Dahulu ada seorang sakti dan ahli pengobatan alternatif yang tinggal di sekitar Ungaran. Namanya Pak Budi Santoso. Profesor Budi, demikian orang orang sekitarnya menyebutnya. Saya tidak tahu apakah dia professor medis sungguhan. Yang jelas dia membuka praktek pengobatan di rumahnya. Pasien pasiennya banyak sekali, sampai dari luar kota termasuk Jakarta. Saya mengetahui karena sempat mengantar almarhum ayahanda berobat disini periode tahun 1990.
Yang unik, setiap malam satu suro, Profesor Budi membuat satu atraksi ‘nyeleneh’. Dia membuat pagelaran wayang kulit, dan pada jam dua belas malam ia mengambil keris lalu menusuk perutnya sehingga ususnya terburai keluar. Berdarah darah dan menyeramkan. Setelah ‘ mati ‘ ia dikuburkan di halaman rumahnya saat itu juga.
Setengah jam kemudian, kuburan digali lagi dan mak jenggring sang professor hidup kembali dan segar bugar lagi.
Saya bingung, demikian juga sebagian penonton yang baru pertama kali menonton atraksi itu. Ini sulap atau apa ? Cuma saya tidak berani mempertanyakan secara langsung.
Bukan karena saya takut ditusuk keris, tapi karena saya terkondisikan harus mempercayai apa yang saya lihat. Tentu sekarang kita tidak bisa melihat atraksi itu lagi, karena sudah bertahun tahun yang lalu Profesor ini meninggal. Mati beneran.
What you see is not actually what you are seeing. Bukankah ini juga menjadi permainan dunia intelejen negeri kita. Selalu ada labirin berlapis lapis untuk sebuah misteri. Apa yang kita lihat bukan sesungguhnya yang kita lihat.
Bingung ? Demikian juga Suciwati, Pollycarpus dan semua orang yang memperhatikan dagelan politik pembunuhan aktivis HAM Munir.
Pertama. Dari awal persidangan, tak ada ada satupun petinggi lembaga intelejen yang dapat dihadirkan sebagai saksi. Jelas jelas dakwaan si pilot sebagai agen binaan BIN. Jadi persidangan dan bukti bukti hanya berdasarkan berita acara atau kesaksian dari sana sini. Bahkan sebuah kesaksian terakhir dari seorang agen BIN – yang namanya juga – Budi Santoso yang dipakai oleh Kejaksaan Agung untuk meminta Mahkamah Agung melakukan Peninjauan Kembali atas keputusannya terdahulu. Kesaksian yang salah satunya mengatakan Pollicarpus mengenal Muhdi PR.
Jangankan sang jenderal. Si agen pun tidak bisa dilacak dan dipanggil ke pengadilan sebagai saksi. Ketua BIN mengatakan sang agen sedang melakukan tugas negara di Pakistan.
Kedua. Dalam episode sebelumnya, salah satu bukti surat penugasan Policarpus dari Wakil kepala BIN terhadap Direktur Utama Garuda, telah hilang. Pasti ada tangan tangan yang tak ingin surat ini menjadi barang bukti keterkaitan institusi intelejen.
Lha anehnya si Budi Santoso itu khan agen BIN , tetapi kenapa dia memberikan kesaksian yang memberatkan bekas atasannya. Logika saya semestinya dia keukeuh menjauhkan institusinya dari hubungan dengan si pilot Garuda. Sebagai agen semestinya dia loyal dan setia kepada inncer circle inti. Sebagaimana Pollicarpus yang mati matian menolak kenal dengan Direktur BIN May.Jend Muhdi PR atau Wakil Kepala BIN M. Asaad.
Setelah membaca buku “ Menguak Tabu Intelejen “ – Dr. AC Manulang, bekas direktur BAKIN, juga buku biografi Jend. Benny Moerdani. Saya berpikir, jangan jangan Policarpus hanya sosok pengalih, yang berada di tempat yang salah dan waktu yang salah. Siapa tahu ada operasi intelejen lain yang bersamaan dengan ‘ operasinya ‘ Policarpus, dan ia sudah diplot menjadi kambing hitam begitu tabir pembunuhan Munir terbongkar. Intelejen kita yang selama ini mendapat pelatihan dari Mossad dan CIA tentu sudah memikirkan Plan A dan Plan B. Bahkan Plan C.
