Udara masih dingin dan suasana mencekam memenuhi markas Bala tentara Jepang untuk Asia Tenggara di Dalat, Saigon. Marsekal Terauchi, wakil Kaisar Jepang tak bisa menyembunyikan kegelisahannya.
Tinggal menunggu waktu, Jepang akan kalah perang. Ia hanya memberi tahu Soekarno dan Hatta – sebagai wakil bangsa Indonesia – yang diundang datang bahwa Indonesia diberi kemerdekaan.
Ia juga menambahkan bahwa ada permintaan dari wakil rakyat Malaysia ( d/h Malaya ) bahwa mereka ingin bergabung dengan saudara saudaranya dari Indonesia. Menjadi satu negara.
Dalam perjalanan pulang ke Indonesia, Soekarno dan Hatta bertemu dengan Ibrahim Yacoub, ketua Kesatuan Malayu Muda dan mendengar ikrarnya.
“ Kami setia menjadikan ibu negeri dengan menyatukan Malaya dengan Indonesia merdeka. Kami ingin menjadi bangsa Indonesia “
Sebelumnya memang utusan Malaya sudah datang ke Indonesia dan membicarakan penggabungan negara ini. Karena sama sama dijajah Jepang, semangat nasionalisme Indonesia menular ke tanah Malaya.
Dalam sidang BPUPKI ada tiga pilihan mengenai batas negara Indonesia merdeka. Pertama, seluruh bekas wilayah Hindia Belanda. Kedua wilayah Hindia Belanda ditambah Malaya, Borneo, New Guinnea dan Timor Portugis – dikenal wilayah Pan Indonesia Raya – lalu ketiga Wilayah Hindia Belanda minus New Guinnea.
Mohammad Yamin mengusulkan opsi kedua ini dan dalam pengumutan suara, sebanyak 39 anggota dari 62 anggota BPUPKI menyetujui Pan Indonesia Raya ini.
Namun sejarah mengatakan lain. Malaya tidak pernah menjadi bagian dari Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan, Ibrahim Yacob dan 2 utusan lainnya, Adenan dan Sekhar Chandra Bose yang menemui Soekarno mendapat jawaban yang mengecewakan.
Soekarno tak mau mengambil resiko berhadapan dengan Belanda dan Inggris sekaligus. Ia bahkan mengajak Ibrahim berjuang mewujudkan Pan Indonesia Raya dengan bergabung di kesatuan tentara Indonesia.
Sejak itu Ibrahim tak pernah kembali ke Malaya, karena diburu oleh Inggris yang mengganggapnya sebagai kolaborator Jepang. Ia mengganti namanya menjadi Iskandar Karmel dan kelak pensiun sebagai kolonel Angkatan Darat.
Pan Indonesia raya memang tak pernah terwujud. Namun hubungan rumpun bangsa ini selalu dekat. Indonesia sebagai saudara tuanya. Tahun 50an, film film Malaya dengan P Ramlee sangat popular di Indonesia. Gaya rambut dan kemeja kotak kotaknya menjadi trend setter mode di Indonesia saat itu.
Juga ketika lagu Stamboel Terang Boelan, yang biasa dinyanyikan di pesisir Sumatera dan sebagian Jawa. diganti liriknya dan dijadikan lagu kebangsaan Malaysia dengan judul ‘ Negaraku ‘. Soekarno dengan santun meminta rakyat Indonesia agar lagu Terang Boelan – yang pernah direkam secara resmi di perusahaan rekaman Lokananta Solo tahun 1956 – tidak dinyanyikan lagi.
Ini untuk menghormati negara yang baru merdeka itu.
Kini sang saudara muda itu sudah menjadi salah satu macan asia. Perekonomiannya maju pesat. Ironisnya dulu Indonesia mengirim guru guru untuk mengajar di Malaysia. Banyak regulasi perekonomian dan industri yang dicomot dari sistem Indonesia. Petronas belajar minyak dari Pertamina. Kini Petronas menjadi pemain dunia, sementara Pertamina masih terengah engah dengan birokrasi dan stagnan di negeri sendiri.
Negara itu tak ragu ragu menunjukan identitasnya dengan gagah berani. Kalau dulu Soekarno pernah mengumandangkan gagasan Berdikari ke segala penjuru dunia. Malaysia jauh lebih berdikari dengan konsep itu dibanding Indonesia saat ini. Dalam krisis Asia, mereka menolak bantuan asing dan mematok mata uang ringgitnya. Resep yang terbukti manjur. Berbeda dengan Indonesia dengan resep IMFnya justru membawa ke jurang kehancuran.
