Van Hohendorff

Sejak datangnya VOC sampai tahun 1705, telah membuat sekitar 111 kali perjanjian dengan kerajaan Mataram. Begitu banyak dan umumnya berkisar urusan perdagangan, dan tidak meyinggung hal hal politik. Masuk akal, karena saat itu kedudukan kompeni sebagai orang asing yang datang mencari keuntungan berniaga di tanah jawa. Baru pada perjanjian yang ke 112, barulah kompeni mulai menyinggung wilayah politik dengan menyebut “ Suatu pelanggaran terhadap VOC, Kompeni berhak menuntut di pengadilan kompeni sendiri yang telah didirikan di Semarang “. Jadi ada sebuah pengakuan terhadap juridiksi pengadilan barat saat itu.

Van Hohendorff sebagai penasehat Gubernur Jenderal Van Imhoff memiliki peran penting sebagai konseptor deal politik dengan Sri Susuhunan Paku Buwono II. Berwajah dingin, dan suka kekerasan. Van Hohendorff sudah ditempatkan berdekatan dengan Sang Raja. Ia bisa menjadi penasehat bayangan sang Raja.

Jatuhnya ibukota Kartasura karena pemberontakan pecinan membuat Sri Susuhunan menyelamatkan diri ke Ponorogo. Lagi lagi Van Hohendorff menjadi juru selamat dengan meminta Kompeni merebut kembali ibu kota Mataram. Tentu saja kegirangan yang luar biasa dari raja yang mendapatkan kembali kerjaaannya harus ditebus dengan kontrak politik. Antara lain pengangkatan Patih dan bupati bupati pesisir harus mendapat persetujuan VOC. Rakyat Mataram tidak boleh membuat perahu dan pelayaran menjadi monopoli Kompeni.

Puncak karier Van Hohendorf sebagai negoisator ulung adalah pada perjanjian 16 Desember 1749, dimana dengan mudahnya ia berhasil memaksa Sunan yang tengah sakit keras untuk menandatangi perjanjian penyerahan Negara Mataram kepada Kompeni.
“ Penyerahan Negara Mataram seutuhnya kepada Kompeni, hanya dengan syarat keturunan Baginda yang berhak naik tahkta kerajaan, turun temurun dan akan dinobatkan menjadi Raja di Mataram. Kepadanya akan diberi pinjaman Negara Mataram “.

Diberi pinjaman Negara Mataram. Bunyi klausul itu bisa begitu menyakitkan dilihat dari sudut kedaulatan Negara. Sejak saat itu Kompeni memiliki legitimasi sah menguasai Mataram, dan raja raja yang akan memerintah Mataram harus mendapatkan persetujuan dari Kompeni dalam bentuk kontrak kontrak politik. Kelak Sultan HB IX mengisahkan dalam biografinya, betapa rumit dan beratnya ia harus terpaksa menandatangani kontrak politik ini sampai akhirnya ia dinobatkan sebagai raja.

Tidak salah kalau ratusan tahun kemudian kontrak politik ini dianggap direpresentasikan dalam kontrak karya pertambangan. Hampir selama 41 tahun, UU Pertambangan menempatkan posisi perusahaan sejajar dengan Negara. Perubahan harus disetujui keduabelah pihak, Bahkan bisa jadi perusahaan lebih kuat kedudukannya dari Negara. Sehingga negara dipaksa tutup mata kalau hasil sampingan Freeport – Emas – lebih besar daripada tembaga misalnya.
Dengan disetujuinya Undang Undang baru kemarin, maka posisi Negara berubah menjadi kuat. Dia diatas perusahaan. Karena ia memangku status pemberi izin. Kalau diartikan bisa sewaktu waktu mencabut izin itu. Tidak melulu dilihat dari jumlah pemasukan yang disetorkan ke kas Negara. Ada hak adat , ulayat dan kewenangan Pemerintah daerah yang diakomodir dalam Undang undang ini juga.

