Stop Bullying

Kita tentu pernah menyaksikan kekerasan geng Nero, bagaimana gadis yang manis manis bisa berubah menjadi monster ganas yang memukuli junior juniornya. Selain itu ada tayangan dari sebuah sekolah terpandang di Jakarta Selatan, ketika para kakak kelas mengospek adik adiknya dengan cara yang menjijikan. Mereka – anak anak baru – disuruh memegang kemaluan teman disebelahnya, baik laki laki atau perempuan.
Beberapa tahun silam, Fifi Kusrini – siswi SMP Bantar Gebang Bekasi – mengakhiri hidupnya dengan menggunakan seutas tali, namun tak ada yan tahu kenapa ia mengambil tindakan nekad. Satu satunya petunjuk datang dari orang tuanya, yang mengatakan puterinya merasa malu karena sering diejek teman temannya sebagai anak tukang bubur.

Yayasan Sejiwa , sebuah lembaga swadaya masyarakat yang peduli dengan masalah kekerasan di sekolah melakukan penelitian bahwa ada sekitar 30 kasus bunuh diri di kalangan anak anak dan remaja yang dilaporkan media massa antara tahun 2002 – 2005.
Umumnya dianalisa penyebab kasus kasus itu karena problem ketidakharmonisan keluarga, kerapuhan psikologis dan masalah ekonomi. Namun ada yang dilupakan bahwa ada benang merah dengan keseharian mereka di sekolah, yakni sering diejek, disiksa atau ditindas oleh teman teman sekolahnya. Ini bisa dalam artian fisik atau non fisik.

Bentuk penindasan itu disebut Bullying. An act using power or strength to hurt a person or group of people verbally, physically or psychologically. Making the victim feel oppressed, traumatized and powerless.
Sebuah perilaku negatif yang sering dijumpai dalam pergaulan anak anak sekolah. Konon dianggap biasa, dan terkesan sepele namun perlahan menjadi penghancur pribadi si anak.
Aksi senioritas seolah olah memberi hak kepada kakak kelas untuk meminta jatah rokok, menganiaya adik kelas yang dianggap lebih cantik, sampai memaksa uang setoran setiap hari. Ini menjadi sebuah siklus ketika kelak si adik menjadi kakak kelas yang bersikap sama dengan apa yang telah dialami dahulu.

Tentu saja kita harus melihat factor factor x yang bisa membentuk perilaku bullying, seperti kekerasan yang dilakukan gurunya sendiri atau orang tua di rumah.
Tak sedikit pengaruh budaya kekerasan di televisi dan film. Dengan mudah kita menjumpai adegan jagoan menebas leher musuhnya sambil tersenyum dingin, majikan menyiksa pembantu atau ibu tiri yang sadisnya luar biasa di sinetron sinetron.

Ada beberapa kasus yang dijumpai di Nusa Tenggara Timur / Barat sebagaimana yang dilaporkan Plan International. Dalam sebuah diskusi kelompok seorang anak ditanya, “ Jika memiliki uang apa yang akan dibeli ? “ Ia menjawab akan membeli sepatu yang tebal dan tinggi karena kalau ditendang atau diinjak oleh gurunya akan berkurang rasa sakitnya. Artinya gurunya biasa menendang atau menginjak kaki murid muridnya disana.

Di Dompu – NTB, seorang guru menampar muridnya yang tidak bisa menjawab pertanyaan. Ketika petugas dari Plan International menanyakan, ia menjawab begitulah cara mendidik murid di sekolahnya.
Demikian pula bentuk kekerasan oleh orang tua, lingkungan sedikit banyak mempengaruhi sikap dan cara bertindak anak anak di lingkungan sekolahnya.

Pelaku bullying, sebagai provokator biasanya memiliki kekuatan dan kekuasaan atas korbannya. Ada rasa kepuasan secara psikologis dengan bisa menunjukan kekuatan atau pengaruhnya diantara teman temannya dengan cara menindas adik adik kelas atau teman teman sebayanya.
Tidak semua pelaku bullying melakukan ini karena kompensasi kepercayaan diri yang rendah atau bentuk sikap kekerasan yang pernah diterimanya. Bisa jadi justru karena ia tidak pernah dididik untuk bisa menunjukan empati , toleransi atau memahami perasaan orang yang dianiaya.
Korban bullying biasanya menjadi minder, prestasi belajar menurun, gelisah, tidak percaya diri, penakut, menangis, selalu melakukan apa yang diminta ‘ bully ‘, mimpi buruk, tidak mau bersosialisasi sampai minta pindah sekolah.

