Saya pernah diundang sebuah seminar tentang HAM oleh sebuah LSM dan saya sebagai wakil blogger – diminta untuk bicara tentang peran blog dalam kaitannya dengan advokasi , penegakan hukum dan sebagainya. Setelah selesai, panitia menyodorkan amplop berisi honor dan setelah saya tanda tangani, saya diminta menyumbang ‘ setengah ‘ dari honor tadi untuk dana LSM tersebut. Jadilah saya kembali menandatangani form sumbangan.
“ Iklhas khan pak “ Tanya mbak mbak panitia tadi sambil tersenyum.
Tentu saja saya ikhlas. Karena berbicara tentang blog kepada orang orang yang belum mengerti blogging, saya anggap sebagai kerja amanah. Apalagi di bayar.
Cuma bagaimana dengan para peserta pembicara lainnya ? apakah mereka ikhlas tiba tiba ditodong untuk merelakan honornya dipotong ?
Problemnya adalah apakah ikhlas ini sejalan dengan ekpektasi kita ? ini yang membuat akhirnya kita justru tidak ikhlas, ketika kita merasa terjebak dalam situasi yang tidak enak.
Ada cerita lain. Karena saya suka menyelam di daerah Flores, maka saya merasa akrab dengan masyarakatnya dan daerah ini adalah salah satu daerah termiskin di Indonesia. Jadi ketika saya membaca sebuah postingan di milis group tentang program beasiswa anak anak SMA di Maumere. Saya serta merta mendaftar dan membuat komitmen untuk membiayai pendidikan 5 orang anak. Jadilah saya bapak angkat mereka selama setahun, untuk uang sekolah, seragam dan buku buku. Jika cocok, akan diperpanjang lagi.
Yang membuat saya tertarik, karena sejak awal saya dijanjikan bahwa saya akan mendapat laporan rapor, sampai korespondensi dari anak anak itu. Tentu saja saya ingin tahu bagaimana progress pendidikan mereka. Saya juga ingin tahu buku buku lain yang mereka inginkan.
Ternyata ekpektasi saya salah. Setelah saya mentransfer uang, saya sama sekali tidak mendapat laporan perkembangan anak. Berulang kali saya menanyakan ini ke kontak personnya. Jawabannya hanya. “ Yang penting bapak ikhlas khan , mungkin pastur anu yang mengurusi anak anak ini sibuk sekali, sehingga tidak sempat memberi laporan “.
Lagi lagi saya memang harus ikhlas. Memang niatnya dari awal mau nyumbang kok. Gerutuan saya hanya sebentar dan melupakan semuanya.
Tiba tiba saya teringat Prita dengan koinnya yang mencapai ratusan juta. Ingatan ini muncul ketika MA mengabulkan tuntutan jaksa. Lalu ada suara suara di twitter yang meminta transparansi uang yang diterimanya. Lagi lagi sanggahan – apakah kamu ikhlas menyumbang ? atau pernyataan – orang yang menyumbang saja tidak protes, kenapa kamu justru ribut.
Tetapi memang tidak salah. Mungkin mereka hanya mempertanyakan karena Pitra dulu berjanji akan membentuk Yayasan yang mengelola koinnya untuk orang orang yang memiliki masalah hukum. Namun setelah 2 tahun, Yayasan itu tidak ada dan uangnya menurut Prita dan suaminya sebagian disumbangkan kepada korban Merapi.
Bukankah kita harus ikhlas. Biarlah ini menjadi rahasia dan tanggung jawab Prita kepada Tuhan.
Membuat janji tidak bisa dianggap remeh. Janji adalah sebuah komitmen, dan kita bisa dikejar perasaan bersalah – walau banyak yang tidak merasa – gara gara wanprestasi atau ingkar janji. Mereka yang selalu menepati janji adalah pribadi yang memiliki integritas, karena menjadi barang langka di negeri ini.
Budaya ikhlas, disatu sisi seperti heritage kultur masyarakat yang terbiasa tawakal dan menyerahkan diri pada kehidupan semesta alam. Namun disisi lain, menjadi simbol manusia yang lemah dan tertindas.
Apakah kita berhak meminta janji yang telah diucapkan oleh pemimpin kita, juga anggota dewan. Janji yang sering diucapkan dalam kampanye kampanye terdahulu. Apakah kita harus ikhlas dengan janji ‘ gombal mukiyo ‘ dari Gubernur Fauzi Bowo yang berjanji akan mengurus Jakarta sesuai dengan motto Sang Ahli. Problemnya justru kadang kita tak pernah berani mempertanyakan cidera janji itu. Karena sudah di’ bom ‘ dengan kata ikhlas sejak awal. Apalagi kita bangsa yang mudah lupa. Sekaligus mudah memaafkan.
