Dalam catatan hariannya,Soe Hok Gie, seorang aktivis mahasiswa tahun 60 an selalu tak melupakan lembah suryakencana di puncak gunung Pangrango, Jawa Barat. Di tempat itulah ia sering merenung, mencari kedamaian hati dan lari dari situasi kehidupan yang ruwet di Jakarta. Saya memang bisa membayangkan di puncak gunung sana. Sepi, dingin dan rasa jiwa yang membahana melihat kabut kabut di ujung horizon. Sewaktu saya SMA dan kuliah, mendaki puncak puncak gunung Pangrango atau Gede sepertinya menjadi ritual dinamika kehidupan saat itu. Betapa tidak, minggu minggu terakhir ini, berbagai persoalan hidup dan pribadi membawa saya kepada situasi kehilangan rasa atau passion pada kehidupan sekitar saya . Dan yang lebih penting menguapnya daya kreatif sebagai seniman atau penggagas ide. Tentu saja ini sangat berbahaya bagi kelangsungan pekerjaan saya.
Tanpa harus berpikir panjang ,saya pesan tiket pesawat ke Jogja serta memutuskan untuk menghabiskan beberapa hari disana. Saya memang tak pernah bosan bosan untuk menikmati pesona kota ini. Jalan jalan di Malioboro, memotret situs situs kuno,makan gudeg yu Jum di belakang kampus UGM, menikmati malam malam dengan kopi arang yang terkenal, serta menonton pasar Malam Sekaten di alun alun Keraton. Hari hari terakhir, saya meluncur menuju Losari,sebuah kawasan perkebunan kopi didaerah Temanggung yang telah saya liat dari brosur di biro perjalanan. Tentu saja, semua ini saya mengharapkan pengalaman pengalaman ini mampu membalikan kegelisahan yang menggerus hari hari saya di Jakarta. Namun apakah ini bisa ? Apakah sebuah proses penumbuhan passion itu bisa digerakan dengan menemukan tempat tempat baru yang menyejukan jiwa kita.
Pagi belum sepenuhnya terang,masih gelap dan angin menusuk membuat saya merapatkan erat erat jaket, saat berjalan menyusuri lembah lembah di sekitar losari untuk memotret munculnya sang mentari dari balik gunung merbabu. Terseok seok melintas rumput yang masih basah, mencari jawaban yang sesungguhnya dari penampakan matahari pagi ini. Dan tetap saja saya tidak menemukan jawaban itu. Termenung duduk diatas batu dan putus asa.
Kembali ke Jakarta,memang tidak membuat perubahan yang berarti. Saya juga percaya Soe Hoek Gie mungkin tidak akan pernah menemukan jawabannya, pertanyaan pertanyaan yang terus dibawannya sampai ia meninggal. Lembah Suryakencana dan kabut Mandalawangi hanya menawarkan kesejukan hati sesaat, memuaskan rasa dahaga yang sebentar. Saya mencoba memahami bahwa kegelisahan, amarah dan rasa ketidakpercayaan yang hilang itu membuat hidup ini semakin tidak menarik jika kita melihat dari perspektif emosional saja. Sebuah kiriman post card yang datang tiba tiba dari Africa Barat, dari seorang teman di blog ini, sungguh mencerahkan hari hari yang menggelisahkan saya. Bahwa masih ada bentuk persahabatan yang ditawarkan seorang teman baru. Demikian pula perkenalan dengan para pencari kayu bakar yang saya temui di lembah perbukitan kebun kopi di Losari. Semuanya membukakan mata hati saya, bahwa hidup bagaikan sebuah bendera perang. Kadang ia terjatuh, kotor dan sobek. Namun dengan gagah beraninya tetap dipertahankan, sampai ke tangan Tuhan.
45 Comments
ekowanz
March 10, 2007 at 10:51 pmdulu kulnya di jogja ya pak??ko jadi keingetan jogja….
sempet ke pantai daerah selatannya ga??lumayan loh..ngeliat betapa luasnya lautan…sambil ngedengerin debur ombak π
NiLA Obsidian
March 10, 2007 at 11:01 pmbelum sampe ke titik nadir kan bos?
fase kayak gini emang berulang tul ngga?…makin ke sini kita makin siap kan ngadepinnya…mau bentar ato lama ada di titik “pencarian passion” kayak gini…
udah nulis….bisa kembali beraktivitas kreatif kan?
semangadddd!!!!