Dalam beberapa kasus banyak sekolah justru menolak mengakui kekerasan bullying terjadi di lingkungan sekolahnya. Walau banyak yang bersama sama lembaga swadaya masyarakat lainnya melakukan project pengembangan budaya anti kekerasan di sekolah. Seperti yang dilakukan dengan Yayasan Sejiwa bersama Plan International baru baru ini. Melakukan road show di sekolah sekolah, dan mengundang siswa siswa pilihan dari seluruh Indonesia untuk berkumpul dalam ‘ Young Hearts ‘ – Youth arts and media project , sebagai kampanye anti kekerasan di sekolah. Program selama 3 hari ini mengedepankan tema belajar tanpa rasa takut.

Selain minat fotografi – saya diminta terlibat di bidang ini -, puisi,musik, menulis, poster, juga termasuk memperkenalkan media blog sebagai bentuk kampanye anti kekerasan di sekolahnya.
Paman Tyo dan team dagdigdug. Zam , Dita serta Mas Wicak telah berbicara dan memberikan pelatihan tentang blog terhadap pelajar pelajar SMA tersebut di kampus Universitas Indonesia.

Memang tidak mudah membangun budaya anti kekerasan. Dibutuhkan pemahaman tentang rasa hormat, tanggung jawab, kepedulian, empati, toleransi, kasih sayang dan kerja sama dari anak anak sekolah.
Jika seorang siswa di ludahi, dibawa ke pojok WC untuk dipukuli, masa orientasi sekolah dengan menyuruh memperagakan adegan bersenggama sampai menghina menjadi kebiasaan. Jangan salahkan kalau kelak bangsa ini akan mewariskan pemimpin yang otoriter, menghalalkan segala cara serta masyarakat yang sakit. Berteriak kesakitan jika diinjak tetapi ganti menindas begitu berkuasa.

Sebagaimana kata Kahlil Gibran. Mereka adalah anak-anak kehidupan yang merindu pada diri mereka sendiri. Selama 3 hari program ‘ Young Hearts ‘ di kampus Universitas Indonesia, telah menunjukan masih ada anak anak Indonesia yang memiliki hati nurani dan moral. Sesuatu yang masih semestinya terus dipelihara sampai kapanpun. Karena mereka adalah anak anak masa depan, yang akan menjaga taman bunga negeri ini.

STOP BULLYING

Hai anak sekolah
Apa yang kau cari
Waktu kau gencet adik kelasmu
Ramai-ramai kau ejek si lemah
Sengaja kucilkan si pemalu
Memalak demi sebatang rokok

Reff :
Belum tentu, kamu lebih sukses
Dari mereka yang pernah kau tindas
Stop Bullying!
Kita bukan calon monster
STOP!

Hai anak sekolah
Apa kau tak malu
Tertawakan anak yang tak mampu
Ramai-ramai kau hajar si ngocol
Lalu kau ancam kalau lapor guru
Atau kau rasa sendiri akibatnya


stop bullying | Music CodesLirik : Diena Haryana
Aransemen : Seurieus
Photo ” Laughing is better than crying ” – Althea Ratu Paramitha ( SMA 68 )
Poster ” Haruskah kekerasan berlanjut ” – Fikriana A ( SMA Islam Dian Didaktika )
Poster ” Pikirkan kalau kamu yang tertindas ” – Andre Duta Prasetya ( SMA Islam Dian Didaktika )

You Might Also Like

56 Comments

  • Hedi
    November 29, 2008 at 10:51 pm

    bullying terjadi umum di masyarakat luas, top down. memulai penghentian dari sekolah adalah langkah bagus, akan lebih sempurna kalo dari pendidikan dini sekelas sd atau tk, misalnya, karena mereka yg bakal jadi masyarakat masa depan.