Operasi intelejen menjadi sangat menarik kalau dipelajari, karena bisa menjadi sebuah kotak Pandora yang sangat sensitif. Bahkan bisa melewati batas negara. Siapa yang bisa menyangka justru buku putih CIA dan beberapa dokumen dokumen mengenai keterlibatan agen agen Amerika dalam naiknya Jend Pinochet di Chili tahun 1973.
Dalam operasinya mereka memakai nama sandi ‘ Operation Jakarta ‘.
Apakah tangan tangan CIA bermain dalam turunnya Bung Karno dan naiknya Jenderal Soeharto ? Sesuatu yang mirip dengan situasi di Indonesia tahun 1965. Presiden Salvador Allende – seorang nasionalis kiri sedangkan Jenderal Pinochet seorang anti komunis yang pro Amerika. Bedanya Salvador Allende ditembak mati bersama ratusan ribu orangorang Chili yang dituduh komunis.
Saya juga tak mau berandai andai. Terus terang saya takut dengan apa yang berbau militer dan intelejen di negeri ini. Saya masih waras. You never knows. Lebih ‘ aman ‘ membuka tabir perselingkuhan Dhani Ahmad dengan Mulan Jamelaa saja.
Yang jelas Pollicarpus akan menebus hari harinya selama 20 tahun di penjara. Terakhir saya diberitahu ibu kalau Pollicarpus adalah putera si Profesor sakti dari Ungaran itu.
Wah, jangan jangan dia juga sakti seperti bapaknya, dan bisa keluar masuk penjara tanpa ketahuan penjaganya.
Namanya juga permainan intelejen. Siapa yang tahu dia benar benar dalam penjara ?
68 Comments
trian
January 30, 2008 at 2:24 pmoh, saya pikir Polly memang pembunuh Munir mas.
sudah sangat jelas buktinya. tapi kenapa petinggi BIN ga terlibat ya.
namaya prajurit kan ada jenderalnya pasti.
sulit memang intelejen itu.
evan
January 30, 2008 at 2:30 pmsaya lebih takut dijejali informasi perselingkuhan dani-mulan,mas..
evan
January 30, 2008 at 2:35 pmTerlalu banyak misteri di dunia intelejen,mas. Dan saya suka membacanya.
Soal Munir,logika sederhana kita mungkin mudah memprediksi siapa otak dibalik kematian dia. Tapi aku termasuk bangsa penakut untuk membahasnya lebih jauh..
fahmi!
January 30, 2008 at 2:48 pmaku juga sependapat dg opini “pollycarpus itu hanya sosok pengalih, yang berada di tempat yang salah dan waktu yang salah”. sial bener dia.
jeng endang
January 30, 2008 at 2:54 pmkok takut mas, dgn intelijen negeri ini? semua intelijen di negara manapun akan seperti itu kan…..akan ada yg dikorbankan….entah apa alasannya, hanya mereka yg tau…..benar atau salah, tentu pasti ada.
Nico
January 30, 2008 at 3:10 pmJamanya konspirasi mas, waktu yg akan bercerita. Siapa dibelakang siapa. Mana kita tau kalo itu kerjaan bin? Jangan2, pihak luar ingin menyudutkan badan milik negara ini.
Mengutip, “prajurit bayangan yg bertempur dalam perang adu pintar”
cK
January 30, 2008 at 3:15 pmduh…kalau menyangkut beginian suka serem sendiri. mending menguak gosip aja… 😀
aLe
January 30, 2008 at 4:14 pmyup,
diam bukan berarti ga peduli,
dan pembuka tabis gak harus kita kok, sudah ada yg bertugas masing2
triadi
January 30, 2008 at 4:17 pmwah maen maen intelijen gini bagusnya baca novelnya E.S. ITO, yang judulnya Rahasia Meede…pasti ada pion, ster, rojo nya..
