Menurut rujukan ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, Pesta adalah sebuah acara sosial yang dimaksudkan terutama sebagai perayaan dan rekreasi. “Pesta” dapat bersifat keagamaan atau berkaitan dengan musim, atau, pada tingkat yang lebih terbatas, berkaitan dengan acara-acara pribadi dan keluarga untuk memperingati atau merayakan suatu peristiwa khusus dalam kehidupan yang bersangkutan. Pesta merupakan kesempatan untuk berbagai interaksi sosial, tergantung pada pesertanya dan pemahaman mereka tentang perilaku yang dianggap layak untuk acara tersebut. Akibatnya, pesta cenderung memperkuat standar budaya dan/atau kontra-budaya. Lebih jauh ‘ pesta ‘ sering diartikan sebagai kegiatan hura hura yang berlebihan, sehingga kadang ditambahi kata ‘ pora ‘, menjadi pesta pora. Ini sedikit banyak berhubungan dengan “ Pesta Blogger 2007 “ yang akan di adakan di Jakarta tanggal 27 Oktober 2007 mendatang. Konon ‘ the happy selected few blogger ‘ akan berkumpul dan mendeklarasikan suara blogger Indonesia. Tema Pesta Blogger 2007 tahun ini adalah “Suara Baru Indonesia”—di mana ‘pesta’ ini juga akan menjadi wadah pertemuan dan diskusi bagi para blogger untuk bersama-sama menciptakan iklim nge-blog yang positif di Indonesia; sehingga blog dapat menjadi media ekspresi baru yang mampu menyuarakan pikiran, pendapat, dan perasaan para blogger Indonesia.
Apakah kita harus membandingkan semangat kebangkitan blogger ini, katakanlah dengan semangat Sumpah pemuda tahun 1928 atau dalam skala lebih kecil, sebuah deklarasi yang dapat menyuarakan kesetaraan blog sebagai media gagasan baru atau jurnalistik independen ? Media ini memang tidak melulu bicara tentang teknologi atau alternatif media cyber , tetapi apa yang bisa ditawarkan dan disumbangkan kepada bangsa yang notabene angka melek internetnya masih sangat rendah. Tentu saja tanpa meremehkan mereka yang sudah sedemikian bekerja keras mewujudkan pertemuan akbar ini, saya memiliki impian perhelatan yang jauh melewati batas batas pemikiran itu sendiri.
Pertama, mengganti kalimat Pesta Blogger 2007 dengan Jamboree Nasional Blogger 2007. Ini memang masalah selera, tapi rasa rasanya istilah ‘ pesta ‘ tidak cocok dengan situasi negeri yang penuh dengan kemiskinan dan bencana alam dimana mana. Lalu tentu saja saya tidak memilih sebuah klub elite sebagai tempat perhelatan, tetapi memilih Istora Senayan atau bahkan Gelora Bung Karno. Ini juga selain karena romantisme simbol bangsa yang besar, juga karena bisa menampung ribuan blogger yang datang tanpa harus membayar.
Kedua, saya mengontak Menteri BUMN Sofyan Djalil yang saat beliau menjadi Menkominfo, pernah membantu saya membidani kelahiran peraturan menteri mengenai proteksi tenaga kerja film nasional. Saya berharap kali ini ia bisa meminta perusahaan perusahaan negara menyumbangkan sedikit keuntungan mereka bagi pembiayaan perhelatan nasional ini. Sehingga ribuan blogger dari seluruh Indonesia bisa ditampung di Asrama Haji, Hotel Atlit dan balai balai pendidikan milik BUMN. Disamping itu, saya meminta klien klien yang pernah bekerja dengan saya untuk juga berpartisipasi menyumbang acara ini, tentu saja klien klien yang saya tahu memiliki semangat kebangsaan yang tinggi. Saya mendatangi teman teman di Hotline Advertising yang pernah bersama sama dahulu membuat kampanye pemilu untuk SBY – Kalla,untuk mensosialisasikan gerakan nasional ini. Tentu saja saya akan menggandeng teman, Helmi Yahya yang dengan event organizernya sukses menyelenggarakan PON di Sumatera Selatan tahun lalu. Tentunya kita tidak boleh setengah setengah dalam menyelenggarakan hajatan nasional sepenting ini. Tak lupa saya membuatkan gratis film iklan layanan masyarakat untuk acara ini dan melakukan pendekatan dengan Asosiasi Televisi Indonesia untuk membantu pemasangan spot spot iklan secara gratis pula, tanpa harus pada acara acara ‘ prime time ‘.