  • Epat
    November 29, 2008 at 11:57 pm

    tanpa kita sadari sometimes kita melakukan itu kepada orang-orang sekitar kita, meskipun itu hanya sekedar joke bersama. 😀

  • Dony Alfan
    November 30, 2008 at 12:03 am

    Kekerasan fisik masih bisa diobati, tapi trauma psikis itu dampaknya bisa sangat serius, bahkan sampai mereka dewasa.

  • mantan kyai
    November 30, 2008 at 12:18 am

    rasa menang yang didasari pada perasaan takut pihak lain adalah bentuk terlemah dari kepribadian (xkh) *halah* 😀

  • elly.s
    November 30, 2008 at 5:27 am

    ini memang kenyataan..
    bulliying memang makin menggejala…
    budaya opspek entah peninggalan siapa adalah akar bulliying disekolah n dikampus…

    kenapa mendikbud tidak mengeluarkan SK tidak diperbolehkannya segala macam opspek2an itu…

    dipihak lain…
    anak yang kuat , percaya diri dan tangguh adalah tanggung jawab ortu…
    kasih sayang dirumah, didikan agama yang kuat dan pembentukan fisik yang kuat harus dipupuk dari kecil….

    arrgghh..nggak tau deh
    diMalaysia sini lebih gila lagi..
    Disini anak2 pinter biasanya masuk sekolah berasrama..
    dan ortu bangganya minta ampun kalo anaknya kepilih masuk asrama…
    dan dimulailah hari2 duka sang anak diplonco kakak kelasnya..

    terbaru kemaren ada rekaman Hp beredar segerombolan anak2 perempuan sedang menghajar seorang anak perempuan lainnya sampe babak belur…
    kok ada ya…
    astagfirullah…

  • rani
    November 30, 2008 at 6:07 am

    ^
    kayanya budaya ospek tu peninggalan belanda deh. soalnya biarpun saya di belanda utk kuliah S2, masi ikutan introduction days yg kitanya pake identitas khusus gitu (yg nentuin mentornya, dan kalo kebagian mentor yg rada2 konyol, yah, nasib…) kalo yg S1 agak2 lebih ancur kayanya.

    tapi emang voluntary dan isinya cuma games, workshop, dan party 😀 egaliter banget sebenarnya. jadi keknya mesti demokratis dulu baru ospek bisa “manusiawi”. kalo di indonesia mbulet kayanya

  • danalingga
    November 30, 2008 at 9:49 am

    Yup, stoplah.

  • edratna
    November 30, 2008 at 9:53 am

    Saya jadi ingat saat si sulung mau melanjutkan SMA…dan karena si sulung ini malas belajar, saya kawatir dia ga diterima di sekolah pilihannya, jadi dia juga saya minta test di sekolah lain, yaitu PL. Saat penerimaan, ada temu wicara antara ortu dan manajemen sekolah, dan banyak pertanyaan ortu tentang adanya ospek di PL tsb. Saya stres, pulang dari pertemuan langsung ke piskiater…dan kemudian anak saya ajak. Apa kata psikiater, setelah dia kenal anak saya dan diskusi?

    “Masukkan di SMA Negeri aja bu, saya berani potong leher dia ga akan kena narkoba, dan juga akan berani melawan kalau ada senior yang menginjak dia.”

    Saya turuti, tapi saya stres selama dia sekolah di SMA daerah Bulungan, banyak tawuran…dan seringnya dipanggil guru, bukan karena nakal, tapi dia suka melawan (yg setelah ditanya sebetulnya dia ga suka ada senior yang memaki-maki teman perempuannya….lha dia yang bela). Untuk kedamaian semua, akhirnya sebulan sekali saya ngapel kesekolah….dan pengalaman ini berguna saat si bungsu juga masuk sekolah di SMA. Teman si bungsu juga mengalami teror seperti itu, untung anak saya aman saja…..

    Ini pengalaman saat anak-anak saya SMA…syukurlah sudah berlalu…..
    Tapi di tingkat mahasiswa juga ada tawuran lho…..

  • nothing
    November 30, 2008 at 9:59 am

    kekerasan di sekolah ga ada asiknya, enak pacaran

  • yuswae
    November 30, 2008 at 11:33 am

    kekerasan di sekolah itu tidak lahir dengan sendirinya mas. Ada banyak faktor pemicu dari luar.
    Stop Bullying!
    Stop juga kekerasan di sepak bola! (iki tugase sam hedi. :D)

  • budiernanto
    November 30, 2008 at 11:42 am

    hmm, saya sih karena pernah menyaksikan penindasan jadi tau lah rasanya. hahaha, hanya karena si tertindas adalah anak yang aneh, jadi bulan-bulanan deh.

    dan saya pernah membayangkan kalau si tertindas jadi orang sukses, haha, apa jadinya yang menindas.

