Semua mungkin pernah mengalami sebuah petualangan yang menarik dalam kehidupannya. Apapun itu. Saya pernah mengalami terombang ambing menembus laut banda yang terkenal dalam dengan memakai sebuah boat kecil berukuran 2 x 6 meter selama 9 jam. Beruntung laut tenang. Ini memang nekat sebenarnya. Tapi siapa yang bisa mengatakan itu tidak sepadan setelah melihat keindahan laguna dan gunung api di Banda Naira.
Juga ketika ikut kapal nelayan bajau menembus teluk tomini menuju Kepulauan Togean di Sulawesi tengah. Agak ciut nyali, karena perjalanan malam hari dan selama 7 jam mengandalkan pengetahuan bintang di angkasa sebagai pedoman si nakhoda. Bagaimana jika tersasar ?
Sejak dulu manusia sudah memiliki hasrat penjelajahan di luar batas peradaban yang exist pada jamannya. Jules Verne sudah menceritakan daya khayalnya dalam petualangan menembus angkasa, di bawah laut sampai ke dasar bumi.
Ini memang kodratnya, demikian pula David Livingstone membuka jalan menembus belantara Afrika. Anak jutawan minyak Rockefeller, harus membayar mahal , dengan hilang di belantara Papua tahun 60an. Konon dibunuh oleh suku suku pedalaman yang saat itu masih berada dalam jaman batu.
Jadi pemenuhan hasrat gila jaman dulu harus bersiap siap dengan resiko yang besar. Bahkan nyawa. Tapi siapa peduli. Dr Pratiwi Sudarmono, calon astronot pertama dari Indonesia sangat bersedih ketika rencana penerbangan space suttle dibatalkan menyusul meledaknya pesawat ulang alik. Padahal ketika ditanya , dia tidak takut dengan resiko itu.