Cerita sepuluh tahun lalu ketika saya pindah ke sebuah pemukiman , yang rata rata penghuninya bekerja di kantoran. Mereka berangkat pagi pagi dengan iring iringan mobil keluar gerbang kompleks, dan menjelang malam iring iringan mobil kembali memasuki rumah masing masing. Mirip adegan kehidupan sebuah pemukiman dalam film “ Edward Scissorhand “. Rutin dan monoton. Sementara mereka bertanya tanya tentang saya, apa pekerjaan orang baru ini. Rambut gondrong memakai anting ( waktu itu ), keluar dari rumah siang dan pulang pagi pagi subuh. Bisa juga lepas subuh sudah dijemput oleh sebuah mobil dan berhari hari tidak pernah pulang. Atau kadang tidak kemana mana, hanya kelihatan duduk duduk di teras sambil merokok. Kebetulan waktu itu salah satu video clip Kris Dayanti besutan saya mendapat award dari MTV South East Asia. Sehingga mereka melihat wawancara di TV dan segalanya, barulah ibu ibu komplek yang tadinya mengira saya bandar narkoba mulai tersenyum ramah jika lewat depan rumah. “ oh..orang film ‘ katanya.
Memang jaman dahulu kerja di film memang sering dianalogikan dengan kerja serabutan, sehingga orang tua kita cenderung menyuruh anaknya masuk sekolah kedokteran, ekonomi atau apa saja yang menjamin nanti bisa bekerja di kantoran. Tetapi dengan berubahnya jaman menjadi era globalisasi dan multimedia, dengan banyaknya stasiun TV, TV kabel juga maraknya dunia perfilman. Bidang film khususnya menawarkan berbagai pilihan profesi yang bisa ditekuni dan tentu saja dengan penghasilan yang lumayan. Rincian crew film mulai dari sutradara, produser, Director of Photography, Art Director, Casting Dircetor, Set Builder, Special Effect, Lightingman, Sound recordist, Musician, Editor sampai penata rias. Bahkan kalau di film iklan lebih spesifik lagi , ada food stylish yang mendressing makanan, ada hair stylish khusus untuk iklan shampoo, sampai story board artist yang menggambar visualisasi setiap rancangan adegan. Bagi yang expert dalam disain pakaian bisa menjadi wardrobe stylish, atau yang berkemampuan dalam komputer, grafis bisa menjadi digital effect artist untuk pekerjaan paska produksi. Kalau kita lihat credit tittle di layar lebar bisa sampai puluhan atau ratusan nama yang terlibat. Ini menunjukan banyaknya departemen dengan segala spesifikasi dan orang orang pendukungnya, termasuk para asistan sutadara, asistan produser, asistan kameramen dan sebagainya.
Institut Kesenian Jakarta yang jaman dulu identik dengan sekolah buangan, kini menjadi incaran anak anak yang baru lulus SMA. Demikian di tempat lain jurusan broadcats, sekolah desain serta komunitas film bertebaran di seluruh negeri. Ini menunjukan adanya pola pemikiran baru di generasi muda tentang pilihan karir masa depannya. Jangan dianggap remeh, ada seorang anak muda berusia masih berusia 26 tahun bekerja sebagai ‘ colourist ‘ sebagai tehnisi operator yang mentransfer film negative menjadi data digital atau pita video, bisa bergaji sama dengan seorang direktur bank. Penulis skenario layar lebar papan atas, rata rata dibanderol minimal 50 – 75 juta untuk per skenario. Untuk bidang teknis seperti Director of Photography, Camera operator, Gaffer, Art Director dll umumnya dibayar per hari syuting ( untuk film iklan ) atau kontrak per judul ( untuk layar lebar ). Honor Director of Photograpy atau kameramen untuk film iklan bisa 7 – 12 juta per hari. Untuk pekerja crew lainnya seperti lighting, loader, focus puller, dollyman, grip, unit dll berkisar 500 ribu – 2 juta juta perhari. Sementara seorang PU atau Pembantu umum yang biasa menyiapkan kopi, teh, makanan kecil minimal mengantongi Rp 250,000,- per hari. Lalu bagaimana dengan sutradara ? posisi ini biasanya diikat per project dan honornya relatif, dengan kisaran antara 10 juta sampai 200 juta. Bahkan saya yakin untuk iklan iklan rokok yang banyak memakai sutradara bule, total honornya bisa mencapai 300 – 500 juta. Juga sebagai gambaran untuk sutradara sinetron papan atas bisa berkisar 20 – 25 juta per episode. Sutradara memang hampir seperti pelukis, tidak ada patokan yang resmi. Bisa saja dia memberikan lukisannya dengan gratis, ada juga yang harga lukisannya sejuta bahkan sampai ratusan juta.