Ini mungkin aneh. Semakin kita diminta ikhlas, sesungguhnya kita justru tak pernah bisa ikhlas. Butuh tingkat pencapaian sufi untuk menempatkan rasa penyerahan diatas segala galanya. Para wartawan yang menyerbu Darsem ketika tiba di Bandara Soekarno Hatta, membuat perempuan yang baru dibebaskan dengan uang diat sebesar 4.7 milyar ketakukan dan menangis. Mungkin mereka tak bisa mengikhlaskan Darsem melenggang pulang ke kampung halaman tanpa memberikan konfirmasi keterangan untuk pers. Bukankah kami yang mengangkat berita ini sehingga donator mudah tergerak mengumpulkan uang diat. Jadi wajar beri kami sesuatu berita.
Apakah Nazarudin ikhlas kehilangan segala galanya. Setelah menggelontorkan puluhan milyar untuk partai Demokrat dan orang orang yang dianggapnya sebagai kunci. Kini ia dianggap pesakitan. Mungkin dia berpikir. Saya jatuh dan saya akan membawa semua orang ikut jatuh.
Barang kali kita harus belajar ilmu ikhlas. Demikian status BB seorang teman yang saya baca. Bagaimana caranya ?
Saya pernah dalam suatu masa, kehilangan orang yang saya pernah cintai. Juga kenangan berharga lainnya. Butuh waktu untuk membuatnya lepas. Waktu ayah saya meninggal, saya tak pernah bisa ikhlas waktu itu.
Disisi lain, agak susah menghitung nilai keikhlasan kita sepanjang hak hak kita sebagai warga negara juga tetap terabaikan. Dalam tataran informal kita terus mempertanyakan itu terus. Bisa jadi bumerang, ketika kita merelakan hak hak kita yang terampas. Kita apatis. Itu berbahaya, artinya kita tidak perduli.
Saya takut kalau kita lebih perduli dengan ketidak-ikhlasan kenapa film Harry Potter 7 tidak diputar di Indonesia
33 Comments
Koen
July 18, 2011 at 9:33 pmTapi saya berani bersaksi bahwa Mas Iman termasuk blogger yang ikhlas 🙂
Keikhlasan sebenarnya tak oernah identik dengan berhentinya transparansi dan akuntabilitas. Jika kita ikhlas menolong sesuatu, artinya kita bersedia direpoti terus menerus untuk memastikan bahwa pertolongan kita itu efektif, bukan hilang ditelan pihak2 lain. Orang yang tidak ikhlas justru tidak mau repot, tidak mau malu, dan memilih urusan aritmatika pahala semu ‘yang penting aku sudahberniat menolong’ sambil melupakan kewajiban memastikan berhasilnya pertolongan kita.
Pantang menyerah ya, Mas Iman
si.tam.pan
July 18, 2011 at 11:26 pmsaya sampe sekarang tidak pernah ikhlas saat bersedekah, mas. saya selalu menuntut pada tuhan supaya cepat2 mengganti apa yang sudah saya keluarkan minimal 10x lipat sesuai dengan janjinya sendiri. yeah, aseeknya, tuntutan saya selalu berhasil, meskipun perkara berapa lamanya itu fluktuatif; kadang siang nuntut, malam langsung diganti. kadang malam nuntut, berminggu2 kemudia baru diganti.
yeah, tapi apapun itu, saya memang nggak pernah bisa jadi orang yang ikhlas. untunglah saya masih punya tempat menuntut imbal-balik 😀
DV
July 19, 2011 at 6:05 amBetul, butuh tingkatan sufi untuk memahami keihklasan, Mas…
Tapi kalo menurutku, kita harus setia pada hal-hal kecil, belajar untuk ikhlas maupun tegas pada hal-hal seperti itu…. contoh hal-hal kecil itu ya salah satunya koin itu tadi 😀
Saya ikhlas komentar di blog ini! 🙂
wiwikwae
July 19, 2011 at 8:41 amDefinisi iklas itu sendiri pun sampai sekarang saya belum tahu, mas…
Kalo pun sering menggunakan kata tersebut, itu lebih kepada ikut-ikutan yang lain 😀
wiwikwae
July 19, 2011 at 8:42 amDefinisi iklas itu sendiri pun sampai sekarang saya belum tahu, mas…
Kalo pun sering menggunakan kata tersebut, itu lebih kepada ikut-ikutan yang lain 😀
mawi wijna
July 19, 2011 at 9:06 amMenurut saya, bahagianya hidup ini dipengaruhi oleh sifat ikhlas dan sabar itu yang keduanya selalu berjalan beriringan Mas. Ikhlas, ketika kita “menyerahkan”, dan sabar ketika kita “menerima”.
