Ada yang bilang Mas Pong pasti lulusan STM Penerbangan atau SMA 1 Budi Utomo. Karena kita sering melihat coretan pilox di seantero tembok tembok Jakarta bertuliskan “ Penerbangan “ atau “ Boedoet top “. Tapi mencoret di atap gedung DPR memang tidak mudah. Ini pasti Mas Pong memiliki ilmu gin kang – meringankan tubuh – atau kemampuan merayap seperti Spiderman.
Aksi protes ini fenomenal dengan sekaligus satir. Betapa tidak, Pong Harjatmo yang dalam penggambaran generasi 80an, sebagai tokoh antagonis dalam film film nasional. Kini menjadi pahlawan. Sejak film ‘ Gita Cinta Dari SMA’, peran guru olahraga seakan menjadi hak dia dalam film film berikutnya. Ini bukan karena kebetulan pendidikan Mas Pong adalah SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Jasmani). Hampir sama dengan film film Amerika, ketika American football coach memiliki peran dalam sekolahan. Bedanya, Mas Pong naas selalu konyol ditertawakan murid muridnya. Misalnya karena celananya robek sewaktu memimpin senam pagi.
Urusan corat coret sepertinya memang tradisi bangsa negeri. Sedikit banyak juga menyumbangkan pada revolusi perubahan negeri. Tembok gedung – yang sekarang jadi kantor pos – di Jalan Cikini dekat kalipasir, dulu sering dicoret pejuang republiken yang bertuliskan dukungan terhadap kemerdekaan.
Belum masa masa berikutnya. Coretan agitasi PKI ‘ Desa mengepung kota ‘ sampai ‘ setan kabir ‘ sering ditulisi di tembok tembok perbatasan kota. Menjelang kejatuhannya, Bung Karno sempat marah marah karena tembok pagar istana Batutulis, di coreti ‘ rumah lonte agung ‘.
Coretan bisa menjadi simbol identitas. Rumah rumah yang ditulisi besar besar ‘ Milik Pribumi ‘ atau ‘ Islam ‘ diharapkan menjadi mantera penolak aksi aksi penjarahan dalam kerusuhan.
Kekecewaan Mas Pong adalah akumulasi ketidakpuasan rakyat terhadap salah urus manajemen negara di panggung wakil rakyat. Entah apa lagi yang harus dilakukan terhadap mereka. Jika pimpinan faksi sendiri mengakui sudah kehilangan akal untuk mengatur anak buahnya. Apalagi rakyat.
Tulisan itu tak ada yang peduli jika dicoret coret di tembok jembatan layang. Menarik perhatian, karena ditulis di dalam gedung yang menjadi salah satu simbol negara. Lalu apa efektif pesan tulisan itu ? ya belum tentu. Malah mungkin tidak ada yang perduli dari anggota dewan sendiri. Tinggal di hapus atau di tutup dengan cat lagi. Sama seperti pekerjaan dinas kebersihan kota yang berulang kali me’labur’ mengecat tembok tembok yang di coreti anak anak SMA.
Mas Pong sendiri – walau dapat ditangkap karena pasal penghinaan atribut negara atau perusakan milik publik – tidak akan digelandang polisi. Rupanya mereka cukup tanggap, bahwa jutaan orang akan berteriak jika Mas Pong ditangkap. Jangan jangan nanti ada gerakan KOPONG. Koin for Mas Pong. Selain SUPONG, Solidaritas Untuk Mas Pong.
Jadi Mas Pong bisa dianggap sebagai punakawan, Petruk , Gareng yang diam diam juga membawa suara hati nurani, ditengah tengah kekonyolannya. Barang kali menarik, bahwa persoalan bangsa ini tidak harus diselesaian dengan cara serius. Karena memang subyek manusia sumber permasalahan sudah ‘ ndableg ‘ keras kepala. Jadi kita tunggu Mas Pong ‘ the punisher ‘ datang lagi mencoret wajah wajah anggota dewan.