Enaknya juga, pekerjaan kita tidak pernah monoton, selalu bertemu orang yang berbeda beda, lokasi berbeda beda, serta ide yang berbeda pula. Bahkan kita bisa melihat suatu tempat yang mustahil kita datangi kalau bukan karena pekerjaan ini. Kita bisa syuting di pelosok papua, danau toba sampai disebuah gunung bersalju, di utara Vancouver – Canada. Mengenai busana kerja, orang film tidak direpotkan dengan baju rapi berdasi, blus, celana atau rok bahan. Cukup jeans, kaos T shirt dan sepatu kets. Kadang saya bekerja atau meeting dengan klien memakai celana pendek saja. Walau suatu waktu juga merepotkan kalau harus menghadiri acara resmi, karena tidak banyak pilihan pakaian resmi yang dimiliki. Dari tahun 1993 saya hanya memiliki 2 steel pakaian batik yang dipakai berganti ganti untuk undangan perkawinan, sunatan keponakan sampai audiensi dengan pejabat. Kembali ke ruang lingkup pekerjaan di film, dengan munculnya generasi baru, memiliki budaya yang lebih ‘ gaul’ , lebih akrab dengan teknologi bahkan memiliki background pendidikan yang kuat, akan menyuntikan darah segar perfilman nasional. Jelas berbeda dengan generasi film lama warisan film film jaman baheula yang lebih ke otodidak dan sangat ‘ gaptek ‘ internet dan komputer. Ada riset dari majalah Fortune di Amerika sana, justru sekolah sekolah bisnis mengalami penurunan peminat, berbanding terbalik dengan sekolah film yang mengalami peningkatan murid. Jadi wahai bapak bapak dan ibu ibu, sudah bukan saatnya lagi memasang wajah galak kepada calon menantu orang film. Mari !
115 Comments
davin
August 9, 2015 at 12:05 pmAq pingin banget jadi pembantu umum di PH/FILM karena aq suka di bidang pelayanan melayani dengan hati IKLHAS PROPESIONAL add me 58109645 pin bb ku
Resinta
August 15, 2015 at 6:19 pmSebenarnya hati pengin banget tapi tau sendiri sekolah di bidang ini saya merasa banyak kendala, dari tempat sekolahnya cuma ada di kota” besar dan yang menjadi faktor utama biaya yang besar karena saya bukan dari keluarga berada.
Sedih banget sebenernya harus melupakan cita” dari kecil.
Semoga dunia perfileman indonesia semakin maju ..
ilham
September 10, 2015 at 7:55 amPengen bgt kerja di film…obsesi banget..semenjak membuat film dengan alat seadanya..gimana ya caranya biar bisa masuk di dunia perfilman..dibalik layar tentunya
Hamdani
January 17, 2016 at 2:46 pmPengen bgt jadi editor of Photografi :”( .
