30 June 2009
Jangan remehken Logika
Posted by iman under: FILM; INDONESIANA; PERIKLANAN; REMAH REMAH .
Suatu periode tahun delapan puluhan. Sebagai mahasiswa baru di Universitas Indonesia, kami wajib menyiapkan sebuah acara di malam perkenalan kampus. Sempat bingung sebentar, sampai kami sepakat membuat operet tari tarian ala Michael Jackson. Video Klip “ Beat it “ menjadi referensi. Contoh gerakan tari, kostum dan gaya menyanyi sound alike, di contek habis.
Seorang teman yang menjadi anggota Swara Mahardikanya, mengajari kami bagaimana menari dan bergoyang. Jadilah sebuah operet yang sebenarnya memalukan, sekaligus mengundang tepuk tangan.
Apa yang bisa ditarik dari seorang Michael Jackson pada masa itu ? Sebuah budaya barat egaliter yang bisa menginspirasikan sebuah operet picisan mahasiswa mahasiswa baru di negeri berjarak ribuan mil jauhnya.
Bahwa seni – musik, film, tari, bahkan komunikasi – selain bersifat menghibur atau alat propaganda. Ia harus dalam paparan universal dan logis bagi siapapun yang menerimanya.
Orang daratan Cina, mungkin tidak bisa berbahasa Inggris tapi bisa berdendang mengikuti irama lagu lagunya Michael Jackson. Kenapa Islam bisa diterima ? karena Wali Sanga tidak melulu menafsirkan budaya arabnya. Ada unsur wayang dan budaya lokal yang diselipkan.
Kita bicara teknik komunikasi , penyampaian ide harus memahami pikiran target audiensnya. Baru baru ini saya di tanya oleh team pencitraan JK Wiranto. Bagaimana pendapat saya tentang iklan iklan mereka.
Saya mengkritiknya, bahwa iklan iklan ( terdahulu ) terlalu cantik, indah dan membingungkan bagi target audiens. Mereka mestinya bicara kepada grass root, sesuai kapasitasnya. Gambar gambar indah , tema taktikal seperti JK membangun bandara justru tidak dipahami oleh kalangan C, D yang sebagian besar merupakan penduduk Indonesia.
Iklan SBY yang ‘norak ‘ dan kampungan justru lebih mudah dipahami. Karena ia bicara tentang sesuatu yang dekat dengan kehidupan rakyat grass root sehari hari.
Ini menjelaskan mengapa dulu larutan Cap Kaki Tiga bisa menerterjemahkan misteri yang terjadi dalam alam subkultur kehidupan masyarakat Indonesia.
Panas Dalam. Ini adalah penyakit khusus orang Indonesia, karena sampai sekarang tidak ada obat kedokteran yang dibuat untuk menyembuhkan panas dalam.
Meminjam istilah Prof Warren Keegan. Obat panas dalam bisa disebut sebagai deep – need ( kebutuhan mendalam ) yang sering terselubung , namun tidak bisa terartikulasikan oleh konsumen. Dulu ada perusahaan yang mengetes cairan Cap Kaki Tiga di laboratorium. “ Just water “. Namun anehnya orang percaya jika minum secara teratur, badannya akan menjadi lebih enak.
Ini sebenarnya resep yang mudah dalam teknik komunikasi. Pahami apa yang berlaku dalam alam subkultur masyarakatnya. Sesuatu yang dekat dengan kehidupan sehari hari. Sesuai dengan logika pikiran orang Indonesia.
Makanya film film horror masih saja laku di Indonesia. Apapun itu seri pocong atau Kuntilanak, orang masih saja membeli karcis bioskop. Karena bagi logika berpikir klenik orang Indonesia, rumah kosong pasti ada hantunya.
Apakah logika pikiran orang Indonesia, karakteristik masyarakat C, D memahami neolib, ekonomi pancasila dan segala tetek bengek istilah di awang awang yang sering dibicarakan para kandidat capres ?
Logika mereka adalah hidup sulit, antri minyak goreng dan mimpi bisa menyekolahkan atau ke dokter dengan gratis.
Jangan meremehkan logika berpikir. Minggu lalu saya nonton dua film Indonesia. Ternyata ‘ Di kejar Setan ‘ lebih menarik dibanding ‘ Ketika Cinta Bertasbih ‘. Pasalnya walau dipenuhi adegan jerit jerit ketakutan, pemaparan film horror itu masih terasa logis dibanding film yang bertag line ‘ asli mesir ‘ itu. Sesuatu dalam logika berpikir saya mengatakan demikian.
Kalau sudah begini, saya tinggal menunggu diputarnya film ‘ Hantu Neolib ‘. Siapa tahu ?