Gebrakan Mas Pong memang seperti makan tahu Pong. Panas panas dan digigit pelan pelan ujungnya dahulu. Sebelum rakyat benar benar menelannya.
Tentu saja saya berharap Mas Pong mengenakan kostum ciri khasnya seperti film filmnya jaman dulu. Kostum training spak olahraga. Dan sejak hari itu orang orang yang mbolos, korup dan sok tahu sok tengil akan ketakutan.
17 Comments
nicowijaya
July 31, 2010 at 6:15 pmmbayangin mas iman, iph**n, fikr***i pada make training *eh 😀
mawi wijna
July 31, 2010 at 7:29 pmmakin hari bangsa kita makin nekat
edratna
July 31, 2010 at 7:37 pmMakin pusing aja tiap hari, baca koran juga makin bingung….
dewi
August 1, 2010 at 7:01 amHahaha..baca tulisan ini kayak makan kripik tahu pong. Renyah dan gurih! 😀
lance
August 1, 2010 at 11:16 amSUPONG ?….he he
meong
August 1, 2010 at 11:27 ammas pong menginspirasi yg muda2 utk melakukan hal serupa. Saya juga jd pengen sedikit radikal kek mas pong gt, kl udah judeg ngadepin yg ndableg2.
zammy
August 1, 2010 at 12:46 pmjadi pengen nyep… eh.. makan tahu pong! 😀
iman brotoseno
August 1, 2010 at 4:40 pmtunggu aksi Mas Pong di Markas FPI..eh
geblek
August 2, 2010 at 4:36 pmmenunggu markas fpi di didatangi maspong
dewa
August 3, 2010 at 4:19 pmmari kita tunggu mas Pong berikutnya 🙂
hedi
August 3, 2010 at 4:36 pmsampeyan milox2 juga ga mas jaman sma? 😀
idham biro jasa SIM-STNK-PASPOR
August 4, 2010 at 7:30 amaku liat di infotaiment…kok pong seperti sudah melakukan hal besar yang heroik yah…
boyin
August 5, 2010 at 11:56 amsaya kenal salah seorang orang tua yang tidur siang aja mikirin negara dan terus2an gak habis pikir dengannya padahal dia cuman rakyat sipil. Ternyata banyak juga orang biasa yang samapi mau gila karena mikirin itu ya..
inung gunarba
August 9, 2010 at 6:19 pmkelar aksinya kemarin itu, Mas Pong laris ditanggap di beberapa talkshow. Nggak selalu terkait coret-mencoret Gedung Kura-kura tapi juga soal publik service di TV swasta qe3 mantaps
nDaru
August 10, 2010 at 7:07 amKalok kata Pramono Anung, Gedungnya itu ndak salah, yang salah kan oknum yang ngantor…jadi mbok jangan dicorat coret gedungnya…lalu saya nangkepnya kok..SILAKAN CORET2 DI JIDAT OKNUM2 ITU..betul to?
Ipul dg. Gassing
August 18, 2010 at 2:33 pmikut nyoret di sini ah…:)
mas Pong pintar nyari timing. hebatnya lagi beliau sama sekali tidak gembar-gembor sewaktu mulai merencanakan dan waktu melakukan. bisa dibilang wartawan kecolongan..
apa yang dilakukan mas Pong menurut saya lumayan..lumayan menampar mereka-mereka yang kena sindir coretan itu..
DV
August 24, 2010 at 1:01 pmYang miris dari kasus Pong ini adalah kenapa kita sampai harus menerima aksi vandalisme untuk menjewer telinga para anggota DPR ya..
Logika saya, pasti ada kejahatan yang jauh jauh jauh lebih busuk ketimbang kebusukan vandalisme dan pelakunya.
Jadi, dengan berat hati, tapi tetap sepakat aku harus berteriak, “Hidup Pong!” 🙂