Ini bukan masalah mudah. Begitu banyak kepentingan agar Undang Undang baru pertambangan ini tidak digolkan. Petualang bisnis, pemegang kekuasaan dan politisi yang selalu mendapat keuntungan dari Van Hohendorf perusahaan raksasa abad 21 ini. Konon Golkar adalah partai yang paling alot dalam perubahan undang undang ini.

Bung Karno dahulu selalu menolak untuk membuka habis areal pertambangan Indonesia. “ Biarlah kita menunggu sampai Indonesia memiliki insinyur insinyur sendiri “ begitu katanya kepada Waperdam Chaerul Saleh yang mendesak agar daerah konsensi di perluas.
Bisa dibayangkan betapa repotnya lawyer lawyer Freeport di kantor pusatnya Phoenix, Arizona saat ini mengantisipasi undang undang baru yang mengerdilkan kedudukan perusahaan. Tinggal bagaimana kita menyikapi dengan paradigma baru. Bagaimanapun juga kedaulatan Negara dan rakyat diatas segala galanya.

Pemberian izinpun bisa menjadi permainan baru. Dahulu Mataram bisa dengan mudah dikuasai karena Van Hoffendorf selalu memiliki orang orang dalam Istana yang jiwanya mudah dibeli. Mereka yang rakus dan tamak .
Kalau ini terjadi pada akhirnya peran Negara menjadi agen kapitalisme. Mengherankan Bung Karno sudah menyebutkan puluhan tahun lalu dalam eksepsinya di Pengadilan kolonial. “ Imperialisme adalah politik luar negeri yang tidak bisa dielakan dari negara Negara yang mempunyai kapitalisme keliwat matang. Yang dimaksud mereka ialah kapitalisme dengan pemusatan perusahaan perusahaan yang dijalankan sampai sejauh jauhnya “

Jadi tak salah juga kalau kita berpikir “ Mining is God’s way of saying that you’re making too much money “. Selalu saja ada kepentingan dibalik itu dan Van Hoffendorf CEO perusahaan perusahaan raksasa dengan tenang dan tersenyum menunggu saat yang tepat.

You Might Also Like

48 Comments

  • ika
    December 17, 2008 at 9:38 am

    waaaa………. dhemen pelajaran sejarah yahhh mass????? filosofinya flash back banget gitu looohhh………….

  • afwan auliyar
    December 17, 2008 at 9:49 am

    wew…. ternyata memang penjajahan kompeni berakar-akar sampai ke saat ini…\
    kalau dilihat lagi, saat ini penjajahan msah dilakukan oleh negara, krn rakyat juga mash sengsara 🙁

  • pema
    December 17, 2008 at 11:10 am

    endonesah..!!! Ah….dunia selalu terulang dinegara ini….!!!

  • Indah Sitepu
    December 17, 2008 at 11:29 am

    saya curiga nih….

    mas iman guru sejarah di sekolah mana yah…??

    mau dunkk jadi muridnya.. kewkekekekekkekeke

    *ngaciiiiiiiiiiiiiiiiiiiirrrrrrrrrrrrrrrr*
    ^_^

  • meong
    December 17, 2008 at 11:44 am

    mas iman nih, harusnya bikin film dokumenter history for beginner 😛
    jd pelajaran sejarah akan diterima dg fun oleh murid2 *dan malah oleh guru2nya juga*

    kenapa ya….para pengambil keputusan itu mikirnya keuntungan jangka pendek aja.
    pernah ga sih, diajak dialog, ngobrol2, utk tahu cara pikir mereka ?

  • meong
    December 17, 2008 at 12:01 pm

    *gemes pengen menyobek-sobek paradigma para eksekutif tersebut*

  • angga
    December 17, 2008 at 12:26 pm

    sejarawan juga nech.. hee.. lam knla mas iman.. 😉

  • mantan kyai
    December 17, 2008 at 1:25 pm

    berarti raja surakarta itu minjem dong. kok gak dibalik2in mas??? itu pembantu gubernur keturunan van helsing ya??? 😀

  • omoshiroi_
    December 17, 2008 at 1:34 pm

    mengenai masalah freeport n UU Pertambangan yg baru, saya ko merasa pesimis ya mas..

