Browsing Tag

BBM

Tentang BBM Subsidi

Urusan kenaikan harga BBM lagi lagi ‘rauwis uwis ‘, terus bergulir jadi perdebatan antara jadi atau tidak karena tersandera realitas politik.. Kalau jaman Pak Harto, tak perlu pakai wacana. Cukup diumumkan Harmoko setelah Berita Nasional. bahwa harga bensin akan naik tepat pukul 00.00. Setelah pengumuman itu, puluhan mobil – jaman itu motor masih jarang – sudah mulai mengantri di SPBU di seluruh penjuru kota.
Tapi ternyata kenaikan harga bensin jaman orba yang menyesuaikan dengan harga di pasar dunia. Bukan karena pengurangan subsidi. Karena bensin tidak disubsidi. Dalam sebuah talkhow di TV merah kemarin, rezim orba ternyata hanya mensubsidi minyak tanah.
Jadi ada salah kaprah tentang hak hak yang berhak menerima subsidi selama ini.

Saya pernah menulis 5 tahun lalu tentang penolakan terhadap kenaikan harga BBM.
“ subsidi yang besar dalam pos APBN bukan melulu urusan BBM. Ada pos dana talangan BLBI yang hampir 100 trilyun. Kenapa bukan itu yang dipangkas. Lalu penghematan pos anggaran negara lain, yang kecil kecil tapi bisa menjadi bukit, seperti kenaikan gaji anggota DPR setiap tahun atau luberan biaya birokrat yang sepertinya susah sekali dipotong.
Lalu penjadwalan utang luar negeri yang jumlahnya 158 trilyun. Kenapa harus takut ? negara negara Amerikan latin bisa melakukannya dan kreditor di luar negeri tetap ‘ terpaksa ‘ mengikuti skema ini.
Yenni Wahid mengusulkan pajak progressive bagi perusahaan perusahaan minyak yang sedang menikmati booming kenaikan harga minyak. Ini bisa menjadi subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan terbukti sukses di di negara negara Amerika latin.

Continue Reading

Orang Indonesia bisa hidup sebenggol sehari

Dalam sidang Raad van Indie tanggal 26 oktober 1932, Direktur BB memberikan permakluman bahwa “ ternyatalah, bahwa kini satu orang yang dewasa bisa cukup makan dengan sebenggol sehari “.
Sebenggol setara dengan dua setengah sen gulden sehari.
Ini sangat jauh dari prediksi Statistich Jaarverzich pemerintah kolonial Belanda terhadap kemampuan hidup bangsa Indonesia saat itu yang rata rata 45 sen sehari bagi laki laki dan 35 sen sehari bagi perempuan.
Saya tidak tahu nilainya sekarang, cuma jika diasumsikan 1 gulden yang sudah setara dengan 1 euro senilai Rp 12.000,- maka kira kira kemampuan hidup laki laki bangsa Indonesia jaman itu sebesar Rp 6.000,- jika diukur dengan kurs jaman sekarang.
Prediksi tersebut sangat membuat marah Soekarno yang menuduh pemerintah kolonial sengaja menjerumuskan kaum marhaen ke dalam kegelapan zaman yang tak tertandingi.
Ia menjelaskan ketika hidup dalam penjara Banceui dan Sukamiskin, nilai ransum yang diperoleh setara dengan 0.14 sen gulden sehari dengan keadaan makanan yang begitu parah.

Continue Reading