Banyak cerita cerita tentang Bung Karno dan salah satunya, yang diceritakan oleh orang tua saya.. Kisahnya ketika ibu saya sedang hamil muda, ia ngidam untuk bisa berdansa dengan Bung Karno. Tentu saja ayah saya pusing tujuh keliling bagaimana bisa memenuhi permintaan istrinya yang nyeleneh itu. Tapi memang seperti sudah digariskan, tiba tiba saja ada undangan dari Istana Bogor tempat beliau diasingkan menjelang kejatuhannya. Seperti biasa, selalu ada dansa tari lenso yang merupakan kegemaran beliau bersama tamu tamunya setelah makan malam.
Ibu saya yang duduk manis dengan kebaya kuningnya mendadak dipanggil Presiden pertama Republik ini untuk menemani berdansa. Sambil berdansa, Bung Karno langsung tahu bahwa ibu saya sedang mengandung, walau perutnya belum membesar. Ia mengatakan kelak anak dalam kandungan akan lahir dengan dibungkus plasenta…” Jadi berilah nama Bima atau Brotoseno “ , karena dalam hikayat pewayangan Bima atau Brotoseno lahir dengan masih dibungkus kulit telur. Jadilah nama belakang saya Brotoseno. Sampai sekarang ibu saya selalu bangga memandangi fotonya berdansa dengan Bung Karno. Sementara saya tak pernah bosan memandangi foto Bung Karno sedang berpidato dengan dikelilingi pejuang pejuang revolusioner ,yang terpasang dengan frame besar di rumah saya. Begitu heroik, charming, dan mempesona.