Malaysia memandang saudara tuanya dengan sebelah mata. Bangsa yang lemah. Bangsa yang miskin, dengan jutaan tenaga kerjanyanya yang memenuhi negerinya. Kapal patrolinya dengan sengaja melakukan manuver di sekitar blok Ambalat.
Setelah sekian lama berada dalam bayang bayang adik kecil. Malaysia kini menggeliat memberontak bahwa mereka juga butuh identitas bangsa kuat. Siapa lagi kalau bukan Indonesia sebagai ujud pelampiasannya. TKI yang dianiaya, wasit karate yang digebuki , hutan yang dijarah dan produk budaya yang dicomot dari Indonesia.
Ini tak mungkin dilakukan jika mereka memandang Indonesia sebagai negara kuat.
Political will pemerintah kita masih setengah setengah untuk urusan kedaulatan bangsa.
Mengapa kita kalah dalam kasus Sipadan – Ligitan. Bukan rahasia lagi kalau kita tak pernah perduli dengan pulau pulau luar perbatasan negeri. Malaysia menunjukan asas efektifitas dan proksimitas. Bahwa ia sudah membuat mercu suar, mengawasi konservasi penyu disana dan membangun resor parisawata. Sama sekali tak ada bukti ke – Indonesiaan atau campur tangan Indonesia selama ini.
Kita tak perlu marah marah ketika Malaysia kembali mencomot Reog Ponorogo, batik atau Tari Pendet. Tunjukan dulu kepedulian kita terhadap kelestarian warisan budaya sendiri. Sampai sejauh mana Pemerintah atau bangsa kita memang peduli.
Ada seorang teman yang mengatakan, bahwa walau kita mematenkan budaya Barongsai. Tetap saja dunia tahu bahwa itu adalah produk bangsa Cina.
Ada yang jauh lebih penting. Bagaimana menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kuat dan besar. Baik dari segi ekonomi, militer dan martabat. Tidak percaya ? Coba dengarkan pidato Soekarno ketika menggayang Malaysia jaman dulu. Bahkan Tunku Abdul Rahman harus berhati hati agar jangan sampai si saudara tuanya tidak kelewat marah.
56 Comments
zam
August 30, 2009 at 5:00 pmsetuju, mas!
kita cuma ngemeng doank. budaya kita direbut, kita mencak-mencak. tapi liat, orang lebih suka tari kejang dengan paha dan dada wanita ke mana-mana daripada belajar tari srimpi yang alus dan gemulai..
kita nyomot budaya orang, tapi begitu budaya kita diklaim, kita mencak-mencak. aneh.
ihsan
August 30, 2009 at 5:02 pmkenapa ya sebagai tetangga yang harusnya guyub rukun saling bantu saling menghormati kini malah saling bermusuhan.
kanglurik
August 30, 2009 at 5:51 pmkita nggak punya pemimpin yang tegas dan berani sperti bung karno. Beliau memang sosok yang pemberani.
Kita harus berani membela kedaulatan dan harga diri bangsa Indonesia
nika
August 30, 2009 at 6:04 pmjadi merinding…
racheedus
August 30, 2009 at 6:35 pmSaya rindu sangat munculnya Soekarno baru yang berani berdiri tegak di depan negara-negara lain. Sayang, keturunan Soekarno pun tak ada yang mewarisi keberanian sang ayah.
Lagi lagi Malaysia | Update Blog Terbaru
August 30, 2009 at 8:24 pm[…] Lagi lagi Malaysia Udara masih dingin dan suasana mencekam memenuhi markas Bala tentara Jepang untuk Asia Tenggara di Dalat, Saigon. Marsekal Terauchi, wakil Kaisar Jepang tak bisa menyembunyikan kegelisahannya. Tinggal menunggu waktu, Jepang akan kalah perang. Ia hanya memberi tahu Soekarno dan Hatta – sebagai wakil bangsa Indonesia – yang diundang datang bahwa Indonesia diberi kemerdekaan. Ia juga […] […]
Anang
August 30, 2009 at 8:49 pmGanjang Malaisia om Iman.