steven
June 25, 2016 at 5:00 pmDear pak iman..perkenalkan saya steven dr jonggol..mohon bimbingannya atau petunjuk.saya ingin terjun dan belajar didunia perfilman..karena saya liat ide ide film ataupun sinetron ditayangkan sudah sangat jenuh dengan konsep.itu itu saja..berhubung saya seorang yg suka nonto film drama atau tv..terutama film hongkong.taiwan.singapore yg cnderung mendidik..saya berpikir jika saya bisa terjun belajar maka peluang pasti ada..mohon sarannya pak karena saya orang awam tentang perfilman.usia 35 tahun tionghoa..bagaiamana saya harus memulainya ya..kursus dasar atau magang..mohon petunjuknya..terima kasih
tarmuzi azhar
July 4, 2016 at 2:03 pmpak iman, perkenalkan nama tarmuzi azhar, saya mau magang didunia profesional film terutama dalam bidang kamera. mohon bimbingannya pak.
Sandy Cendra
December 10, 2016 at 10:29 pmPak Saya Sandy Cendra dari Medan 21 tahun saya sangat menyukai aktor” luar maupun dalam negeri yg membuat film jadi saya juga meningkatkan cara komunikasi saya dan juga cara berakting saya sejak saya Masuk SMP . sampai sekarang saya sangat menyukai masuk ke dalam film dan ber akting .
Zainal Sandi
December 18, 2016 at 11:29 pmpk iman. ini Zainal dr Bandung. sy pingin bgt bisa magang/bekerja apalagi d’bidang perfilman. sy pling hoby bgt nonton film Ftv, dr situlah sy terobsesi utk bisa bergabung di dunia perfilman. Dn pengen bgt nglanjutin sekolah dlm bidang perfilman pk,dn lgi2 soal biaya yg begitu mahal. hnya ada angan2 sy pk. “pengen bgt bisa bergabung dgn kru cameramen khususnya d’balik layar dn bs ikut bermain film dn itu sgt berharga bgi sy pk. Dn hnya ada stu kendala ” Bagaimana caranya agr sy bisa bekerja dn bergabung brsama para kru ? mohon petunjuk & bimbingannya pk iman..Terima kasih 🙂
Ade Nurjanah
May 12, 2017 at 12:32 pmAssalamu’alaikum pak iman aku ingin sekali bisa bekerja menjadi crew film bisa merasakan lagi suasana membuat film seperti waktu kuliah dulu , mengasah lagi ilmu” yang aku dapat di bangku kuliah dulu
Mohon bantuanya pak iman agar bisa kerja menjadi crew film
Siska
June 29, 2017 at 1:17 pmPak kalo da lowongan jadi crew film.saya mau….
Maulana
July 1, 2017 at 2:48 amSy sangat bersyukur bisa berkarya di dunia audiovisual, ide cerita saya diterima sama produser dan karya pertama saya di Kisah Nyata Trans 7 “Tangisan Tsunami Aceh ” you tube ☺
Maulana
July 1, 2017 at 2:51 amIde cerita kedua sy “Petaka Petasan” yg tayang waktu ramadhan di Trans 7.
Dan siap2 tayang Kisah Nyata bertema misteri
devay
July 5, 2017 at 11:10 pmassalamualaikum…cita2 saya pengen kerja di bagian crew film, saya belajar pelatihan cameramen&photografi,pernah kerja di event organiger dan untuk saat ini belum dapat pekerjaan lagi..sekiranya Bapak Iman Brotoseno berkenan untuk membantu saya untuk bisa memberikan kesempatan bergabung dan bekerja di crew film saya akan bekerja keras dan memberikan kontribusi yang terbaik di tempat saya bekerja. terima kasih..
ikbal
November 21, 2017 at 3:44 pmSaya sangat berminat ingin menjadi loader..mohon bantuanya..wa 083811407243
endah wahyuningsih
July 2, 2018 at 10:19 pmPak iman,perkenalkan saya endah dr jakarta sy pengen bnçet kerja jd kru sinetron,jd bagian umuu
.mohon bantuannya …wa 083808732785.terima kasih