Antyo
July 19, 2011 at 9:43 amIkhlas. Mirip teka-teki kehidupan yang kita biarkan menancap di hati. Dan ajakan “ikhlaskanlah”, meski nuansa berbeda, dalam situasi dan konteks tertentu seperti “Ikhlas kan, Pak?”
Iin Intan
July 19, 2011 at 10:42 amikhlas adalh hal yg terkadang sulit utk dijlankan……..
maria
July 19, 2011 at 2:37 pmyang namanya rasa ikhlas itu yang bener rasa yang keluar sendiri dari lubuk hati , bukan dipaksa begitu , itu namanya merampok perasaan orang dan hasilnya terpaksa ikhlas.
diyantouchable
July 19, 2011 at 7:22 pmikhlas…kata sederhana yang butuh seumur hidup untuk mempelajarinya… 🙂
edratna
July 19, 2011 at 8:03 pmIkhlas….kata sederhana, namun tak mudah….
Namun jika kita hanya setiap kali disodorkan kata ikhlas, maka penerima dana, ataupun orang yang pernah berjanji akan melupakan janjinya. Padahal janji itu yang menggerakkan semua pihak sehingga menyumbang….dan mestinya janji adalah hutang, yang harus dibayar sesuai janjinya…tanpa ada permintaan untuk membuat laporan pertanggung jawaban, semestinya sudah harus membuat laporan.
Ikhlas itu tidak mudah…apalagi jika hanya dipakai sebagai alasan untuk membiarkan orang berbuat sesukanya.
Atau kita hanya berharap Tuhan yang menghukum….bagaimana nilai moral kita? Saya jadi ngeri….lama kelamaan moral kita makin rendah, mudah berjanji tapi tak melaksanakan janji itu.
ipungsh
July 20, 2011 at 12:40 amSaya susah ngomong “ikhlas”, karena biasanya kalau sampai terucap saya bilang “saya ikhlas, kok.” … Justru saya tidak ikhlas kala itu. *mandanmbulet* 😀
fairyteeth
July 20, 2011 at 9:48 amIkhlas itu susah susah gampang… lebih banyak susah nya daripada gampang nya…. 🙁
kadang dimulut gampang berucap ikhlas, dalam hati belom tentu…
boyin
July 20, 2011 at 2:32 pmikhlas dan akutanbilitas bukanlah jalan yang sama. kita tidak bisa diperdaya dan membohongi hati jika memang kata2 itu digunakan untuk menyerang kita. baik belum tentu benar. memberi uang ke pengemis itu baik tapi kalo dipakai pesta miras oleh mereka, menjadikan perbuatan kita itu belum tentu perbuatan benar.
ms4857
July 20, 2011 at 2:44 pmhebat bunggg
Yoga
July 21, 2011 at 8:05 amIkhlas itu sulit. Tolak ukur keberhasilan saya, kalau bisa kehilangan atau memberi tanpa ada perubahan chemistry sedikit pun di hati itu tandanya ikhlas dengan sukses.
Kalau untuk keperluan NGO/LSM, meminta laporan bukan masalah ikhlas atau tidak, justru seharusnya mereka terpacu untuk membuat laporan yang transparan sebab itu adalah alat untuk memantau keberhasilan kinerja mereka. Kalau sampai mereka mempertanyakan ikhlas enggak, wow, lebih baik cari lembaga lain yang lebih profesional.
nanath
July 21, 2011 at 9:58 amikhlas nggak kalau pacarnya di rebut orang? #uhuk
hanny
July 21, 2011 at 5:52 pm@nanath: ikhlas nggak kalo pacaran sama orang yang sebenernya nggak sayang sama kita? #uhuk
mia
July 24, 2011 at 5:21 pmi.k.h.l.a.s…
enam huruf yang sangat mudah untuk diucapkan, tetapi sangat susah untuk dilakukan…
apalagi saat mau meng-ikhlaskan seseorang yang kita sayangi jatuh k pelukan org lain…
di mulut bilang ikhlas, tapi hati tidakkkkkkkk……….
Rio Purboyo
August 16, 2011 at 12:13 amYang saya tahu, ikhlas itu sebelum, saat, dan sesudah beraktivitas. Mungkin, itulah kenapa kita perlu terus melatihnya. Postingan ini jadi pengingat tepat untuk hal itu. Sangat menarik!
hendro
August 22, 2011 at 11:34 amikhlas.. kelihatannya mudah, tetapi sudah tiga minggu ini saya mencoba belajar untuk mengikhlaskan apapun yang terjadi dari hidup ini tetapi kenyataannya SANGAT BERAT, malah kadang yang ada emosi yang menyertai.