  • Dony Alfan
    December 17, 2008 at 2:08 pm

    Saya punya kawan yang kerja di Freeport, ngakunya sih kontra-kapitalis, tapi tetep saja dia masih kerja di sana 😛

  • Catra
    December 17, 2008 at 2:46 pm

    sarat informasi.
    saya sangat suka sejarah mas.
    sekarang kita sudah banyak menghasilkan insinyur2 sendiri. tapi tetap saja perusahaan2 asing menguasai tambang di Indonesia

  • adi fatra
    December 17, 2008 at 2:46 pm

    Ini pertama kali saya comment di blog mas iman, setelah sekian lama saya baca. Makin buat saya kagum untuk pengetahuan sejarah mas iman baik untuk tokoh maupun kejadian sejarah dimasa lalu, keren dan seru aja kalo dibaca. Apalagi postingan yang ini.

  • Fikar
    December 17, 2008 at 3:06 pm

    oh gitu ya ceritanya.
    Thanks for share 🙂

  • rackoen
    December 17, 2008 at 3:33 pm

    jadi sekarang beliau-beliau anggota dewan yang terhormat itu lagi bener kerjaannya ya

  • aprian
    December 17, 2008 at 3:42 pm

    Tapi ada juga yg benci komunisme tapi menyukai kapitalisme, padahal komunisme sudah hilang di Indonesia dan kapitalisme membuat Indonesia miskin … (doh)

  • Tukang Nggunem
    December 17, 2008 at 3:50 pm

    Mulakno kere terus negoro iki yang katanya gemah ripah loh jinawi…

    Emang kamfret kok kerabatnya Van Nistelroy itu…

  • Aris Heru Utomo
    December 17, 2008 at 4:26 pm

    Menyadari lemahnya pembuatan perjanjian internasional, sudah sejak lama pejambon mendesak agar diikutkan pada setiap negosiasi yg melibatkan kepentingan nasional. Syukurlah sekarang2 ini ini pejambon mulai dilibatkan dlm negosiasi internasional, shg sedikit banyak kepentingan nasional yg dapat dlindungi dari campur tangan asing.

    btw ditunggu postingan sambungannya tentang keturunan dinasti mataram yg mencalonkan diri sbg pemimpin negeri ini 🙂

  • Jay
    December 17, 2008 at 4:53 pm

    Hmmmm
    Kalo kekuatan perusahaan lebih besar dari pada negara gimana jadinya ..?
    Tapi dari izin pertambangan dan lainnya izin2 (MoU) yg diteken menggunakan jangka waktu yg sangat panjang. Wih kontrak kerjasamanya bisa 100 ahun..

    Setelah, habis kontraknya barulah anak negeri ini bisa menggali hasil bumi ini…

    Hihihihihihihihihihihi

    Kayaknya MoU,, dg jangka waktu panjang seperti itu perlu ditinjau ulang deh..
    Kasihan deh. Kita yg punya, tapi orang menikmatinya..

  • boyin
    December 17, 2008 at 6:19 pm

    oo..mau revisiUU pertambangan to kita…tak doain semoga baik buat bangsa kita deh…

  • edratna
    December 17, 2008 at 7:39 pm

    Mudah2an RUU itu memang benar dilaksanakan dilapangan…..dan posisi negara menjadi kuat.
    Tapi RUU itu nggak akan berlaku surut, jadi kalau kontrak karyanya masih panjang, ya masih lumayan….

  • hedi
    December 17, 2008 at 9:33 pm

    kalo udah gitu, profesi makelar pasti laku berat

  • elly.s
    December 17, 2008 at 9:36 pm

    ruu pertambangan?
    weks..aq malah sibuk nonton bola yg kita kalah mulu ituh….

  • Epat
    December 18, 2008 at 3:32 am

    wah salute klo dah lolos undang-undangnya… tinggal bertarung untuk mengawalnya. mari…
    *lha kok mari? sopo awak kie kekeke

  • Donny Verdian
    December 18, 2008 at 7:38 am

    Hiahhh memukau tenan!
    Mengambil contoh kasus nun jauh ke jaman VOC lalu direbound ke soal mining..

    Mau nggak jadi penambang Lumpur Lapindo ?

