Habis nonton filmnya Rizal Mantovani, “ Kuntilanak “, seru juga dan sangat entertaint banget. Kok menghibur ? lihat yang datang, banyak anak anak kecil bersama orang tuanya dan tentu saja remaja ABG. Berarti tidak ada seram seramnya, dan memang saya tidak merasa ketakutan. Saya lebih takut mungkin nonton yang versinya Suzanna jaman dahulu, seperti ‘ Beranak Dalam Kubur “, “ Sundel Bolong “, atau jamannya Farida Pasha dan Muni Cader. Lebih terasa dekatnya dengan alam budaya Indonesia. Tentu saja saya tidak mengomentari atau memberi analisa tentang film itu,pertama sebagai teman dan sesama sutradara, tidak elok kalau saling mengkritik. Biarlah para kritikus film yang memberi kritik kritik terhadap karya karya sutradara. Kedua memang pendekatan yang dipilih Rizal benar benar pas dengan target audiensnya, generasi budaya hip hop MTV anak jaman sekarang. Dan itu tidak sia sia , hampir seluruh kursi bioskop dipenuhi penonton,jadi secara komersial film itu laku. Ia membuat pakem berbeda dengan stereotip film film horror Indonesia yang mana kuntilanak selalu digambarkan dengan wajah pucat penuh bedak perempuan berambut hitam panjang, dengan baju putih long dress serta punggung bolong yang berisi ulat ulat belatung dan darah. Gambaran kuntilanak di film ini dibuat seperti film Hollywood , ala ‘ Fear dot com “, setannya seperti orang tua keriput,berkuku panjang, rambut putih, berkaki kuda dan tidak jelas memakai baju atau tidak karena terus bergerak cepat dengan efek efek speed ramping maupun efek stop motion.
Selain itu namanya Pak Haji atau ulama yang biasanya muncul di adegan penutup sebagai alat pamungkas dengan ayat ayat sucinya sudah tidak ditampilkan ( hare gene Pak haji masih mengusir setan ? – demikian logika berpikir fans fansnya Julia Estelle ). Jadi sampai cerita berakhir, si Kuntilanaknya tetap hidup ‘ happily ever after ‘. Satu hal pasti si Rizal sudah melakukan survey terlebih dahulu mengenai sosok kuntilanak yang akan digambarkan. Basi kalau masih menggambarkan kuntilanak tradisional berkostum long dress putih yang jalannya melayang . Tapi itu khan versi filmnya Rizal, sementara saya punya versi sendiri.
Begini ceritanya, Pasti semua tahu rumah tua bekas peninggalan administratur Belanda di tengah tengah Kebon Raya Cibodas. Suatu saat kami syuting iklan minuman ‘ Caprison ‘ di area cibodas, sehingga demi efisiensi kami dan sebagian crew tinggal menginap di rumah itu. Benar benar rumah kosong yang jendelanyapun tidak ada gordennya,jadi bisa melihat ke halaman luar secara langsung. Malam itu sehabis usai syuting, si loader camera melaporkan seperti ada yang memanggil manggil namanya ketika ia mandi di kamar mandi belakang. Tak lama kemudian kami yang berkumpul di lantai dua, sambil bercengkerama tiba tiba mendengar suara seperti kepakan sayap . ‘ pak pak pak ‘ di kejauhan. Lalu berganti seperti ci cit anak ayam. Tentu saja kami berpikir paling paling burung hantu, karena banyak pohon pohon tinggi mengelilingi rumah itu. Tiba tiba angin seperti berhenti, sekonyong konyong sekilas kami melihat di luar jendela , seorang perempuan bermuka pucat, berambut panjang dan berjubah putih berjalan melewati jendela menuju ke arah sisi rumah. Tadinya kami berpikir,pasti ibu pembantu di rumah itu, tetapi setelah itu mendadak kami sadar, bukankah kita semua berada di lantai dua. Lalu bagaimana si ibu itu bisa berjalan ? melayangkah …? Tentu saja tanpa pikir panjang, kami langsung kabur berbondong bondong ke lantai dasar. Yang saya ingat malam itu terasa sangat panjang untuk menunggu pagi. Astagafirullah .
