Ada yang tak habis dipikir tentang sebuah negeri yang namanya Indonesia. Ketika dengan nikmatnya saya melihat panggung panggung dagelan ketoprak disana sini. Begitu mengasyikan, sekaligus menyedihkan.
Masih banyak permasalahan bangsa seperti pengentasan kemiskinan, korupsi, keadilan dan persoalan hak hidup orang banyak. Namun selalu saja ada orang orang yang kelebihan energi untuk memikirkan hal hal yang sepele. Sebagaimana dikutip dari majalah Tempo, Pemerintahan Kota Bukittinggi, Sumatera Barat mengerahkan ratusan aparat satuan pamongpraja untuk merazia kota, mencari orang orang yang merayakan Valentine.
“ Valentine dilarang karena berbau maksiat, tidak sesuai dengan adat istiadat Minangkabau dan agama Islam ‘ – demikian Wakil Walikota Bukittinggi menegaskan.
Remaja yang dipergoki sedang merayakan hari valentine akan dikenakan pelanggaran terhadap peraturan daerah tentang pemberantasan maksiat.
Seberapa pentingkah urusan seperti ini ditangani dalam sebuah regulasi pemerintahan, baik pusat atau daerah. Saya tersenyum miris membayangkan satuan pamong praja dengan sigapnya menangkap para remaja puteri yang mungkin sedang berbusana pink, atau pria pria yang sedang membawa sekuntum bunga mawar.
Saya tak pernah percaya bahwa nilai nilai Islam akan luntur gara gara issue ini. Islam terlalu besar untuk disandingkan dengan urusan sepele seperti Valentine. Hanya sekedar momentum yang tak perlu dianggap serius, apalagi gejala kristenisasi. Jangan terlalu keblinger. Secara resmi gereja sendiri sudah menghapus hari raya ini dari kalender gereja sejak tahun 1969, karena St. Valentine dianggap sebagai santo yang asal usulnya tidak jelas dan berbasis legenda saja.
Ya sudah, mungkin ini yang disebut usaha usaha penemuan jati diri budaya bangsa.
Pemerintah kota Bukittinggi juga akan melarang perayaan Tahun baru 2009 di jam Gadang. Alasannya, setiap tahun baru kota ini kebanjiran turis dan tak sedikit wisatawan melakukan hal hal mendekati maksiat. Maksiat yang mana ? Saya pernah mengunjungi landmark kebanggaan bukittinggi itu. Rasa rasanya hampir tidak mungkin melakukan kemaksiatan di tempat terbuka – terang benderang – yang hanya dipenuhi wisatawan, pedagang, dan orang orang menyambut malam tahun baru.
Dengan gagah gempita, Wakil Walikota berkata,
“ Biarlah Bukittinggi tanpa wisatawan daripada harus menjadi kota maksiat “
Pemerintah daerah mungkin tak pernah menghitung nilai ekonomi yang muncul dari sektor pariwisata. Sedangkan DPRD yang meratifikasi peraturan daerah juga tak perduli. Masih lekat ingatan kita ketika hampir seluruh anggota DPRD Sumbar ,Bukittinggi dan Payakumbuh tersangkut korupsi masal.
Kalau ada wisatawan yang pulang ke hotel atau penginapannya terus berbuat maksiat, tentu bukan salahnya jam Gadang. Anggap saja penerapan syariat sebuah pilihan. Bukankah lebih baik seperti yang dilakukan hotel hotel di Aceh, meminta surat nikah atau identitas suami istri daripada menutup Pulau Weh sebagai daerah kunjungan wisata.
Daripada memikirkan sandiwara ketoprak yang tidak lucu, lebih saya mulai mencari tiket pementasan Butet Kartaredjasa di Teater Ismail Marzuki minggu ini. Kolaborasi tulisan Ayu Utami dan Agus Noor. Konon ia akan mementaskan sebagai tukang cukur yang bernama Susilo. Karena hari panas ia membuka bajunya hingga telanjang dada. Sialnya, ia ditangkap aparat karena melanggar undang undang pornografi.