BudiTyas
August 30, 2009 at 9:08 pmSaya sampai bingung mau berkata apa…
BWR
August 30, 2009 at 9:38 pmKayaknya Stamboel Terang Boelan … itu aslinya adlh Malayan Moon dari Paul Lambard
My Dream House
August 30, 2009 at 9:48 pmMalaysia benar2 sudah keterlaluan. Harus diberi pelajaran tuh.. malingsia.
areef
August 30, 2009 at 11:14 pm….( Juga ketika lagu Stamboel Terang Boelan, yang biasa dinyanyikan di pesisir Sumatera dan sebagian Jawa. diganti liriknya dan dijadikan lagu kebangsaan Malaysia dengan judul ‘ Negaraku ‘. Soekarno dengan santun meminta rakyat Indonesia agar lagu Terang Boelan – yang pernah direkam secara resmi di perusahaan rekaman Lokananta Solo tahun 1956 – tidak dinyanyikan lagi.
Ini untuk menghormati negara yang baru merdeka itu )…weh brarti yg kemarin2 muncul di berita tipi terlalu di dramatisir..hmmmm…
media kita ternyata lebih mementingkan rating dari pd fakta…
jd penasaran…dapat sumber dari mana mas Imam?
Sarimin
August 31, 2009 at 2:11 amGanyang Malaysia!
meong
August 31, 2009 at 2:21 amoleh daripada itu… daripada cuma teriak2 marah2 dan ngemeng doang…
bertanyalah pd diri sendiri.tau gak budaya sendiri. apal tokoh2 wayang gak. inget/tahu cerita rakyat gak. peduli sama kesenian tradisional ga.
tapi ttg tingkah tetangga yg nyolong kayu hutan indonesia, memperlakukan TKI spt budak tnp mempedulikan hak2nya, melanggar kedaulatan negara, itu emang harus diganyang
hasan_edogawa
August 31, 2009 at 3:10 amddah ga jamanya lagi bangsa ini dilecehkan terus. jangan hanya berkoar2 di dalam negeri saja. sudah saatnya kita tunjukkan bahwa bangsa ini ada dan bukan bangsa yg mudah dipermainkan.
jika saudara muda kita bisa seperti itu, kenapa kita yg lebih tua tidak bisa juga..?? malu kita pada yg lebih muda jika tidak bisa menyamai atau bahkan melebihinya..
DV
August 31, 2009 at 4:37 amSaya merinding baca postingan ini. Gimanaaaaa gitu……
bangsari
August 31, 2009 at 10:41 amhm…. tapi saya yakin, anak muda bangsa ini akan bangkit. setelah bertubi-tubi dihancurkan oleh awak negeri sendiri (korupsi), penindasan oleh bangsa asing atas semua kekayaan alamnya, dan serobotan kekayaan budaya oleh negeri tetangga.
saya yakin itu. tapi, sayangnya, sepertinya itu akan terjadi saat semuanya sudah ndak bernilai…
Iman Broroseno
August 31, 2009 at 11:19 amMengutip dari KOMPAS,
( Daftar Produk budaya Indonesia yang menimbulkan persoalan dengan Malaysia ).
1957 – Lagu Terang Bulan
2000 – Gamelan dari Jawa ( klaim dan eksploatasi komersial )
2005 – Badik Tumbuk Lada dari Riau, Deli dan Siak
2006 – Batik Parang dari Jogjakarta dan Musik Angklung dari Jawa Barat
2007 – Wayang Kulit dari Jawa ( dipentaskan sebagai acara kesenian Malaysia .
Naskah Kuno dari Sulawesi tenggara,Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan Riau dibawa
ke Malaysia dibuat versi online.
Lagu ‘ Rasa Sayange ‘ dari Maluku, Lagu ” Soleram ” dari Riau.
Musik Indang Sungai Garingglang dari Sumatera Barat ( ditampilkan tim kesenenian
Malaysia dalam festival Asia 12 – 14 Oktober 2007.
Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur.
Lagu ‘ Jali Jali ‘ asli Jakarta diklaim sebagai lagu asli dari Langkawi.