  • Lance
    November 30, 2008 at 1:14 pm

    di industri film juga banyak kasus bullying walau secara non fisik..
    ya masyarakat kita yang memang sakit

  • boyin
    November 30, 2008 at 2:38 pm

    wacana yang paling efektif untuk sementara ialah jika ada praktek bullying kita dorong siswa untuk berani lapor ke orang tua masing2 sehingga penyelesain administratif antara ortu dengan sekolah di harapkan terjadi.

  • nieke
    November 30, 2008 at 3:21 pm

    Lagi2 ini kesalahan orang tua (menurut saya). Bila memang orang tua telah melaksanakan Tugasnya sebagai orang tua yg baik (dan Cerdas) secara benar.. tidak mungkin si anak tidak bisa membela diri ataupun menceritakan apa yang tidak enak yang dia alami di sekolah.

    Orang tua yg terlalu otoriter, tidak perduli, memanjakan sehingga menimbulkan ketergantuugan amat sangat pada si anak, dan orang tua yg bodoh / tidak mengerti apa-apa tentang mendidik anak adalah penyebab bullying terhadap anaknya sendiri.

    Seorang anak itu pasti meniru orang tuanya, berilah contoh yg baik & bimbinglah anak supaya si anak menjadi manusia yg berkepribadian baik, mandiri, dan berani membela diri.

  • nicowijaya
    November 30, 2008 at 3:27 pm

    Dari smp mas aku dulu di bullying. Ekskul2 dgn berbagai diklatnya. Sma dan kuliah pun begitu. Udah kebal. Tapi untungnya gag dendam, malah pengen ngerubah itu sistem. Pas kuliah pernah mrovokasi temen2 supaya gag ikut ospek. Dan bnyk yg terprovokasi hahahaha..
    Btw, sayang acaranya di jkt. Kalo gag, bisa ikut berpartipisan eh salah, berpartisipasi(goodluck)

  • nicowijaya
    November 30, 2008 at 3:32 pm

    tapi aku kok ga ngerasa oppressed, traumatized n powerless ya? Mbuh lah..

  • Iman Brotoseno
    November 30, 2008 at 3:33 pm

    Nico,
    kalau mau CA ikut terlibat program ini, bisa aku link-kan dengan Yayasan Sejiwa, karena project mereka ada juga di Jogja dan Surabaya..mungkin bisa pelatihan blog salah satunya

  • serdadu95
    November 30, 2008 at 3:42 pm

    Sewetuju. Stop bulliying !

  • Toni
    November 30, 2008 at 3:58 pm

    Saya dukung program seperti ini Mas. Memang jalannya masih panjang, tapi sepakat bahwa hati nurani anak2 harus dijaga.

  • edo
    November 30, 2008 at 4:40 pm

    syip syip..
    blogger for society.
    jika ada yang bisa dibantu disela2 kegiatan mas 🙂

  • Kyai slamet
    December 1, 2008 at 3:07 am

    Mari mari kita selamatkan anak2 indonesia demi masa depan bangsa

  • Buthe
    December 1, 2008 at 9:21 am

    Perilaku anak2 berawal dari lingkungan keluarga, kemudian lingkungan dimana dia bergaul. Orang tua dan pihak sekolah mestinya diikutsertakan juga dalam kampanye stop bullying ini, selain si anak. Orientasi sekolah baiknya dihentikan saja, sebab yang muncul bukannya pengenalan terhadap sekolah tapi kekerasan yang ada.