didut
January 30, 2008 at 4:34 pmpostingan yg menarik nih
*no komen hanya baca saja :D*
Aris
January 30, 2008 at 4:35 pmWah mas kalau dunia intelijen lurus2 aja, film2 spy seperti James Bond enggak bakalan laku …
pacul
January 30, 2008 at 5:26 pmora melu-melu…..
max
January 30, 2008 at 5:40 pmSerius Mas? Jangan2 nanti pas di balik jeruji besi, dia menghilang dan menghirup udara bebas lagi. …
Nazieb
January 30, 2008 at 5:44 pmIntelijen…
Nglakuin apa saja dengan dalih “demi keamanan negara”
🙄
susan
January 30, 2008 at 5:51 pmkok takut mas? gak punya kotak pandora, kan? 🙂
Hedi
January 30, 2008 at 5:58 pmsaya paling seneng dg dunia intelijen, banget. seru aja nyamar2 gitu, jalanin aksi, bunuh orang dan yang paling seru adalah identitas palsu (semua rekayasa), sampek keluargapun ga ngerti 😀
dosa? ah itu juga seru…urusan masing-masing hehehe
parcendol
January 30, 2008 at 6:16 pmmembaca..
berpikir…
lantas berharap semuanya bisa terkuak atas nama keadilan..!!
leksa
January 30, 2008 at 6:50 pmwedew….
jangankan nebak apa itu operasi intelijen sesungguhnya,
wong sapa yg jadi intel aja susah tahunya,..
btw, menurut analisa saya (yg abal2 ini) emang ada intrik polemik di dalam Badan Intelijen kita untuk kasus Munir, lebih tepatnya suatu ketika – suatu massa, intelijen “terpakai” untuk sebuah kepentingan otoritas tertentu, bahkan bisa jadi penyimpangan karena dipakai golongan tertentu untuk menyelamatkan mereka..beberapa bukti mengarah ke sana..
Bagaimanapun kasus Munir adalah dagelan luar biasa,
yang justru siapa dalangnya masih kabur sampai sekarang…
maaf belum sempat update photo2 sejarahnya, Mas… 🙁
la mendol
January 30, 2008 at 7:55 pmTerus sopo sing mateni Munir ?
*saya baca Cakram. Ada sampeyan, Mas. Sayang resolusi fotonya rendah, jadi pecah.
titiw
January 30, 2008 at 8:21 pmOh ya..? pollycarpus anaknya wong sakti itu? ck ck ck.. mas iman tau dari ibu? Wah beliau kayaknya tau peristiwa2 penting ya.. (seperti di cerita pak karno itu..)
Ray
January 30, 2008 at 8:40 pmkenapa hukumannya gak hukum mati saja, begitu di tembak langsung di makamkan, sehabis itu di buka kembali.. sehat lagi deh polly 😀 *aneh BIN ajaib*
pengki
January 30, 2008 at 11:44 pmeh ? saya kok nemu banyak sumber dari paman google tentang ini ya mas.. ** duh kurang bacaan nih saya **
ilhamsaibi
January 31, 2008 at 12:49 am@ray:bener tuh om, kali aja elmu si prof udah diturunkan ke anaknya, kekeke
Aku awam dunia perintelan
January 31, 2008 at 1:14 amUntung wae mas, nulisnya sesudah jaman orba berakhir. Kalo tidak, bisa bisa sampeyan lo yang kena ciduk. Hehehe
extremusmilitis
January 31, 2008 at 1:36 amHohoho, maka-nya dari dulu aku senang dengan hal-hal ber-bau intelijen Mas, soal-nya penuh dengan trik dan strategi, sekaligus men-jadi-kan-ku lebih waspada dalam ber-tindak. Karena bukan tidak mungkin orang-orang ter-dekat kita juga adalah bagian dari para intelijen, dan kita tidak tahu itu sama sekali. So, just be careful on everything we do and we say 😉
ikram
January 31, 2008 at 1:46 amPenuh misteri. Like father like son.
imcw
January 31, 2008 at 6:23 amAnalisisnya mantap, bergaya intelijen. 🙂
de
January 31, 2008 at 6:26 ammas Iman juga punya takut tho?
Donny Verdian
January 31, 2008 at 9:58 amNamanya juga intelejen. Warna langit aja bisa diubah persepsinya dari biru jadi warna laen kalau udah ngomongin soal intel.
