Orang Jawa ( termasuk Sunda ) memang egois. Mentang mentang jumlah populasinya mayoritas di negeri ini. Betapa tidak ? begitu salah satu elemen makanan utamanya mendadak sontak hilang di pasar, seolah olah stabilitas nasional terganggu. Kebutuhan tempe tahu harus menjadi skala prioritas. Padahal orang orang Papua, Maluku mungkin tidak begitu peduli.
Kitorang punya sagu dan ikan laut. Begitu katanya.
Sejak dulu tempe dianggap remeh tapi dibutuhkan. Kesan murahan dan pinggiran. Lha Bung karno aja pernah bilang, “ Jangan jadi bangsa tempe ! “ . Maksudnya bangsa yang klemar klemer, pasrah dan tertindas.
Memang begitu padi atau nasi menjadi primadona. Selama berpuluh puluh tahun konsentrasi komoditi pangan nasional selalu mengacu pada stock beras. Juga lahan gambut di Kalimantan harus disulap menjadi sejuta sawah. Padahal belum tentu cocok.
Browsing Tag