  • sarah
    December 1, 2008 at 10:20 am

    jadi ingat senior senior yang suka judes dan jahat..mungkin manusia secara insting tidak mau disaingi

  • tanteangga
    December 1, 2008 at 10:57 am

    ah emang udah gilaaa zaman sekarang.
    karena itu lahh, aku gak mau masuk SMA lagi.
    (ya iyaaalahh.. dah ketuaan heheheh)

  • indra
    December 1, 2008 at 11:09 am

    ciyeh mas iman… keren euy…
    kalah start deh aku nulis ginian.. 😀
    jangan kapok aku mintai tolong yah… hihihi ;p

  • indra
    December 1, 2008 at 11:16 am

    oiya!
    can we collect data from bloggers untuk tau gmn perasaan mereka stelah dibullying? intinya sih supaya kita bisa ngerti bahwa efek bullying itu sampai tua juga dirasain. it means, tuk negasin aja bahwa bullying itu efeknya paaanjang..dan laama..
    giituh.
    data ini nanti bisa didokumentasikan buat sejiwa.
    aku juga lagi ngumpulin sih dari tmn2..
    tapi kynya boljug ni mas iman yang koordinir, secara fansnya banyak..huahaha *ups
    piye? 😀

  • Indah Sitepu
    December 1, 2008 at 11:56 am

    ga usah pake bogem2 dehhh…

    pake kasih sayang ajaa

    ^_^

  • titin
    December 1, 2008 at 12:01 pm

    anak saya yg masih TK B pernah nangis di sekolah karena di-ledek-in oleh teman kelasnya yang paling nakal dan temennya itu memprovokasi teman lain untuk ikut meledek dan tidak menemani anakku, kata2 ledekan adalah “sigit bau ompol”. dan gurunya menganggap hal ini biasa saja. menurutku ini awal sikap bullying dari si anak itu !. akhirnya gue labrak anaknya, serunya lagi si anak malah bengong dan bingung kenapa diomelin dia udah lupa karena kejadiannya udah 2 minggu lalu. halah!

  • Nyante Aza Lae
    December 1, 2008 at 2:08 pm

    kasian mereka, terkadang smua ini tidak mereka inginkan, malahan banyaak diantara mereka yang hanya merupakan korban “sistem”.

  • presy__L
    December 1, 2008 at 4:01 pm

    terkadang, pihak sekolah tutup telinga sama mata soal bullying, padahal pasti ada guru2 yg tau soal itu. mereka takut nindak tegas, takut kesorot media, trus image sekolah jadi jelek. jadi, siswa merasa tidak bersalah ngelakuin hal itu.

  • antobilang
    December 1, 2008 at 6:35 pm

    jadi inget kasus bullying bloggers tahun lalu mas 😛

  • imoe
    December 1, 2008 at 6:58 pm

    Salam Kenal mas…saya selalu mengikuti tulisan mas di blog ini. O ya..saya dari Lembaga Perlindungan Anak Sumbar. Akhir desember ini kami mau bikin workshop mengenai bullying di Padang dengan anak-anak sekolah SMP dan SMA. Nah, kami belum menemukan metode yang tepat…bisa kasih masukan ndak mas….ke e-maila aja imoe77@yahoo.com

    Thanks ya mas,…ditunggu

  • Donny Verdian
    December 2, 2008 at 3:25 am

    Jadi ingat waktu SMA dulu…. saya sering di bully sama kakak kelas yang cowok semua itu.
    Debritto oh De Britto! 🙂

  • Турок
    December 2, 2008 at 9:43 am

    Тема ну просто пиздец.
    Неужели ничего поактуальней не нашлось?

  • ocha
    December 2, 2008 at 10:23 am

    Adek cowok saya yg saat ini sedang kuliah di salah satu politeknik di mksr, sedang mengalami hal itu. Kadang saya bingung mas. Namanya pengospekan yang agak keterlaluan dari kakak2 angkatan tapi dianggap malah itu pembelajaran buat adek2 angkatan baru agar jadi pribadi yang kuat, tidak lembek, tidak bermental krupuk, dan adek saya jadinya mengamini hal itu. Bahwa yg dia alami sekarang untuk membuktikan pada kakak angkatannya bahwa dia sanggup. Meskipun syukurnya tidak pake acara dipukulin.

    Lah saya malah emosi dengernya, pengen labrak itu sekolahnya jadinya 😀 Habis kan takut lah mas, satu atap sama yg di Jakarta sih (yg kemaren ada kasusnya itu) 🙁
    Mengapa yah, masih saja ada yg seperti ini. Apalagi kalo sekolahnya masih semi militer gitu.

    Menyebalkan!!!