Sebuah peradaban yang monoton, kering dan gersang mungkin menjadi catatan sejarah negeri ini. Dan dari sejuknya udara Bukittinggi, angin itu bertiup entah kemana.
Photo Jam Gadang : Budi Melianto Soehono
105 Comments
max
February 18, 2008 at 8:11 pmHehehe. saya juga sedang posting Bukittinggi, dalam konteks wacana walikotanya yang ada-ada saja 😉
leksa
February 18, 2008 at 8:18 pmmembuat saya ingin melirik budaya lama MInang kabau di masa-masa awal masuknya Islam disana …
mari kita bandingkan…
sebenarnya pergeseran apa yang terjadi…
menuju makin liberalis melupakan budaya islami minang?
atau malah makin bernada “Islam garis Keras” meninggalkan Islam ala Minang?
max
February 18, 2008 at 8:19 pmberita sementaranya; 3 pasang muda mudi ditangkap karena berpelukan dan pegangan tangan pada Rabu (13/2). Dan pada malam valentine (14/2) 17 orang yang dianggapnya tingkahnya mencurigakan digaruk Pol PP. Dari semua yang tergaruk tersebut, terdiri dari 6 pasang muda-mudi, tapi hanya 7 orang yang diajukan ke pengadilan karena terbukti tidak mempunyai identitas diri, sedangkan sisanya hanya diberi peringatan dan membuat surat pernyataan.
Asli…, ada2 saja :))
pengki
February 18, 2008 at 8:28 pmhehe.. walikota Bukittingginya harus siap2 diprotes juga nih. ada satu kalimat yang saya masih ingat betul dari kakek saya.
‘ dek karano mancik, lumbuang dibaka’ – karena ada tikus, lumbungnya dibakar. tikusnya mati, padinya juga hangus, orang2 jadi ngga bisa makan.. 😀
pengki
February 18, 2008 at 8:30 pmwahaha.. bener mas.. :)) bener2 ngga ada alasan kalau Jam Gadang ditutup gara2 maksiat.
GuM
February 18, 2008 at 8:31 pmkenapa semua yang berbau barat harus selalu dicap jelek?
bangsa kita itu sebenernya kreatif. bisa ngambil sesuatu yang berguna dari sampah sekalipun. apalagi untuk sebuah momen valentine yang menurut saya masih ada saja positifnya. menebar kasih sayang, contohnya. kalau mau berantas maksiatnya, berantaslah efek kebablasan dari valentine itu.
jadi menurut saya, mau merayakan atau tidak, itu pilihan.
hmm… atau mungkin karena di sana perayaan valentine dinilai lebih maksiat ketimbang korupsi massal, pak? makanya diberantas. hehehe…
Mbah Sangkil
February 18, 2008 at 8:47 pmkok gak ada yg teriak-teriak “dilarang tidur waktu sidang soal rakyat?”
kok gak ada satpol pp yg nangkapin anggota dewan yg lagi tidur pas sidang paripurna?
ah pemerintah pusat sama daerah podo wae, beraninya sama rakyat kecil….
wieda
February 18, 2008 at 8:49 pmwalahhhh….koq pendek banget cara pemikirannya????
Maksiatnya dimana seh?
bingung mikir nya…
edo
February 18, 2008 at 8:51 pmhihihi…
mas imam pun membahas cerita kampung halaman tercinta :p
beberapa tulisan saya juga membahas tentang hal ini 🙂
Goen
February 18, 2008 at 9:35 pmIni benar-benar mirip dengan kasus undang-undang khusus saat bulan puasa di Banjarmasin yang melarang semua warung makan buka di bawah jam 12 siang. Padahal Banjarmasin bukan daerah syariat… 😐
liemz
February 18, 2008 at 9:52 pmAh, mereka itu seperti orang suci saja.