Wazeen
January 31, 2008 at 12:01 pmSetelah saya tahu beberapa a b c d intelejen saya jadi sedikit paranoid setiap ketemu orang-orang, saya selalu dihantui ketakutan yang “jangan-jangan” , btw dalam hal penguasaan data di lapangan intelejen kita masih yang terbaik di seluruh jagad mas.
Mbah Sangkil
January 31, 2008 at 12:19 pmkemaren habis baca ini “Buku Mafia Berkeley dan Pembunuman Massal di Indonesia” ya gak jauh2 amat ama yg dikatakan mas Imam, bahkan bisa dibilang persis. Intelejen memang sesuatu yg terdengar, kelihatan, misterius dan tak tersentuh.
Rynie
January 31, 2008 at 12:22 pmplot cerita blog yg ini ciamik bgt, pertama menggambarkan seorang “profesor” yg ternyata berkaitan dgn policarpus…..
never bored to read ur blog………
Nico
January 31, 2008 at 3:20 pmMas iman, r u there?*nanya kabar,lg perhatian:D*
kw
January 31, 2008 at 4:27 pmwaduh…. aku blm pernah baca buku intelijen2… menarik sekali ternyata?
dee
January 31, 2008 at 6:33 pmakur ama komen yang di atas2: kalo tulisan ini diposting jaman orba wah2 bisa2 kena UU subversif nih mas iman hehehe..
(lagi-lagi) posting yang menarik..baru tadi siang membahas si polly yang ketiban apes sambil makan ikan terubuk bakar bersama teman 🙂
mm, jadi ibunya bener ibu itu ya mas ..heheheh..:D
dee
January 31, 2008 at 6:34 pmoya, ngebaca resensi buku Rahasia Meede di Tempo, sepertinya menarik apalagi setelah baca posting ini..ada yang mau ngirim ke saya?
*maksa.com*
mbakDos
January 31, 2008 at 10:15 pmsee only, don’t think to touch it. ever 😉
Totok Sugianto
January 31, 2008 at 11:18 pmsaya suka film born identity, yg mengulas dunia intelijen. bener2 rapi kerjaan mereka dan mereka siap mati demi menjalankan misinya
Lance
January 31, 2008 at 11:19 pmliat kiri kanan…curiga mode ON
Iman
January 31, 2008 at 11:21 pmnico, kenapa ?
pengki,..kamu akan bertambah kaget jika rajin rajin bongkar sana sini
sluman slumun slamet
February 1, 2008 at 12:02 amdasar bin….
😀
mantan kyai
February 1, 2008 at 8:42 amberarti pollycarpus anaknya orang sakti yah… jadi tatut
siska
February 1, 2008 at 5:55 pmwah wah…..konspirasi dibalik ditahannya kembali Pollycarpus lebih seru dibahas daripada gosip murahan Dani-Mulan itu, Pak.
tapi yg paling seru yah, bahwa mas Polly itu anaknya orang sakti toh? waaaah…
*menunggu berita tv: Pollycarpus menghilang dari penjara*
rani
February 1, 2008 at 6:33 pmwah… posting ini banyak twist-nya 🙂
Nico
February 1, 2008 at 7:00 pmKirain lg sibuk mas 😀
GuM
February 2, 2008 at 5:20 pmya2.. seperti kasus udin – wartawan harian bernas – yang juga penuh dengan konspirasi.
tunggu… bukannya semua kasus di sini memang seperti itu pak? 😀
-tikabanget-
February 3, 2008 at 5:04 pmdimana mana, intelijen ituh bermain belakang..
kok di endonesa ndak mbuka cerita tiap berapa dekade kayak CIA ma FBI ya?
andrias ekoyuono
February 4, 2008 at 1:17 pmapa mas ? apa ? mau tau nih, ada foto2nya ? 🙂
bahtiar
February 6, 2008 at 1:22 pmruwet yaa mas … 🙁
arthur
March 14, 2008 at 12:22 pmGara2 blog ini saya jadi inget kalo dl pas masih SD pernah diajak maen ke rumah Prof.Budi, kebetulan dia masih sodara tetangga saya…