Nico Wijaya
March 11, 2007 at 12:22 amsetuju mas, eh pak. seperti kata orang, idup ini perjuangan..
kejogja ga mampir ke kaliurang mas?
dian mercury
March 11, 2007 at 3:06 amaku belom menemukan pesona jogja. kesana sekali, cuma 2 hari. pengen kesana lagi.
kurang tidur mungkin, mas..coba deh sambil tiduran, dengerin lagunya freddie mercury. dijamin gak bisa tidur kekkekkek
kenny
March 11, 2007 at 6:31 amcoba ditambah lagi jam apdetnya siapa tahu si passion tiba2 kembali muncul π
Ntar deh aku kirimin postcard dari penang(buat koleksi yah :P), ayuk pak semangat!!
toufan tambunan
March 11, 2007 at 6:39 amitu memang sifat manusia yang butuh dinamika,
tapi masalah jawaban hanya ada di diri kita masing-masing, biarlah alam dan kehidupan menjadi sumber inspirasinya.
aku udah lama banget nggak ke jogja mas…, apa lagi naek gunung di jogja (sama sekali blon pernah)
kawoela alit
March 11, 2007 at 11:42 amjujur wae aku angkat topi karo kowe mas..
gie bahkan pernah sampe bercita cita dan bukan kebatulan terjadi juga untuk dapat berpulang di gunung semeru.
kalo pas ke Jogja dan menikmati menembus batas, mampirlah ke puncak Suroloyo di perbatasan kulon progo dan mungkid daerah kalibawang ke atas. nanti treking ke borobudur on foot. sejak perjalanan dari bawah pasti dapet milyaran scene yang cantik. baik lanskap maupun human interest.. bule menyebutnya himalayan of kulon progo”
have good time mas.. π
crushdew
March 11, 2007 at 2:00 pmjogja memang tak pernah membosankan…meski keknya panganggo menarik..
Ewie
March 11, 2007 at 2:13 pmJadi kangen Jogja…
Jadi kangen Temanggung juga…
(saya numpang lahir di Temanggung niy, Pak)
“Hidup bagaikan sebuah bendera perang…”
Duh, kalimat keren…
Boleh saya contek kapan2 kan, Pak?
venus
March 11, 2007 at 2:47 pmmampir nonton dangdut sekatenan gak, mas? secara visual memang ndeso dan saru, tapi saya ngeliatnya justru sedih dan pahit. siapa tau bisa memberi sedikit pencerahan dan inspirasi, balik ke jkt dapet ide seger buat bikin film yg keren lagi.
halah ngomong opo aku iki π
DenaDena
March 11, 2007 at 2:47 pmkota ini pernah membuat saya tersenyum sekaligus menangis…..
urban2hymns
March 11, 2007 at 6:44 pmkalo ilang passionnya udah ‘menahun’ gimana? sampe2 untuk makan aja udah ga punya…
mati aja kali ye……….
sutrisno mahardika
March 12, 2007 at 3:08 amoh..mungkin kurang lama di jogja nya??
tapi gak naek garuda kan?? hihhihi
endangwithnadina
March 12, 2007 at 7:21 amtapi kita punya tugas yg terus berjalan…jadi meski passion itu msh blm kembali, kita harus memaksakan diri demi sebuah bendera perang yg namanya hidup
cahyo
March 12, 2007 at 8:19 amsudah coba ke pantai mas?
wkurniawan
March 12, 2007 at 8:55 amkok nggak mampir mas? justru saya yang tiap minggu biasa menyusuri rute solo-jogja-magelang-temanggung kepengennya nyasar ke jawa bagian barat termasuk jakarta, mencari passion juga…
elly.s
March 12, 2007 at 11:41 ammau postcard dari terengganu?
Anonymous
March 12, 2007 at 12:34 pmwah kehilangan passion? bisa gawat neeh, tapi setiap orang akan mengalami fase demikian, tegakkan bendera perang dan mulai lagi bikin strategi demi hidup (weeks ngomong apa sih fin)
kw
March 12, 2007 at 12:38 pmserem banget mas, “kehilangan rasa”. kata budha tak perlu kemana-mana
untuk menemukan “jawaban” itu. rasa itu bukan datang dari benda-benda di luar diri. mungkin layak dicoba sekali-sekali ngobrol dengan diri sendiri π
maya
March 12, 2007 at 3:08 pmjatuh? ya bangun lagi,
kotor? ya dibersihkan,
sobek ? ya dijahit,
tidak mudah? tentu saja :d
Pinkina
March 12, 2007 at 3:10 pmwahhh…sebenernya aku ini juga butuh refreshing loh /:) ruwet dg kehidupan jakarta :((
escoret
March 12, 2007 at 3:32 pmke kaliurang..???udah coba..???
dewi pras
March 12, 2007 at 7:46 pmKayanya dewi musti kesana juga…
senja
March 12, 2007 at 9:22 pmJogja emang g ada abisnya…huh jadi kangen kota ituwww. btw, jadi lebih enteng kan sepulang dari Jogja..hehehe
arifkurniawan
March 13, 2007 at 3:02 amAfrika Barat? Hehehe, apakabarnya sang kampret kita nan ramah itu?
Entah di Losari… entah di Liberia… namanya manusia mah sama kali yaa Mas Iman. Ingin dicinta dan ingin dimanja. (*halah, ndangdut banget komennya!*)
mei
March 13, 2007 at 12:49 pmdan kadang kalau passion itu pas lagi hilang, nyarinya lagi ke tempat2 yang ngawur..hiks
ajitekom a.k.a kodokijo
March 13, 2007 at 1:56 pmdulu saya ke yogya bertemu dgn para seniman lulusan ISI (termasuk Om saya), ngobrol ngalor-ngidul seru ! Trus lanjut ke kaki gunung Merbabu (di Boyolali ?) ngumpul lagi dgn para seniman patung disana, disana terasa sekali suasana persahabatan yg erat.
max
March 13, 2007 at 10:57 pmSaya jadi kangen Jogja nih mas. Padahal baru balik dari sana. Dan juga kangen Gede-Pangrango yang saya daki pada 1998 silam.