2008 Reog Ponorogo ( klaim dan eksploatasi komersial )
Kain ulos dari Sumatera Utara
2009 Tari Pendet dari Bali.
Tenun ikat Sambas dari Kalimantan Barat
Tidak diketahui tahun klaim. Tari piring dari Sumatera Barat, Lagu ‘ Kakak Tua ” dari Maluku, Lagu ‘ Anak Kambing saya ” dari Nusa Tenggara
Sarah
August 31, 2009 at 11:21 ammengapa Malaysia tidak malu ya…
zam
August 31, 2009 at 11:59 am@sarah: karena mereka ndak punya kemaluan, sar.. 😀
eh, lagu rasa sayange pernah muncul di video jaman Hindia Belanda, loh! he he he
andyan
August 31, 2009 at 2:28 pmijin copas mas, ke milis
link ini saya masukin juga kok
sekian terimakasih
Ronggo
August 31, 2009 at 4:00 pmiemang maling bikin gara gara teruusss jajah aja yuuuh bikin biar jadi negara NKRI skalaian
alfaroby
August 31, 2009 at 5:10 pmtulisan yang menarik, saya yakin, kita bukanlah bangsa yang PENGECUT yang akan kalah dan gmenyerah begitu saja, kemerdekaan bangsa INDONESIA tidak hanya di lawan dengan tanda tangan atau jiwa malas, tetapi dengan beribu ribu nyawa pahlawan yang menghiasi merah putih sang saka pemberani dan suci,
kalau memang negara malaysia mencoba untuk menghina, mengajak berantem atau menolak perundingan, mari, kita sama sama dengan jiwa pemberani menerima TANTANGAN PERLAWANAN tersebut… bukan berarti kekerasan dilawan dengan kekerasan, se ekor singapun bisa marah jika wilayahnya di ganggu.
hedi
August 31, 2009 at 8:16 pmorang lain nyolong kok kita marah-marah, lha orang kita juga masih seneng beli produk bajakan kok
Fenty
August 31, 2009 at 8:25 pmkatanya dengerin pidato bung karno emang bikin merinding …
dengan adanya hal2 seperti ini, semoga kita semakin peduli pada kebudayaan bangsa kita 🙂
haris
August 31, 2009 at 9:41 pmjadi ingat tulisan ariel heryanto soal pop culture dan hub indo-malaysia. ternyata walo scr politik dua negara itu tegang, tapu budaya pop dari keduanya terus digemari. peter pan tetap laris di malaysia ketika ambalat lagi tegang, demikian juga siti nurhaliza di indonesia. telaah ini akan jadi sangat menarik!
gus farid
September 1, 2009 at 8:23 amSaya diganggu oleh 2 pertanyaan: (1) Jika pertikaian Indonesia-Malaysia kian meruncing, siapa yg diuntungkan? (2) Bgm kita menyikapi masalah ini scr bijak dan tidak merusak?
edo
September 1, 2009 at 12:05 pmnambahin mas iman…
jadi inget ngobrol dengan salah seorang “guru” saya dulu
bahwa klaim budaya indonesia oleh asing, kasus tari pendet cuma kasus minor…
—
Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun negara lain:
– Batik dari Jawa oleh Adidas
– Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
– Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
– Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
– Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
– Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
– Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda
– Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda
– Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda
– Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing
– Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
– Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
– Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
– Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
– Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
– Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
– Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
– Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
– Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
– Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis
– Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris
– Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
– Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika
– Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd
– Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
– Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda
– Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang
– Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
– Kain Ulos oleh Malaysia
– Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
– Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
– Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
—
lengkapnya bisa dilihat di :
http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/profile.php?id=1020662085&v=app_2347471856&viewas=1546895831&ref=ts
Nogo
September 1, 2009 at 12:06 pmkembali keasal…ada Mistery di Balikkelambu…
orang Indo butuh uang jual jasa ke malay…sampai jasa Babu….
itu semua ada harganya…Batik pekalongan diborong..seni ukir…dan produk seni lainnya…..sudah takdirnya Malay..jadi kaya…karena Tuhan tahu..Dia nggak punya apa-apa tapi punya mau…Mau BERUBAH….belajarlah dari yang kita Lihat…menghujat lebih mudah daripada mengatasi dengan Bijak…saya sudah lihat…Bangkok berubah..Vietnam…China..bahkan laos sekalipun…Kuat dengan Citra dirinya….Rakyat Cinta Negara..cinta bangsa dan cinta karyanya…Kita terus saja..berkiat menjadi Budaya lain…sekarang budayanya Sendiri diambil baru Tersadar…..Lets Do it..Wake-up….Indonesia is My Love…( inget lagu jadul karangan Koes Ploes…)
noor
September 1, 2009 at 10:56 pmsaya tetep berharap kedua negara jadi rukun dan akur. kasian TKI2 yang disana, mungkin jadi disebelin sama orang2 sana
cical16
September 2, 2009 at 8:06 pmulasan yang menarik, minta izin copas untuk saya taruh di news group kantor saya ya
arham blogpreneur
September 2, 2009 at 11:01 pmTulisan mas iman mengingatkan bahwa sekarang ini kita kehilangan identitas negara.