Francisca Prandayani
August 22, 2011 at 4:45 pmSaya ikhlas banget deh baca tulisan ini, ikhlas menulis komen, ikhlas blogwalking ke blog mas Iman, udah pokoknya ikhlas ikhlas ikhlas…… 🙂
Travel Haji Umrah
October 10, 2011 at 2:30 pmAgar lebih damai dalam menjalani hidup kudu banyak2 ikhlas,, cobaan dan tantangan yg bertubi2 klo nga ikhlas bisa jadi penyakit,,,so klo mau sehat ya harus banyak2 ikhlas,,, salam dari Travel Haji Umrah
munajid
October 14, 2011 at 12:51 pmikhlas……seberapa jauh kita mengenalnya…tentunya kadarnya berbeda dengan kadar masalah itu sendiri….kita ikhlas tapi pula harus ada solusi meraih keikhlasan….bukan asal nerimo…nerimo…nerimo…minimal harus ada yang diperbaiki
eko
October 31, 2011 at 9:39 pmkalo aku ikhlas itu di hati bukan dimulut. ikhlas memang sesuatu yang berat, terkadang membuat dada kita penuh sesak. tapi betapa nikmatnya ketika kita bisa ikhlas…seperti sedang terbang bagaikan elang…!!!!
tri adi
November 21, 2011 at 10:43 amkadang, ada kalanya kita hanya menerima sebuah teka-teki Sang Pencipta tanpa sanggup untuk mengartikan..
simpan..
tak perlu mengetahui arti sesungguhnya, cukup amalkan semampu kita..
warnai hidup dgn niat yang besar akan sebuah misteri ILLAHI..
sukses selalu buat mz iman..
weny
November 28, 2011 at 11:23 amikhlas, bgaimana cranya agar seutuhnya hati kita ikhlas.. bnar2 sulit, smua aku bisa ikhlas kecuali ikhlas untuk melepaskan dia dari aku.. aku ga bisa
arramuse
December 25, 2011 at 2:16 amIkhlas, enteng ngomongnya tapi susah menerapkanya 😀
Arini Pelangi
March 16, 2012 at 1:26 pmILMU IKHLAS…? Sama hal’y dg ilmu-ilmu lain’y..Setiap ilmu pasti ppake proses…yg pertama mengetahui,belajar,berusaha diterpakan walau dg berbagai cara..”‘ikhlas” itu sendiri trkdg bisa melekat dlm hidup krn background “keseringan” mendapat “uji”…hingga tingkat keikhlasan akan semakin tinggi terhadapa hal apapun… Dan Bagi yg Sulit tuk ikhlas…ya manusiawi aja,,tp sedikit demi sdkit dg pehaman insya’allah aan bisa…”ikhlas” jg beda tipis dg “pasrah” pdhl pny asumsi makna yg jauh berbeda…(ILU IKHLAS???) TIDAK GAMPANG
Hendra
May 18, 2012 at 5:15 pmNumpang share pendapat.
Pengertian ikhlas yang sampai saat ini paling saya setuju adalah memurnikan ibadah, tindakan, dan pikiran hanya karena Allah (Lillahi Ta’alla). Betul memang implementasinya susah-susah gampang. Belum lagi ada pendapat orang yang mengatakan jika kita beribadah dan berbuat baik karena ingin ridho Allah dan ingin masuk surganya juga dikategorikan tidak ikhlas karena mengharap pamrih. Kalau yang ini saya kurang setuju, lalu kalau tidak mengharap/meminta kepada Allah mau kemana kita meminta. Sedangkan dalam Alquran perintah berbuat baik dan tegak di jalan Allah selalu dijanjikan dengan balasan yang lebih baik lagi dari Allah SWT.
Bagi saya yang terpenting adalah jangan terlalu ngoyo untuk cepat-cepat meraih ilmu ikhlas karena ujiannya akan terasa lebih berat, yang pada akhirnya akan timbul “ketidak ikhlasan” kalau kondisi yang kita ingin tidak lekas tercapai. Maka mengalir sajalah pelan-pelan dengan berusaha memperbaiki kualitas ibadah dan prilaku sehari-hari. Terima Kasih, semoga bermanfaat.
Zezef
March 26, 2013 at 4:19 pmsusahkah ilmu ikhlas?
mungkin hanya Allah yang tau
zen
April 3, 2013 at 1:25 pmselalu ikhlash dan bersyukur dalam menghadapi kesenangan dan cobaan
zal
October 5, 2014 at 4:07 pmIkhlas
Hati- pemikiran- hati- pemikiran
Tindakan- lillahita’@la..
Hidup.. yakkin akan kebenaran al qur’@n dan maha besar ALLAH SWT.