BARRY
February 18, 2008 at 10:56 pmHanya dapat mengelus dada mendengar berita di atas…
Donny Verdian
February 18, 2008 at 11:37 pmSaya merasakan hal yang sama Mas. Perbedaannya Anda berani menulis dan saya terlalu chicken untuk mengulasnya 🙂
Tak sedikit yang berpikiran seperti Anda, tapi sangat sedikit yang berani konsisten seperti Anda 🙂
Salut!
yus
February 18, 2008 at 11:57 pmlebih aneh lagi yang berencana mengeluarkan fatwa haram.. hehehehe.
koprilia
February 19, 2008 at 12:12 amwah mas..klo baca postingan mas iman..saya kok jadi emosi yah dengan negara ini, dan ngamuk juga dengan orang2 yang katanya berpegang dengan hukum, juga sedih dengan kata hukum itu sendiri.
karena mreka tidak bisa melihat mana hukum yang berjalan dan mana hukum yang buta.
demikian juga disini, klo mo posting ginian jadi ga bisa muntah saking banyaknya ide, dari mata kepala sendiri menyaksikan dan menjadi korban sebuah skenario2 dari hukum yang memang sekarng ga mutu babar blas di negara ini.
trus yang berhak ditegur tuh pelaku hukumnya atau hukumnya/aturan mainnya itu yah???
ah sudahlah..ndak jadi ngemosi…hidup bukit tinggi yang sejuk…
ilhamsaibi
February 19, 2008 at 1:17 amckckck, ampe sigitunya pemerintah bukittingi, batal deh acara taon baruan di rumah. mending di jogja aja kalo jam gadang “gak berfungsi” lagi
yoki
February 19, 2008 at 1:41 amlucu….jadi pengen tahu tanggapan walikota beserta anggota DPRD kalo memang PAD dari pariwisata jadi 0%! percuma dong proyek baru milyaran pariwisata Indonesia kalau pola pikirnya seperti ini…(mudah-mudahan hanya satu!)
mitra w
February 19, 2008 at 2:40 amsudah stress kali itu orang…
dian
February 19, 2008 at 3:14 ammereka itu…pasti kurang kasih sayang.
gak berhasil deh visit indonesia 2008. mudah2x-an cuma satu bijik deh yg kayak gitu
enade
February 19, 2008 at 5:56 amHaiya … sedih membaca berita-berita seperti ini. Mengelus dada deh … (dadanya sendiri tapi ….)
jeng endang
February 19, 2008 at 7:40 amini apa pengaruh dari multi partai dan ide utk mengislamkan negara ya? harusnya negara itu berketuhanan tapi pelaksanaan jgn berlandaskan agama……begitu benarkah?
didi
February 19, 2008 at 8:03 amsetuju sama pemerintah bukittinggi. tidak setuju sama korupsi. muak sama ayu utami dan utan kayunya. apalagi sama gunawan muhammad. mati juga ogah cacing makan jazadnya. mudah2an cepat terwujud negara islam itu.
zam
February 19, 2008 at 8:04 ambukittinggi.. salah satu kota di Indo yg saya pengen banget ke sana.. hiks..
eh, dramanya Butet selalu bertema sama, yg bener jadi salah.. 😀
stey
February 19, 2008 at 8:15 amWah..kalo semua daerah di Indonesia kayak gini, waaahh..bisa bener2 turun pendapatan devisa negara kita..
unai
February 19, 2008 at 8:58 ambener-bener kurang kerjaan pemerintah ini, iya..ini hanya momen..mana pulak bisa bermaksiat di Jam gadang itu..eh saya juga ingin bercerita sedikit ttg kendahan bukittinggi
anggangelina
February 19, 2008 at 8:58 amyah kita kan ga bs melihat dari satu sisi saja.. kalo cm ‘pernah’ kesana tanpa bener2 merasakan apa yg sebenarnya terjadi disana, sama aja kan? lebih baik mencegah daripada menyembuhkan.. pemerintah sana mungkin penuh dg sisi-sisi gelapnya (korupsi, dll), tp setahu saya nilai Islam di bukit tinggi sangat tinggi, dan wajar pemerintah sana berusaha keras menjaga keislaman kawasan mereka.. justru sebagai tamu, kita harus menghormati apa keinginan rakyat disana..kalo ternyata kemaksiatan bener2 terjadi, toh kita yg diluar sini kan nggak bener2 tau apa yg sebenarnya terjadi disana… untuk apa mengaut untung jika dosa jg ikut2an terkaut..?
yah, bginilah dunia.. bgitu ada yg ingin mencegah, pasti dibahas.. tapi begitu ga dicegah, langsung diusut.. waduh…..