Lala
September 2, 2009 at 11:14 pmKagum saya dengan semangat nasionalisme Bung Karno. Andaikan beliau masih hidup, mungkin masalah ini bisa segera terselesaikan.
edratna
September 3, 2009 at 8:47 pmSaat ini sebetulnya sudah merupakan era komunikasi yang terbuka…bener mas Iman, buktikan bahwa kita memang mencintai budaya kita…toh dunia akan tahu bahwa Malysia suka mengaku-ngaku. Tapi jika kita hanya protes setelah kejadian, dan sesudah itu tak acuh, mau bagaimana lagi?
kanglurik
September 3, 2009 at 10:56 pmmemang budaya kita ini sungguh berlimpah. saatnya merawat dan menjaganya….
Azhar
September 4, 2009 at 9:59 amnice written… 😀
benar, yang lebih penting bagaimana menjadikan Indonesia negri yang kuat.. Negeri yang dicintai rakyatnya… negri yang dibanggakan.
nadia
September 5, 2009 at 1:25 amsalahnya kita dulu itu adalah, setelah seseorang seperti Soekarno yang mati2an berprinsip berdikari dan ogah nerima bantuan dari siapapun, lalu kita dipimpin oleh seorang right-wing president yang dengan kesadaran penuh & dengan senang hati menerima tawaran2 bantuan2 itu, seperti kerbau yang dicucuk hidungnya oleh para imperialis (–> meminjam istilah Soekarno dlm pidato nya itu).
Dan, Malaysia, saat kita dipimpin oleh presiden kedua itu, mereka dipimpin oleh seorang Mahatir yg disebut2 sebagai little Soekarno.
Yaa, keleleran lah kita..
Semoga belum terlambat buat kita untuk mengejar lagi ketinggalan2nya.. Tapi rasanya sedikit2 kita udah berasa tuh, dari marah2 bakar2 bendara orang, semoga lama2 mudeng jg kembali di jalan yang benar,… semoga! The system will reach its equilibrium very soon.. 😉
Ahmad
September 5, 2009 at 12:12 pmEra Bung Karno telah usai. Kalau ia dihadirkan, konteksnya telah hilang – konfrontasi. Konteks baru adalah merajalelanya perusahan Malaysia di Indonesia. Malah, ke depan, negara jiran ini akan terus berinvestasi. Demikian juga sebaliknya, meski dengan volume lebih kecil.
Kalau Anda ingin perang, Malaysia tidak mau. Jelas-jelas dikatakan oleh Menhan, Ahmad Zahid Hamidi, yang keturunan Bantul Yogyakarta.
Jadi, wahai sahabat di tanah air, apa maumu?
wieda
September 5, 2009 at 6:31 pm“malaysia” sudah dapat 2 pulau….nah sekarang ingin dapat pulau2 lain….dan konon kabarnya di daerah pedalaman Kalbar, didaerah perbatasan dengan kuching, orang2 juga memakai ringgit sebagai mata uang…..looh gimana nee? bisa2 daerah itu kan di klaim daerah malaysia juga?
novanov
September 6, 2009 at 8:02 amsuaranya mengelegar,Hebat..mending Ganyang koruptor dan pemimpin yang lemah! jadikan indonesia lebih kuat dan bersih
Rusa Bawean™
September 6, 2009 at 11:51 pmgimana malingsia gak klaim ini itu
wong pemerintah kita lemah gitu
Sharon
September 7, 2009 at 3:03 pmoh jadi gitu ceritanya…
torasham
September 7, 2009 at 4:12 pmperang lawan MALESia ini jg terjadi di dunia maya…banyak saling serang di forum ini, forum itu… kl saya melakukan dg cara lain…..memberitakan via blog kepada dunia, ini looh asli Indonesia… ato juga bisa seperti ini
support batik=Indonesia di : http://twibbon.com/join/Batik-is-Indonesia
mukidevic
September 10, 2009 at 1:48 pmSebetulnya kita sendiri yang salah, lha kita tidak pernah peduli sama budaya sendiri. aku males nih kalo denger kata ganyang malaysia [aku suka spiritnya Soekarno, mending kita pakai cara yang lebih soft n smart aja deh], malu atuh mas, mbak. Kita dicap kalah dua kali nanti; 1. Budaya n pulau kita dicuri kita gak bisa apa-apa, cuma marah n bakar bendera tetangga kita, 2. Kita makin kelihatan emosional, reaktif, mudah terprovokasi, terkesan stupid [orang jawa bilang akal kalah karo okol/ otak kalah dengan otot]. Malu kaan…!