Ketiga, saya juga mempertajam isi acara, tidak sekadar diskusi blogging secara ‘ an sich ‘ atau pemilihan blogger selebritis. Tetapi juga bagaimana acara ini bisa menghasilkan pemikiran atau sebuah gerakan aksi bagi negara dan masyarakat, misalnya apa yang bisa dilakukan oleh komunitas ini terhadap bencana gempa di Sumatera baru baru ini. Lihat saja apa dilakukan para volunter IT ketika membangun infrastruktur jaringan internet dan komunikasi yang rusak akibat bencana tsunami di Aceh. Bahkan kalau perlu saya akan mengadakan Jamboree Blogger ini bulan Desember 2007, dimana saat itu Indonesia menjadi tuan rumah dari puncak acara ‘ Global Warming ‘ yang akan dihadiri seluruh pimpinan dan kepala negara di dunia. Ini penting untuk mengaitkan kontribusi media blogging terhadap issue issue sosial di sekitar kita. Saya juga menganjurkan melakukan road show ke seluruh negeri, untuk mengadakan workshop serta pemahaman mengenai dunia blog dan teknologi internet terhadap pelajar dan mahasiswa.
Keempat, dan yang paling penting adalah bagaimana media blog bisa duduk sejajar sebagai penyampaian gagasan yang kebebasan berekspresinya harus dihormati dan dilindungi sebagaimana media jurnalistik lainnya. Sehingga dalam acara ini juga mengundang ahli hukum, kepolisian, pakar jurnalistik atau dewan pers. Ini memang tidak mudah karena masalah cyber crime sendiri masih menjadi merupakan wilayah abu abu dalam delik kejahatan di negara ini.
Tiba tiba saja mimpi ini menjadi buyar, karena mbok Jumiasih mengetuk pintu kamar saya untuk membangunkan saat sahur. Gelagapan, dan sambil terkantuk kantuk saya melihat di televisi yang masih menyala, banyolan Komeng, Adul dan Olga memberikan kuis ramadhan yang isinya sama sekali tidak ada hubungan dengan bulan suci ini. Ini memang bukan masalah kebangsaan semata, tapi Jika kita tidak bisa merumuskan hal ini, apa yang saya kuatirkan bahwa ‘ pesta ‘ di Hard Rock Café hanya seperti acara acara TV menjelang sahur, berbumbu Ramadhan namun terasa kering. Lalu apa bedanya dengan pesta pesta seremonial seperti Indonesia Idol, atau pesta penggemar musik Queen yang kadang kala juga diadakan di Hard Rock Café. Pada akhirnya blogging harus bisa memberikan kontribusi pada bangsa dan rakyatnya, sedikit apapun. Jika tidak ia akan menjadi menara gading di tengah masyarakatnya sendiri. Walhasil silahkan memilih, dunia besar interaktif blogging dengan aneka ragam gagasan, yang dihargai serta menjadi sumber pencerahan bagi peradaban sekitarnya, atau sebuah dunia kecil mirip gurun pasir, terasing, kering dan monoton. Ah, saya tak bisa berandai andai lagi, jangan jangan Komeng nanti yang akan menjadi MC di perhelatan ini. Semoga saja tidak.
53 Comments
ewepe
October 12, 2007 at 2:34 pmTau gak teman2…
Selalu asyikk banget ngebaca hasil tulisan dari Mas Iman…
Well Mas Iman memang hanya satu diantara sekian banyak penulis blog produktif dan tulisannya asyik. Tapi tulisan beliau ini unik…
pasti personality beliau juga unik… 😀
Repot berurusan dengan orang dominan otak kanan 😉
Taqabbalallaahu minnaa wa minkum, shiyaamana wa shiyaamakum,
kulu ‘aamin wa antum bi khoirin, minal ‘aidin wal faidzin
Mas Iman…semoga Ramadhan 1428 H ini mampu “mengingatkan” kita semua akan fitrah kita sebagai makhluk surga (katanya Prof. Roem Rowi, MA) dan semoga kita masih diberiNya kesempatan berjumpa dengan Ramadhan 1429 H. Tak lupa semoga panjenengan bisa segera mewujudkan mimpi untuk berziarah ke tanah suci dalam musim Haji terdekat nanti. Aamiiiin
Dony Alfan
October 27, 2007 at 3:12 pmKlo pake jambore nanti kayak pramuka dong? Tapi memang lebih membumi ketimbang pake nama pesta, blogger kere macam saya pasti takut donk klo ikut ke pesta, nanti dikira cuman ikut antri di meja makan doang. Hehe
Dengan ngeblog kita menjadi ada!
Baca juga: Blogger di tengah masyarakat tidak membaca
Melyssa Ford
January 15, 2008 at 2:20 amHello…Thanks for the nice read, keep up the interesting posts..what a nice Monday . Melyssa Ford