Bintang
March 14, 2007 at 1:10 ammas iman gak bilang2 ke aku sih kalo passionnya lagi hilang..kan aku juga bisa kirim post card dari united arab emirates
Hani
March 14, 2007 at 2:41 amwah jogja mungkin terlalu dekat untuk menemukan kembali rasa dan passionnya. saran saya pergi agak jauhan…kemekah aja sekalian trus mampir di red sea buat diving π
Septian
March 14, 2007 at 10:16 amhi, lama saya ga berkunjung di sini nih…makin inspiring aja blognya.
BTW, Soe Hok Gie adalah tokoh favorit saya, saya ampe bawa bukunya di sini. Bener kan, kita kadang2 butuh waktu untuk sendiri, dulu ketika saya nulis yang intinya kita butuh waktu sendiri, you replied, “It doesn’t work for me”.
Ok, saya minja ijin linking blognya, inspiring bgt.
thanks.
PS : Untung penerbangan ke jogja aman2 saja.
See You
fuddyduddy
March 14, 2007 at 6:55 pmHey bung, asik banget catatan perjalanannya. yuk, kapan2 maen kesana sama aku!! hehehe
aku baru dengar tentang lembah ‘misterius’ itu…
anda benar, hidup memang seperti bendera perang…
handal di bidang sinematografi sama fotografi ya, bagi2 pengalaman donk!!
atau mungkin hidup adalah perang itu sendiri?????????????
Iman Brotoseno
March 15, 2007 at 7:57 amseptian..
did I write that ? it wasnt me he he
siapa bilang saya pergi sendiri..he he
salam dan God Speed……
Kana Haya
March 15, 2007 at 11:40 amT_T urutan ke34!
Yogyakarta… pengen banget pergi kesana. apalagi saat pikiran lagi sumuk kek sekarang… tapi ninggalin kerjaan yang lagi detlen ga ada hentinya rasanya ga etis. mudah2an someday bisa ke jogja untuk liburan.. π
Kristin
March 15, 2007 at 11:55 pmmsh kehilangan passion mas? ato dah ngrasa baekan skarang?
ak kirimin poscard bungaΒ² ya π sapa tau liat warna warninya bisa ndatangin ide baru π
ira
March 16, 2007 at 8:29 aminget jogja..jadi pengen pulang ke kotamu..hukshuks..(sedih campur kangen). mudah2an jadi bendera yang terus menjulang, berkibar, sampai harus pudar karena usia tak lagi bersama..
triadi
March 16, 2007 at 11:41 amlama ga kesini…
dan selalu postingannya tuh bikin hati menari nari…
kereen…
wah iya ya mas, namanya juga gairah pasti naek turun, soalnya kalo naek terus kayanya pe er kita di dunia dah selese…:D
Gusti Allah ternyata suka bermain main dan berkomedi dengan hidup kita ini…
pyuriko
March 17, 2007 at 11:15 amSaat ini masih merasakan kegelisahan hati gak mas???
Have a nice long weekend,… moga tetap semangat… π
Siapa tahu liburan kali ini jalan2 ke Jogja…
rievees
March 19, 2007 at 10:22 pmSama mas… lagi suntux abies juga nech.. Ga ada semangat lagi aja.. Kaya ga ada di’kejar’ lagi… Semua tinggal rutinitas aja…
dewi
March 20, 2007 at 10:09 amjogja. saya juga suka tempat itu. meski tetap saja, tak mengalahkan pesona tanah yang saya pijaki sekarang.
memang keluar dari rutinitas bisa menyingkirkan kejenuhan, tapi tak bertahan lama. karena itulah tempat2 tersebut menjadi begitu istimewa.
Suhud
March 25, 2007 at 5:18 pminspiring. kadang kita impulsif untuk melakukan sesuatu yang menurut kita bisa meredakan kegelisahan suatu ketika. namun, karena kita sendiri ngga tahu apa sesungguhnya kegelisahan itu, tak pernah bisa terjawab.
zube
April 20, 2007 at 9:25 amkopi “joss” mang marake kangen…
kang brotoseno kudu ngrasake teh poci neng bugisan wuiih….luweh tentrem atine
Wilford Buckley
November 13, 2008 at 8:49 am8we11q10osjft2ry
reviews of the best seo software
April 8, 2010 at 5:13 amGet Your Website, Blog, Forum In Top 10 in Search Engine in No Time – Get Your Deserve Traffic Today – Check it Out!
j.pujonindio
April 5, 2015 at 10:31 amYuuuk Berteman utk bisa saling mengisi dan bicara lepas,….Wanita adalah keindahan….saya suka wanita yg apa adanya, terbuka dan asik diajak ngobrol….adakah diantara kalian yg berkenan menjadi sahabat utk saya ?….