Tentang Solar Lantern

Problem utama sebagai pekerja film, ketika harus blusukan dan mengambil gambar di pelosok negeri adalah urusan pasokan daya listrik. Bukan buat lampu penerangan di tenda atau pondok, karena kita bisa menggunakan lampu ‘ badai ‘ atau petromak. Justru yang penting untuk men-charge baterei ponsel atau kamera.
Ketika bermalam di perkampungan suku Boti di pedalaman Timor Tengah atau di rumah betang perkampungan dayak Kalimantan Tengah, saya harus meminta crew membawa generator kecil yang berkekuatan 1200 kva. Walau kecil, tapi tetap saja berat dan merepotkan kalau digotong menembus hutan. Belum lagi harus menyediakan bensin secukupnya.

Ini memang problem serius bagi negara besar seperti Indonesia yang masih menyimpan kantung kantung wilayah yang belum terjangkau listrik dan penerangan sehingga mempengaruhi sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan di wilayah tersebut. Menyadari kesenjangan tersebut, Panasonic memperkenalkan alternative penerangan mobile yang berbasis ramah lingkungan, Solar Lantern BG-BL03.

Ide pembuatan teknologi ini sebenarnya dari Menteri asal Uganda yang berkirim surat ke Panasonic, yang bercerita tentang sulitnya akses penerangan di pedalaman Uganda. Teknologi Solar Lantern BG-BL03 ini praktis, karena sumber pengisian daya ( charging source ) menggunakan sinar matahari. Tentu saja, pasokan sinar matahari buat negara tropis seperti kita, bukan masalah.

Dengan panel solar 3,5 W dapat mengisi kembali baterei dalam waktu 6 jam dalam kondisi cerah. Jika bateri terisi penuh, maka baterei akan bertahan selama 6 jam pada pengaturan tinggi. 15 jam pengaturan sedang dan sekitar 90 jam pada pengaturan rendah.
Lampu ini memiliki 5 LED yang dirancang memancarkan cahaya ke segala arah. Sudut yang lebar cocok untuk alat penerangan keluarga sampai saat anak anak belajar.

Jadilah dalam pengambilan gambar time lapse diatas bukit sikunir Dieng, saya menggunakan Solar Lantern untuk kebutuhan penerangan di malam hari. Saat itu saya harus menginap dari sore karena harus mengambil time lapse dari sore sampai pagi matahari terbit. Arak arakan awan yang bergerak dibalik semburat senja, berganti bintang bintang yang berjalan sampai kembali pada arak-arakan awan setelah matahari terbit. Megah dan mempesona.

Selain itu Solar Lantern Panasonic dilengkapi USB port yang dapat mengisi baterei perangkat elektronik kecil seperti ponsel. Sebuah ponsel berkapasitas 700 mAh dapat terisi penuh dalam waktu 2 jam. Lampu yang terisi penuh dapat memberikan daya cukup untuk satu atau dua kali pengisian ponsel.
Walaupun Solar Lantern aman digunakan ditengah hujan, karena dilengkapi pelindung air dan debu, namun lampu ini bukan untuk didisain terendam dalam air.

Solar lantern Panasonic bisa sekaligus menjadi sumber cahaya yang jernih dan aman. Menjadi lampu penerangan yang mobile. Bisa diletakkan di meja atau digantung dimana saja. Kembali ke pengambilan gambar di Bukit Sikunir, saya bisa beristirahat dalam tenda sambil menjalani ritual sebelum tidur. Membaca buku sambil menunggu tertidur. Tentu saja yang paling menyenangkan, saya tidak perlu membersihkan lubang hidung yang kotor setiap pagi, karena sisa debu asap lampu pelita yang menempel.

photo petromak di sini

You Might Also Like

5 Comments

Leave a Reply

*