Doohan
February 19, 2008 at 10:11 amWah… ada-ada saja ni para kepala daerah, klo dulu ada bupati yang mo tes virginitas sama siswa sma, sekarang ada lagi ini. sepertinya inilah akibat dari pemahaman yang kurang dari para kepala daerah kita. asal dengar laporan tanpa cek n ricek. kita juga harus maklum (mungkin) kalo jaman mereka muda kan valentine baru gaungnya aja yang terdengar, belum seperti sekarang ini.
nico
February 19, 2008 at 10:22 amSaya setuju dgn pak walikota. Setujuh..*ngajak salaman pak walikota*
kenny
February 19, 2008 at 11:04 amgak beda jauh ama disini, penyanyi (rocker) gi konser saking asyiknya sampe buka baju akibatnya…kenal cekal deh
funkshit
February 19, 2008 at 12:05 pmsaya sungguh2 bersyukur .. karena tidak tinggal di sana.. dan bersukur karena jogja nda menerapkan peraturan kaya gitu
merayakan valentine itu kriminal ?? haduhhh…
bangsari
February 19, 2008 at 1:13 pmbenar benar pemerintahan yang tanpa arah.
kw
February 19, 2008 at 2:47 pmkalau begitu terus, lama2 islam habis deh, tak ada orang yang berminat mencumbuin lagi hi hi hi….. pisss….
-=«GoenRock®»=-
February 19, 2008 at 3:59 pmSaya ndak ngurus valentin, mau valentinenan sama siapa yo ndak ngerti T~T. Weeh kak Butet manggung di TIM? Kapan Om? Saya lama ndak nonton monolognya kak Butet. Pengen nontooooon
escoret
February 19, 2008 at 4:03 pmkapan aku smpe jam gadang itu..????
sumpah..fotonya keren,.!!!!
Luigi
February 19, 2008 at 4:49 pmKetahanan individu dan kuatnya suatu norma itu sedianya dimulai dari lingkup yang paling dalam —> KELUARGA, kalau ketahanan norma, adat-istiadat dllsb bisa terus mengakar dari sisi nucleus terdalam (keluarga) maka pengaruh apapun diluar bisa tidak tergoyangkan, tidakperlulah institusi sekelas pemerintah setempat sampai harus turun tangan seperti ini – there are a hell of a lot more important issues to be dealth with rather than this non-essentials 😀 (malu dong, ah!)
With regards to celebrating love – I celebrate it every day 🙂
hanny
February 19, 2008 at 4:56 pmgak tau, ya, aku nggak ngerti. apakah mungkin skala prioritas kita dan pemerintah itu berbeda. hal-hal yang nggak penting mereka anggap penting, sementara hal-hal yang kita anggap penting menurut kita nggak penting banget untuk dipermasalahkan.
perihal postingan di atas, mungkin kembali lagi: sampai sebatas mana pemerintah berhak mencampuri hak azasi penduduknya sebagai manusia? kadang-kadang saya pikir negara kita ini bukannya mengalami kemajuan dalam hal toleransi; tapi malah mengalami kemunduran.
hmm, susah memang tinggal di Indonesia, tapi seperti apapun, saya tetap cinta juga sama negeri ini hahaha. mudah-mudahan negara ini bisa lebih bijaksana seiring bertambah umurnya. dan saya ingin ikut serta menjadikan negeri ini negeri yang lebih ramah untuk semua orang–tak peduli apa suku, ras, agama, dan golongannya.
saya ingin negeri ini bisa menjadi negeri yang “memberi contoh” sehingga orang terinspirasi untuk mengikuti contoh bijaknya, bukan menjadi negeri yang ‘memaksa’ sehingga orang sibuk mengutuk ketika mau tak mau harus menaati apa yang diperintahkan.
ah, indahnya.
elly.s
February 19, 2008 at 4:57 pmat least masih ada yg mikirin gimana meredam maksiat mas…
saya guru sma bertahun yg lalu…
murid2 saya memang melakukan janji kencan kearah maksiat dimalam valentine…
saya akali dgn ngundang makan dirumah saya tapi diabsen n harus datang semua….
nggak sukses2 amat tapi paling nggak masih ada yg mikirin..
dari pada tambah sakit jantung mendengar pendapat beberapa sahabat saya yg juga guru..