    Mas, kapan2 bikin tulisan tentang Jawa bagian utara dong, kebudayaan pesisirnya…

  • leksa
    December 18, 2008 at 10:22 am

    Bener mas,..

    Ini seperti buah simalakama..
    satu sisi, kondisi menurutkan pasar, dikatakan Kapitalis, korban Imperialisme Modern.
    nah satu sisi, RUU yg baru ini, justru membuka peluang politisasi yang kotor dalam deal2 besar itu.

    Makin berat saja godaan politikus di masa mendatang 😀

  • ZAKAR MU KAZAR
    December 18, 2008 at 11:32 am

    Wah…. bukan copy paste kan mas??

    kabur dulu ah………

  • iman brotoseno
    December 18, 2008 at 12:24 pm

    Saudara ZAKAR MU KAZAR,
    Seperti anda sangat tendensius dengan tuduhan anda, dan saya seperti membuang buang waktu untuk mencoba menghubungi serta mengklarifikasi. Terlebih setelah melihat komentar anda – di postingan ini atau di postingan saya dibawah ini.

  • Ndoro Seten
    December 18, 2008 at 1:10 pm

    Di negeri Astina selalu akan ada para Sengkuni-sengkuni gentayangan…..

  • Moh Arif Widarto
    December 18, 2008 at 2:20 pm

    Membaca artikel di atas, saya kok jadi yakin bahwa Freeport telah belajar sejarah kolonial VOC di Hindia Belanda sehingga perusahaan tambang asal Amerika itu mengerti cara mempecundangi pejabat-pejabat Indonesia. Kita sendiri malas belajar sejarah bangsa kita sehingga, termasuk saya, baru tahu ada orang namanya Van Hohendorff ya dari artikel Mas Iman ini.

  • resi bismo
    December 18, 2008 at 3:11 pm

    Orang2 seperti Von Hohendorf akan selalu ada dinegeri manapun. Sehingga pentingnya seorang anak bangsa punya imunitas agar tidak mudah “dibeli” dengan uang. Sayangnya bangsa ini sudah kadung “terjual” oleh suharto dan kroninya sampai saat ini….

    So 2009 ini menjadi momen penting apakah rakyat dengan segala ke-pragmatisan atau keidealisannya mampu melahirkan pemimpin yang dapat membebaskan indonesia dari NeKolin?

  • dondanang
    December 18, 2008 at 10:01 pm

    jadi masih banyak yah orang di negara ini yang bisa dibeli? Dasar

  • Totok Sugianto
    December 18, 2008 at 10:27 pm

    Duh.. ternyata penjajahan ekonomi itu berlangsung sampai sekarang ya.. Sudah saatnya kita mesti lepas bebas dan merdeka mengelola semua aset bumi bangsa ini.

  • agaz
    December 18, 2008 at 10:37 pm

    mdh2an RUU Pertambangan memberikan angin sejuk buat kita semua…

  • Ray
    December 19, 2008 at 1:32 am

    Parahnya, saat sekarang banyak tukang insiyur yang mampu dan mumpuni, mereka malah banyak lari keluar negeri, karena di negeri sendiri tidak diberdayakan dan tidak dihargai dengan layak.

    Semoga undang undang baru bisa gol dan akan mensejahterakan negeri ini. Amin

  • varda
    December 19, 2008 at 6:49 am

    wah, makasih pelajaran sejarahnya mas.. saya baru tahu ada tokoh londo bernama van hohendorff. (selama ini cuma tahu van houten) *sigh*

    kata2 favorit guru sejarah jaman SMA dulu, ‘we study history so we wise before the event.’
    sepertinya enggak berlaku untuk orang2 kita ya? we study history, dan biarlah semuanya terulang kembali.

  • anakperi
    December 19, 2008 at 4:49 pm

    Denger-denger, freeport sudah merumahkan beberapa ribu pegawainya, katanya akibat krisis global. Tapi kok gak ada beritanya, ya? *clingak-clinguk*

  • iks
    December 19, 2008 at 8:48 pm

    di samping itu insinyur-insinyur Indonesia juga lebih suka bekerja dengan CEO kompeni hehe..

