Browsing Tag

Partai Demokrat

Masih perlukah Partai Politik

Di India, korupsi berlangsung di bawah meja. Di Cina terjadi diatas meja sedangkan di Indonesia sekalian dengan mejanya – “ The Wages of Corruption “ Asia Times Online

Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko mengatakan dalam kicauan twitnya bahwa belum pernah di sebuah negera demokrasi besar, ada 2 pimpinan partai politik besar yang ditangkap dalam waktu berdekatan karena kasus korupsi .
Ini bukan kebetulan atau menganggap KPK menjalani konspirasi kepentingan penguasa. Sebuah analogi yang salah kalau Anas Urbaningrum, menganggap penetapannya sebagai tersangka sebagai rangkaian utuh, terkait sangat erat terkait dengan Kongres Partai Demokrat yang dia menangi. Dia membuat analogi “ Anas adalah bayi yang lahir tidak diharapkan ‘.

Saya masih percaya, rasanya sebagian besar publik juga bahwa KPK tidak mungkin diintervensi. Bagaimanapun juga banyak kader partai penguasa yang ditangkap. Pembelaan Anas hanya sebagai bagian dari strategi pencitraan. Sudah lazim dalam kasus korupsi politik, tersangka atau terdakwa selalu tampil bak korban. Sebagai strategi mengaburkan pandangan publik.

Sebenarnya bukan hanya Partai Demokrat dan PKS. Sejak orde reformasi bergulir, semua partai besar mengalami kasus kasus korupsi yang melibatkan kader kadernya. Partai partai yang dekat dengan kekuasaan, memang memiliki jalan pintas untuk melakukan “ pat gulipat “ proyek Pemerintah. Tiba tiba saja partai – baca : kader – menjadi orang yang penting dan berkuasa. Jauh hari Soe Hok Gie sudah berbicara. Mereka yang idealis ketika menjadi aktivis atau mahasiswa, pada akhirnya akan tergilas begitu masuk ke dalam sistem kekuasaan.
Rakyat menjadi muak dan apatis dengan kehidupan politik. Bagaimana tidak ? Hiruk pikuk politisi DPR dan kader kader Partai yang korup membuat kita semakin bertanya tanya. Perlukah Partai Politik di negeri ini ?

Continue Reading

Belajar ilmu ikhlas

Saya pernah diundang sebuah seminar tentang HAM oleh sebuah LSM dan saya sebagai wakil blogger – diminta untuk bicara tentang peran blog dalam kaitannya dengan advokasi , penegakan hukum dan sebagainya. Setelah selesai, panitia menyodorkan amplop berisi honor dan setelah saya tanda tangani, saya diminta menyumbang ‘ setengah ‘ dari honor tadi untuk dana LSM tersebut. Jadilah saya kembali menandatangani form sumbangan.
“ Iklhas khan pak “ Tanya mbak mbak panitia tadi sambil tersenyum.
Tentu saja saya ikhlas. Karena berbicara tentang blog kepada orang orang yang belum mengerti blogging, saya anggap sebagai kerja amanah. Apalagi di bayar.
Cuma bagaimana dengan para peserta pembicara lainnya ? apakah mereka ikhlas tiba tiba ditodong untuk merelakan honornya dipotong ?

Problemnya adalah apakah ikhlas ini sejalan dengan ekpektasi kita ? ini yang membuat akhirnya kita justru tidak ikhlas, ketika kita merasa terjebak dalam situasi yang tidak enak.
Ada cerita lain. Karena saya suka menyelam di daerah Flores, maka saya merasa akrab dengan masyarakatnya dan daerah ini adalah salah satu daerah termiskin di Indonesia. Jadi ketika saya membaca sebuah postingan di milis group tentang program beasiswa anak anak SMA di Maumere. Saya serta merta mendaftar dan membuat komitmen untuk membiayai pendidikan 5 orang anak. Jadilah saya bapak angkat mereka selama setahun, untuk uang sekolah, seragam dan buku buku. Jika cocok, akan diperpanjang lagi.

Yang membuat saya tertarik, karena sejak awal saya dijanjikan bahwa saya akan mendapat laporan rapor, sampai korespondensi dari anak anak itu. Tentu saja saya ingin tahu bagaimana progress pendidikan mereka. Saya juga ingin tahu buku buku lain yang mereka inginkan.

Continue Reading