Aku lebih setuju dengan cara-cara torasham, smart. Tidak usah nunggu pemerintah yang lembek deh [mending nyontreng bapak yang satunya kan,dibilangin tidak percaya], lebih baik kita langsung bertindak sendiri asal dengan cara yang smart. Ayo kita khabarkan ke seluruh Dunia seberapa besar dan kayanya Indonesia. Masih banyak cara yang smart dan lebih berbudaya. AYO MAJU MAJU, AYO MAJU MAJU, AYO MAJU MAJUUU…
ario
September 15, 2009 at 11:01 amKalo sistem pendidikan sudah baik, semua rakyat bisa mengenyam bangku sekolah dengan harga yang sangat murah, bisa sekolah sampe tinggi2. Pasti derajat bangsa naik, gak perlu himpit2an antri beras…. apesnya bangsa ini dipimpin oleh pemimpin yg gagah tapi lemah dalam mengambil keutusan. Jadi perjalanan menuju kemakmuran masih jauh….
semalam di malaya
September 17, 2009 at 1:33 pmsiapa lebih pandai ?kaya?maju?….dan miskin? bodoh? mundur?=serumpun
dida
September 24, 2009 at 3:14 pmsaya berharap bangsa Indonesia bisa berusaha dan bekerja lebih keras lagi untuk pembangunan di negeri ini
Partisimon.Com
October 18, 2009 at 3:55 pmMungkin karena sebagian etnis di malaysia berasal dari Indonesia, sehingga membentuk perkampungan-perkampungan, misalnya: perkampungan jawa, perkampungan madura, perkampungan bali, perkampungan flores dan sebagainya.
Orang-orang indonesia yang telah menjadi warganegara Malaysia dan beranak-pinak, tetap memelihara adat dan budaya asal meraka. Sehingga wajar jika mereka di sana pun mempopulerkan budaya tempat mereka berasal.
Semakin lama budaya tersebut semakin terkenal, sehingga seakan-akan budaya itu sudah menjadi bagian dari budaya Malaysia.
Mungkin ini yang terjadi sehingga tari Bali jadi bagian iklan The Truly Asia …
sondolan
November 16, 2009 at 10:20 pmKita banyak lakukan silap, pendidikan kita tidak baik? tapi kenapa Malaysia import guru sains dari Indonesia malah ada guru2 itu jadi rakyat Malaysia dan ngak mau pulang lagi. 1 juta lebih TKI berada di Malaysia termasuk PATI. Rakyat Indonesia yg menghadapi buli dan dera berapa orang sahaja, rakyat kita yg jadi maling dan penyamun berapa orang pula, saya rasa seimbang. Janganlah kita bicarakan hal2 negatif ini memupuk imosi kebencian antara kita. Kalaulah 1 juta rakyat Indonesia ini pulang kenegara kita apakah pemerintah mampu memberi gaji 60,000.00 rupiah satu hari kepada mereka? (9 jam bekerja) Coba kita fikirkan ….
Jansen Justin
January 16, 2010 at 5:32 pmKalau saja Bung Karno menjadi presiden lebih lama lagi maka Indonesia dewasa ini bisa menjadi negara yang berpengaruh di Internasional seperti dulu. Tidak seperti sekarang yang hanya diam dan pasrah padahal sudah di obok – obok tetangga sendiri.. Kasihan deh memang sudah nasib punya bangsa kayak gini……………
orbaSHIT
February 7, 2010 at 1:47 pmdari sejak kotrak kerjasama penambangan dengan FREEPORT taon 1967 adalah awal kehancuran republik…kita menjadi bangsa yang KETERGANTUNGAN dari bantuan ASING (HUTANG LN) start dari situ sampe 1998 pondasi bangunan republik ini makin keropos,mental bangsa ini menjadi kerdil dan hedonisme merajalela…kagak ada rasa “pride” terhadap republik seperti jaman BK (walau kita miskin tapi harga diri bayarannye nyawa cuyyy) dan proses ini terus menggelinding bagai bola salju…jadi kagak tau neehh ending republik ini(pesimis mode on)