  • Dody
    December 21, 2008 at 2:27 am

    Ternyata abang satu ini seorang ahli sejarah juga ya… (logat batak : on)

    Ayo… Indonesia Bisa….

  • biro jasa
    December 21, 2008 at 8:34 am

    wow..analisa yang sangat tajam..di mulai dengan setback sejarah yang panjang..keren mas

  • sarah
    December 21, 2008 at 5:19 pm

    kejam mana kompeni dengan orde baru??

  • Nyante Aza Lae
    December 22, 2008 at 6:23 pm

    ha..ha..ha…mafia berkeley punya ulah, skrg kita yg “menikmati” broo

  • jaka
    December 23, 2008 at 6:13 pm

    Bang Iman, situ kan orang filem.

    Bikin dong skenario dan film tentang “Tiga Serangkai” kita (DD, SS, dan dr. cipto). Perjuangan mereka sangat inspiratif dan banyak memiliki sisi humanistik yg layak jual dan disukai konsumen saat ini (syuting di Belanda, banyak tokoh “bule”, kehidupan DD yang cukup penuh affair, SS yg idealis, dll.). Memang sih, filmnya kyknya butuh dana besar (kelayapan sampai ke Belanda dan harus bikin setting 80 tahun ke belakang).

  • Manusiasuper
    January 19, 2009 at 8:16 am

    Kena banget…

    Hidup di kalimantan, menyaksikan setiap hari ribuan truk pengangkut batubara, biji besih, dan bahan tambang lainnya melintasi jalan negara yang dibangun dengan pajak rakyat. Membawanya ke pelabuhan untuk lalu dilayarkan entah kemana. Mungkin menjadi bahan bakar pembangkit listrik di jawa, di jakarta, di singapura, china…

    Dan penduduk lokal setiap hari harus merasa was-was terjadinya pemadaman listrik bergilir, berebut jatah jalur jalan dengan truk batubara yang kadang tidak peduli nyawa manusia, dan warga sekitar yang harus rela sawahnya dicemari merkuri pertambangan emas..,

  • hasan_x303
    January 27, 2009 at 4:29 am

    yah, susah negara kita punya aparatur negara yang hatinya mudah dibeli…
    semoga negara ini cepat dewasa dan yang sudah tua biarlah digati yang muda dan hatinya tidak bisa dibeli dengan apapun.

  • jhon
    March 27, 2009 at 12:23 pm

    mas,.. punya film kasus-kasus pertambangan yang merugikan masuarakat sekitar tambang??
    mohon di bagi dunk,.. saya sedang advokasi masyarakat Hulu Sungai Barito di Kalteng untuk mempertimbangkan memjual atau mempertahankan lahan mereka,.. TKB

  • Rudy
    April 21, 2009 at 6:12 pm

    setuju mas Iman, UU minerba yang baru memang sedikit mengurangi kontrol van hohendorf modern. Sayang telat sekali dan kurang bergigi kalo national leadership masih spt skrg ini. Saya membayangkan bangsa ini mempunyai pemimpin yg rakyat oriented spt Bung Karno..ah terlalu jauh, spt Hugo Chavez saja deh..pasti kesejahteraan bangsa ini berada di level yg lebih tinggi. Semua kontrak di nego ulang, bila gak mau ditutup saja usahanya…toh pada akhirnya mereka pada balik semua sekian bulan kmd. Hal ini terbukti di Venezuela dan neg2 latin lainnya.
    hhmm…kapan ya pemimpin yg bisa dan berani bilang TIDAK kepada kepentingan asing spt itu ada di negara ini? hiks

  • DrovosekusDD
    July 14, 2009 at 10:39 am

    Случайно наткнулся через гугль! Очень интесно 😉 По моему мало развернутая мысль, хотелось б более обширно почиатать.

  • UnitedVoodoBoy
    July 14, 2009 at 6:22 pm

    Здравсвуйте,
    почитал – всё супер! Только исправьте пунктуационную ошибку в первом абзаце 🙂
    UnitedVoodoBoy

Leave a Reply

*