Bahwa banyak orang akan mampu menghasilkan keputusan yang sering kali lebih baik dibanding keputusan yang dibuat tiap tiap individu. Jangan sekali kali mengabaikan apa yang dikatakan orang banyak ( James Surowiecki )
Dari kutipan diatas yang menjadi intisari ‘ Wisdom of the crowd ‘, dimana publik menjadi sebuah acuan untuk kebijakan maupun sebuah kekuatan untuk menentukan jalannya masa depan negeri ini, seperti yang kita lihat dalam proses pemilihan Presiden.
Jelang pengumuman hasil penghitungan suara pemilu presiden Indonesia tanggal 22 Juli kemarin, berbagai kelompok masyarakat ingin ikut mengawal suara untuk memastikan hasil akhir yang diumumkan adalah hasil yang memang benar adanya. Banyak orang yang ingin mengawal menjadi bagian dari partisipasi publik.
Ini adalah bagian dari Change agent, Rise of individual power. Ketika bamyak individu individu menginspirasikan orang banyak dengan kepedulian, komitmen dan kerja keras. Ini bergulir menjadi kekuatan keroyokan – crowd – ketika sosok individu itu membutuhkan dukungan dan bantuan yang lebih luas.
Kekuatan crowdsourcing yang berbasis relawan ternyata menjadi penentu untuk kemenangan kandidat Joko Widodo. Kawalpemilu.org yang digagas Ainun Najib, seorang konsultan IT Indonesia yang bekerja di Singapore. Ia kemudian merekrut 700 relawan tanpa dibayar untuk memasukan data C 1.
Ini menggenapi beberapa relawan yang juga membuat inisiatif blog blog kejanggalan pemilu, seperti C1yangAneh.tumblr.com yang dibuat Herman Saksono, seorang calon Phd di Boston, yang sedang liburan pulang kampung ke Jogja.
Website ini mengumpulkan berbagai formulir C1 – formulir hasil perhitungan suara di tiap TPS – yang terbilang aneh. Beberapa contohnya ialah hasil jumlah suara yang tidak pas atau bahkan yang masih kosong. Walau idenya sederhana, website ini mendapatkan sambutan yang cukup baik dari masyarakat.
Bahkan dalam surat edaran KPU, mencantumkan website ini sebagai salah satu acuan kerja bagi jajaran KPU dilapangan.
Conversation terjadi diskusi atau interaksi dua belah pihak. Disini kebenaran merupakan kebenaran bersama ‘ common truth ‘. Ini kerja keroyokan, bergotong royong untuk mewujudkan kebenaran bersama.
Banyak suara suara sinis yang mengatakan, bahwa mana mungkin relawan ini tidak dibayar ? Bagaimana mungkin hanya dengan 700 orang saja, bisa menyelesaikan input C1 atau pelaporan kejanggalan.
Padahal mereka yang sinis itu lupa, bahwa sejak lama para editor Wikipedia di Indonesia juga terbiasa bekerja keroyokan tanpa dibayar.
Kerja keroyokan ini, ternyata mampu mewujudkan embrio e-rekapitulasi yang menjadi mimpi KPU selama ini. Kalau sudah begini mimpi kelak kita bisa menggelar e-votting bukan mustahil. Dengan dukungan netizen dalam proses pemilu di Indonesia, sebenarnya mengamini bahwa masyarakat telah siap menggunakan IT dalam pemilu selanjutnya. Sebuah pemilu 2.0.
2 Comments
Enny
December 26, 2014 at 7:35 amMenyenangkan mengikuti kerja anak-anak muda ini.
Bersyukur saya punya anak-anak yang mau membantu dan mengajarkan ibunya berbagai hal, apa yang dikerjakan olehnya dan teman-teman nya.
Kedua anakku ikut acara rame2 ini….
ibas
October 10, 2023 at 8:42 amgood article, thank you