarik, ..milis kita anggap sebagai rumah sendiri, keluarga sendiri. Mungkin lebih baik bergunjing dengan keluarga sendiri – kakak, adik, bapak, istri,suami,ibu – daripada keluar dari rumah. Salah, benar, tendensius isi pembicaraan itu. Cukup di rumah saja, tidak keluar rumah he he

    pemikiran yang sangat menarik! 😉
    pantes…..

  • JaF
    March 12, 2009 at 10:08 am

    Wah.. saya jadi dibuat merenungi kembali tentang tujuan saya ngeblog.. Tidak ada pretensi apapun yang mengawali niat saya nulis di blog kecuali sekedar menyalurkan isi otak yang sering kepenuhan sampai hampir tumpah hehe. Tapi membaca tulisan anda saya jadi berpikir, jangan-jangan saya malah sudah menyimpang jauh dari niatan itu, ketika perjalanan ngeblog saya sudah semakin jauh dan jalannya jadi berbelok dan berbukit 🙂

    Jadi terhenyak membaca kutipan sribulan: “Betapa malangnya dia yang ingin agar ucapan, dugaan dan pernyataannya diterima sebagai kebenaran dan kepastian tak tergugat “

    Ah benar sekali! Saya sendiri selalu percaya bahwa sering kali sadar atau tidak, jelas atau tersamar, kita selalu punya naluri untuk membuat orang lain percaya dan menerima pendapat kita, bukan karena itu penting, tapi karena kita sendiri masih yakin yakin pada apa yang kita percayai itu hehehehe

    Ah sudahlah Mas.. terus menulis saja tanpa pretensi apapun.. Saya pun terus berusaha menikmati tulisan-tulisan anda tanpa pretensi apapun walaupun mungkin kadang anda tergoda untuk menulis dengan pretensi tertentu.. Hallah.. kok dadi mbinguni ngene.. hehe

1 2

Leave a Reply

*