“ngapain juga diurus..wong anak kita bukan. Mo bener atau nggak bener egp”.
Loh kalo semua guru ( semua aparat) mikirnya gicu mo jadi apa negara ini, agama ini dan generasi muda ini.
Hmhmh…gak mudah memang jadi aneh disekeliling org2 yg aneh…
hanny
February 19, 2008 at 5:12 pmduh, sampai salah tadi di opening di atas. hahaha. saya edit sedikit yah: gak tau, ya, aku nggak ngerti. apakah mungkin skala prioritas kita dan pemerintah itu berbeda. hal-hal yang “menurut kita” nggak penting mereka anggap penting, sementara hal-hal yang “mereka” anggap penting menurut kita nggak penting banget untuk dipermasalahkan.
sluman slumun slamet
February 19, 2008 at 5:15 pmlebih mulia korupsi daripada nongkrong di hiburan malam!
mungkin itu yang ada di kepala mereka!
lha daripada ngurusi hari palenten, ya mbok ngurusi korban bencana sajah…
gempur
February 19, 2008 at 7:02 pmhoooo… sampe segitunya ya.. padahal makin dilarang makin nekat loh pelakunya.. mendingan biarin aja, sambil nge-blog.. sebarkan pendidikan, apa itu valentine… lama-lama orang tau kok.. lagian kurang kerjaan banget.. sing gedhe sik akeh kok ngurusi sing cilik.. ehmmm.. ada ada saja indoensia kita ini hehehehe
Lugaid Vandroiy
February 19, 2008 at 7:21 pmkita, generasi muda, ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau
Wazeen
February 19, 2008 at 7:56 pmhadoh nama tokoh ketopraknya itu sangat menghawatirkan, jangan2 nanti bisa digrebek ama pak lurah 😀
icha
February 19, 2008 at 9:28 pmwah piye iki??? ada2 aja atau mgkn memang muda mudi kita sudah pd hancur … jd perlu turun tangan gituh pihak yg diatas. duuuhh kyk gak ada urusan yg laen aja degh
aris
February 19, 2008 at 9:29 pmdi jaman awal2 kemerdekaan RI, Bukittinggi pernah menjadi ibukota pemerintahan darurat. Kalau sang walikota ingin mengeluarkan kebijakan aneh2, mestinya yg harus dikerjakan adalah memindahkan Jakarta ke Bukittinggi, agar ibu kota negara tidak kerap kebanjiran. Kalau cuma berani mengeluarkan larangan merayakan valentine, itu mach walikota ecek-ecek.
iphan
February 19, 2008 at 10:00 pmwah… ada penyakit baru : maksiatophobia. orang hyang takut dengan hal yang di anggap berbau maksiat. walopun itu sebenernya mustahil… perlu di patenkan nih
cK
February 19, 2008 at 10:04 pmheran…makin hari kok makin santer aja ya soal beginian? bukannya dijalani dengan damai, tapi malah penuh protes-protes… 😕
Totok Sugianto
February 20, 2008 at 1:32 ammasih terkesima sama fotonya jam gadang, padahal saya belum kesana kok sudah mau ditutup buat wisatawan sih 🙁
Nugie
February 20, 2008 at 4:35 amKecerdasan mempengaruhi cara mengidentifikasi masalah…
de
February 20, 2008 at 7:42 ambener2 ngga lucu dan bikin gemessssss. niru kata anak saya: gak penting banget gitu loh!!! kayak ngga ada yg lebih penting untuk diurusin. Duh!!!!!
Nazieb
February 20, 2008 at 8:49 amAgama semakin terlihat buruk jadinya…