15 Comments
dian mercury
November 1, 2006 at 3:57 amhwaaaaaaaaa…..nyesal aku baca…merinding nih bulkud. mana sendirian huhuhuhu…
btw, pilem beranak dalam kuburan, aku nonton lho hihihi..
oca
November 1, 2006 at 10:08 amyang jalan ngelewatin jendela itu mirip susana gak?? hiiiiy…
rizka
November 1, 2006 at 3:12 pmDari cerita serem di cibodas, mas Iman udah bisa tuh bikin film horor. Jadi kesimpulannya film “kuntilanak” kudu ditonton gak nih?
Iman Brotoseno
November 1, 2006 at 8:11 pmdian : di amerika khan nggak ada hantu hantu melayu kaya kuntilanak, genderuwo ? …adanya werewolf
Ocha : ..mirip banget boo, nggak takut clif sangra kalau kebangun tengah malam liat istrinya
rizka : nonton aja. seru kok,..khan demi film nasional he he
dian mercury
November 2, 2006 at 4:05 amama patrixk swayze, mas.ghostnya lumayan cakep
NiLA Obsidian
November 2, 2006 at 3:50 pmsemalem aku dah mampir kesini, tapi begitu “ngeh” cerita nya horor, langsung aku matiin kompi…hihihi
sekarang lanjutin baca, berhubung penasaran….
whuehehehe…..
gilingan padi deh mas iman…
hiiiiiiiiiiii
nila
Anonymous
November 3, 2006 at 11:33 amFilm kayak gitu ditonton. Low taste.
Iman Brotoseno
November 3, 2006 at 2:02 pmmas atau mbak anonymous, low taste mana sama orang memberi komentar tapi tidak memberikan identitasnya,..takut ya ketahuan..he he. Tapi nggak papa selera film saya memang low taste alias semua film indonesia yang ada dibioskop ditonton, namanya juga masih pembelajaraan. Ngomong ngomong apa sih yang mas /mbak tonton, siapa tahu bisa menularkan selera tinggi of watching movies.
Keke Rachmad
November 6, 2006 at 1:08 pmKenapa film horror Indonesia kalo difilemin, sekampret apapun teknologinya, pasti serem? Walaupun keliatan darahnya tuh sirop, tapi tetep aja bikin merinding? Hihihihihii…. Jadi ngebayangin gue… Takyuuuuuuuuuuttttttttttttttttttttt!!!
anakpanda
December 4, 2006 at 6:27 pmhmmppp.. kuntilanak? hmmmppp… ya, gitulah…
mukelu
October 13, 2008 at 6:35 pmwahh saya pernah nginap di villa itu, alhamdulillah ndak ada penampakan. paling2 beberapa rekan saya ada yang terkunci di kamar mandi
yati
January 8, 2009 at 12:21 ameh? kok rasanya saya melewatkan posting ini dan justru baru nemu tengah malem gini? tadinya serem sih….palagi yang kejadian ibu2 jalan di udara, huhuhu….
tapi pas baca komentar “low taste” itu….rrrrr…merusak suasana aja
anda
January 8, 2009 at 4:59 pmwah seremm ya, tutup muka pake bantal ah! Pantesan orang Indonesia banyak yang jantungan, gara-gara kaget kali.
Brenden
April 3, 2010 at 1:11 pmAdvantageously, the post is actually the greatest topic on curing acne naturally. I concur with your conclusions and will eagerly look forward to your future updates. Just saying thanks will not just be enough, for the wonderful clarity in your writing. I will instantly grab your rss feed to stay abreast of any updates.
Rintihan Kunti | Iman Brotoseno
January 2, 2013 at 8:51 pm[…] itu sebisa mungkin saya menolak kalau harus syuting malam malam di Cibubur. Sudah cukup pengalaman saya. Padahal setelah beberapa tahun, sekarang Cibubur lebih ramai. Siapa tahu Kuntilanak jadi […]