  • indra
    December 2, 2008 at 1:41 pm

    Untuk menangani bullying, pendekatan yang dipakai adalah “no blame approach”.

    apakah yang paling salah dalam hal ini siswa yg menjadi pelaku?
    belum tentu. barangkali dia hanya ‘korban’ meniru senior2nya yang lebih dulu melakukan. atau, dia juga di-bully oleh senior2nya untuk mem-bully adik2 kelasnya.

    apakah orangtua?
    mungkin juga. barangkali anak2 kita meniru kekerasan yang terjadi di rumah.

    lalu guru?
    juga bisa. tak sedikit guru yang melakukan bullying ke siswa. atau, seperti yang rekan2 katakan, banyak guru yang tahu bullying terjadi, tetapi tidak menganggap itu sebagai masalah, atau tidak berani bertindak, karena takut sekolah cemar, takut berurusan dengan ortu, dsb.

    atau mungkin juga, kita?
    hmm… 🙂

    jadi, adalah lebih bijak ketika kita menggunakan pendekatan “no blame” ini. yang sebaiknya kita fokuskan bukan lagi “salah siapa”, tetapi bagaimana memutus mata rantai bullying di sekolah/rumah, bagaimana menangani anak2 yang menjadi korban/pelaku/bystander, dan menciptakan lingkungan pergaulan yang penuh nilai2 positif.

    ohya, patut kita acungi jempol sekolah yang mau terbuka untuk mengakui adanya bullying di tempat mereka. dengan spirit belajar dari kesalahan dan memperbaiki diri, sekolah seperti ini lebih mudah menangani kasus2 bullying di sekolahnya.
    kalau mempermalukan diri sendiri dan menjelekkan citra sekolah?
    ah, tidak juga. seorang ksatria adalah yang berani mengakui kesalahan, bukan?
    dan ini sudah dibuktikan oleh SMA Pangudi Luhur yang membuka kasus bullying di sekolah mereka. sallute!

    btw, ada sebuah LSM yang concern terhadap isu2 bullying ini nih:
    http://sejiwa.org
    http://cahayasejiwa.blogspot.com

    let’s make our world better 🙂

  • meong
    December 2, 2008 at 11:54 pm

    aku pengen ikut kegiatan ini, serius.

    aku pikir, bullying alias budaya kekerasan udah makin terinternalisasi ke perilaku anak2 yg makin muda. mengerikan !

    yang menarik, mas iman, mengajar dengan kekerasan, semenjak jaman belanda udah ada. dulu disebut dg pendisiplinan. jd merupakan hal yg wajar, mendisiplinkan anak dengan dilempar kapur, dll. seiring meningkatnya kesadaran, hal2 tsb digantikan dg pendekatan psikologi positif.

    nah ini yg menarik. krn efek pd murid dulu dan skrg berbeda. coba liat ortu kita, mrk tdk lantas tumbuh dengan penyimpangan psikologis. dan juga ga ada itu, yang namanya balas dendam turun temurun antar angkatan. *jaman mas iman sekolah-kuliah, tentu ada juga yg namanya preman sekolah, gencetan, dll*

    tp skrg, perilaku balas dendam tsb kok makin menjijikkan, dengan sgl pembenarannya.
    contohlah spt yg disebut mas iman di atas.

    aku pengen ikut nih, kegiatan tsb.

  • jaka
    December 3, 2008 at 9:59 pm

    Tetangga depan rumah setres sejak SMP hingga meninggalnya di usia 50-an krn malu dibilang temannya punya kutu rambut (!) Baru2 ini ada remaja mencoba bunuh diri karena diejek banci oleh teman2nya.

    Beratnya mencegah bullying.

  • nico
    December 4, 2008 at 4:27 am

    bisa tuh mas CA dilibatin. Biar ga jalan-jalan n nongkrong2 mulu*maburr*

  • Iman
    December 4, 2008 at 10:56 am

    medina & nico,
    kalau CA tertarik..bisa itu..

