Browsing Tag

Pemilu 2014

Keberpihakan media TV dalam Kampanye

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia hasil munas 1993, Megawati Soekarnoputri pernah mengeluh kalau dirinya tak kalah cantik dengan bintang bintang sinetron di TV. Tapi kenapa tayangan wajahnya hampir tak tampak di televisi, baik TVRI atau TV swasta, tanyanya lebih lanjut. Uneg unegnya muncul pada HUT PDI di Denpasar tanggal 16 Mei 1993. Megawati secara terbuka menuntut TVRI agar lebih adil memberitakan berita seputar parpol dan Golkar. Seperti biasa protes itu dianggap angina lalu. “ Biarkan Parpol memprotes, TVRI tetap berlalu “.

Tentu jaman itu, siapa bisa melawan penguasa ? Hasil penelitian Harian Media Indonesia selama 3 bulan, April sampai Juni 1995, bisa sebagai dijadikan sample. Disebutkan TVRI menyiarkan kegiatan Golkar sebanyak 98 kali. PPP 10 kali dan PDI 2 kali. Sementara liputan ketua umum juga tidak seimbang. Harmoko menapat 38 kali. Ismail Hassan 10 kali dan Megawati 1 kali.

Menjelang pemilu 1997, Aliansi Jurnalis Independen mencatat total tayangan TVRI pada bulan Oktober – Desember 1998 adalah : Golkar 34 menit 18 detik. PPP 1 menit 20 detik, dan PDI 3 menit 9 detik. Itu diluar materi berita seperti temu kader Golkar, apel siaga dan sebagainya. Bahkan untuk HUT Golkar pada bulan Oktober 1996 , mendapat tayangan khusus berdurasi 3 jam non stop. PDI malah tidak mendapat ijin, dan massa PPP dikritik karena pawainya menyalahi aturan.

TV TV swasta yang notabene dimiliki patron patron penguasa, sama saja. RCTI , ANTeve. Selama pengamatan AJI 3 bulan itu, PPP hanya sekali masuk RCTI. Itupun berita negative, yakni calegnya yang ditolak Lembaga Pemilihan Umum. Itupun yang diwawancarai bukan orang PPP, tapi direktur BIA. Mayjen Farid Zainuddin.
Secara total RCTI meliput Golkar sebanyak 7 kali selama 8 menit, dan 7 kali di ANTeve selama 7 menit 11 detik. PPP hanya sekali di RCTI selama 55 detik, dan PDI hanya sekali di ANTeve selama 3 menit.

Continue Reading

Mari Mencoblos

Usai sudah hiruk pikuk kampanye partai partai politik di dunia nyata. Memasuki hari hari tenang sebelum hari pencoblosan. Tapi tidak demikian di dunia maya. Hari hari tenang ini justru kampanye dari akun resmi atau sosok capres, atau melalui relawan dan buzzer buzzer resmi, justru bertambah heboh. Eskalasi serangan, sindiran makin meningkat.
Fenomena menggunakan medium buzzer dalam era kampanye saat ini membuat TL seakan dipenuhi konflik politik. Tidak aneh jika produk produk consumer goods atau brand lain, menahan diri tidak menjalani brand aktivitas sampai pileg atau bahkan pilpres. Percuma, kata seorang teman Marketing Manager. Percakapan di Media Sosial hanya melulu politik. Jika kita membuat sebuah aktivasi, hanya numpang lewat. Demikian dia berasumsi.

Tidak tahu apa asumsinya benar. Saya hanya bisa mengamini bahwa masa masa jelang kampanye juga menyita waktu saya. Membuat saya memilih untuk ‘ cuti ‘ dari dunia periklanan untuk sementara waktu. Praktis sejak Oktober lalu, saya banyak mengurusi partai PDIP sebagai konsultan social media mereka.
Bagi PDIP, ini merupakan tantangan baru, setelah sekian lama hanya mengandalkan grassroot yang setia dan fanatik. Pejah gesang nderek Banteng.
Tiba tiba hidup saya berubah, karena menjalani aktivitas kegiatan partai. Ikut meeting di ruangan fraksi Gedung DPR, kantor DPP di Lenteng Agung sampai rapat rapat tengah malam sampai subuh di rumah petinggi partai. Saat masa kampanye, saya juga wajib mengikuti perjalanan Ibu Mega atau Mbak Puan ke pelosok Indonesia.

“ Kami juga sedang kaget karena muncul serangan baru “ kata Iman Brotoseno, juru kampanye partai itu di media sosial, Rabu pekan lalu. Pukulan baru itu berhubungan dengan sepatu Nike yang dikenakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDIP, Puan Maharani. Putri Megawati itu mengenakannya ketika berkampanye di Medan pada pertengahan Maret lalu. Pemakaian sepatu merek luar negeri itu dicibir tidak nasionalis, yang lagi lagi bertentangan dengan jargon kampanye.
Menurut Iman, jawaban terhadap tuduhan itu sangat mudah. Menurut dia, pabrik sepatu Nike berada di Tangerang, Banten yang mempekerjakan banyak tenaga kerja Indonesia. “ Maka menggunakan sepatu itu justru menghidupi bangsa sendiri “. Ia mengklaim.

Continue Reading