Browsing Tag

Memed

Laskar Harapan

Apa yang bisa kita lihat dari sebuah tafsir ? Kejujuran atau justru sebuah metamorfosa pola pikir yang melompat jauh. Jelas Riri Riza telah melakukannya dalam film ‘ Laskar Pelangi ‘. Sebuah terjemahan dari memoar sporadis si penulis Andrea Hirata. Disini kekuatan Riri dalam mengemas sebuah cerita tidak melulu menjadi cerita anak anak biasa – kenakalan dan kejeniusan belaka – tetapi menjadi protes sosial terhadap perusahaan raksasa sebagai latar belakang.
Saya teringat “ Petualangan Sherina “ dari delapan tahun lalu, dimana ada simbol perlawanan antara si anak anak dengan tokoh jahat dari perusahaan yang ingin menguasai asset tanah.

Lebih setahun lalu saya sempat ngobrol ngobrol dengan Riri dan Mira Lesmana di Star Buck Kemang. Ngalor ngidul urusan MFI dan ujungnya saya menggelitik dengan pertanyaan.
“ Katanya mau buat film anak anak lagi ? “
Karena saya tahu mereka memiliki integritas tidak asal membuat film, seperti horror kuntilanak atau cinta memble. Barangkali memang kelebihan Riri dengan latar belakang dokumenternya yang kental. Ia selalu bisa mengangkat sebuah issue issue sosial melalui mata anak dengan jujur. Lihat saja dokumenter ‘ Anak seribu Pulau ‘ nya. Mendadak kita begitu mencintai keanekaragaman negeri ini melalui penuturan anak anak.

Continue Reading

Resensi Jumat malam

Dalam perjalanan menuju kopdar Cahandong nonton Batman – Dark Knight di Plaza Ambarukmo kemarin. Memed – yang selalu setia mengantar menjemput – bertanya seberapa penting riset dalam pembuatan film. Ini gara gara sambil lalu saya menceritakan bahwa saya perlu melakukan riset mengenai kemiskinan di pedalaman desa pinggiran Jogja. Apakah dengan melihat dokumenter di TV atau berita lainnya tidak cukup ?
Saat ini saya berada di Jogja untuk melakukan riset di pedalaman, untuk memahami arti kemiskinan buat sebuah film iklan versi Kemerdekaan yang akan saya garap disana. Ini melanjuti dalam brainstorm dengan produser saya tadi kemarin. Seberapa jauh saya melihat ‘ kemiskinan ‘ dalam mata saya. Terus terang saya tak begitu akrab.
Bukan salah saya. Kebetulan saja saya dilahirkan serba cukup. Walau bukan dari keluarga kaya. Tapi saya tak pernah mengalami susahnya makan. Tak pernah tidur di lapikan bambu atau membantu orang tua mencari nafkah.

Continue Reading