  • meong
    December 6, 2008 at 1:50 pm

    mas iman, kl birokrasi di CA terlalu lama, bisa saya atas nama personal aja.
    :mrgreen:

    *kabur, dirajam jelata CA*

  • Diena Haryana
    December 9, 2008 at 10:43 pm

    Terima kasih banyak telah menuliskan topik bullying ini dengan amat ekspresif, jelas, dan penuh penghayatan. Terima kasih, Mas Iman, anda telah terlibat tidak saja dalam kegiatan “Young Hearts”, tapi juga secara emosi telah menangkap secara mendalam kenapa bullying ini menjadi sebuah persoalan bangsa yang seharusnya diprioritaskan untuk dicari jalan keluarnya secara sistemik. Keterlibatan sekolah sekolah dalam mencanangkan sistem anti bullying, dan peningkatan kegiatan-kegiatan ekskul yang sifatnya musikal dan seni perlu ditingkatkan secara signifikan, sambil pengawasan yang optimal dilakukan oleh para guru. Anak anak perlu suasana yang ‘loving’ tapi penuh kreativitas. Kalau bullying tak segera dilakukan tindakan yang sistemik strategis secara meluas, aku khawatir bangsa ini bisa mengalami sebuah bencana moral pada beberapa tahun mendatang….”kekerasan OK saja, sudah jadi tradisi, kan?. Kalau ada yang menderita karenanya, emangnya masalah gue?”. Mari bangun, semua pihak…. pemerintahku, sekolah-sekolah, para ortu, para aktivis, para pendidik, para selebritis, mas media…. kita semua bisa lakukan sesuatu untuk “Stop bullying…” Bravo Mas Iman, Salam optimis, diena

  • vaizard
    December 10, 2008 at 10:17 am

    klo mau liat praktek bullying di kampus, mending ke ITS surabaya aja mas..
    banyak tuh disana..tiap jurusan ngadain adat kayak gitu…tapi namanya diganti…PENGKADERAN katanya…tu acara khusus bwt MABA..kelanjutan dari ospek..ato bisa dibilang ospek underground…kalo MABAnya ada yang ga ikut acara gituan, mreka bakal dikucilkan..dijadiin “boycoter”..digencet…dikucilkan..tertekan tiap hari..ampe akhirnya mreka kena “fobia kuliah” ato pindah…
    sedangkan yang nurut sama seniornya dijanjiin bisa cepet dapet gelar WARGA…ya tentu aja nurutnya dengan ikutan PENGKADERAN…
    gila…mw dikader jadi apaan?jadi preman?
    gitu kok ya ga ada yang brani mbuka masalah itu didepan umum…
    ada yang bisa ungkap ga nih…?ato sebarin kek…biar dpt teguran dari pemerintah…biar cepat selesai n ga berlarut-larut…

  • Manusiasuper
    December 16, 2008 at 4:53 pm

    Wah, jadi ingat rencana saya…

    *buru-buru mengetik posting*

  • bintang
    December 25, 2008 at 8:06 pm

    saya ingat dulu ketika SMP dan SMA saya tidak pernah jadi victim manapun, selain memang sekolah saya tidak begitu parah2 ketika mengospek, ketika SMP saya satu sekolah dengan kakak saya dan bibi saya menjadi guru disana. ketika SMA pun saya masih satu sekolah dengan kakak saya. jadi saya selalu AMAN!!

    *pas kuliah emang beda sekolah sama kk saya, tapi ketika di ospek saya pura2 sakit jadi ngga pernah kena ma senior.
    heheheeheheheehehehehehe

  • barry falset
    January 13, 2009 at 12:18 pm

    STOP BULLYING!!!

  • Adora
    February 2, 2009 at 3:12 pm

    Bullying sangat ga penting abis konyol dan sangat kurang kerjaan, mendingaaan..
    stop bullying from now,
    and camon guys say STOP BULLYING!! Yeee

  • pipit
    March 16, 2009 at 4:02 pm

    minta lagu yang diatas dunk

  • pipit
    March 16, 2009 at 6:28 pm

    aku jg pernah kena bullying waktu masih kecil,,, sekarang aku sudah besar,,, dan sudah kuliah,,, sekarang aku lagi ngambil skripsi,,, dan judul skripsi ku tentang bullying,,, doakan aku ya,,, semoga skripsiku berjalan dengan baik,,, amin ya rabbal alamin ya Allah,,,

  • jojo
    February 17, 2010 at 7:39 pm

    saya merupakan korban bullying dari seseorang uyang sering menelepon saya no hp nya 087834877159, apa yang harus saya lakukan?

1 2

Leave a Reply

*