Antara Mbak Retno dan Miyabi

Ada dua tempat dimana saya sering berburu buku buku tua. Pertama, sebuah toko buku bilangan Cinere, dimana saya mendapatkan kumpulan tulisan Bung Karno – dari masa mahasiswa sampai pidato kenegaraan setiap 17 Agustus – dalam bundel tebal “ Di bawah Bendera Revolusi “ terbitan tahun 1964. Kedua, sebuah toko kecil di pojokan Pasar Festival, dimana saya mendapatkan kalender tahun 1966, kaset Chicha Koeswoyo, buku terbitan LPES tahun 80an, Album Cerita dari lima Benua, sampai buku buku lama cerita Winnetou.
Konon kata orang, sebuah karya tulis novel, roman, sastra ( termasuk film ) menunjukan peradaban suatu bangsa pada jamannya. Kata orang juga, semakin maju dan modern kita, semakin tipis batasan antara moral dan budaya. Tapi saya justru meragukan di negeri ini. Justru novel dan film film jaman dahulu lebih vulgar dan erotis daripada apa yang kita temukan jaman sekarang.

Ada masanya tahun 70an dan 80an film film Indonesia lebih berani. Judulnya pun seram seram. ‘ Ranjang Siang Ranjang Malam ‘, ‘ Gairah malam ‘, ‘ Akibat pergaulan bebas ‘ dan macam macam lagi. Bintang filmnya lebih berani bugil dan berciuman.
Dalam Katalog Film Indonesia 1932 – 2006 lihat saja judul film yang memakai kata ‘ ranjang ‘ dan ‘ gairah ‘. Ini juga tercermin dari novel novel jaman dahulu yang sangat jauh berbeda pendekatan tulisannya dengan novel jaman sekarang.

Kemarin saya membeli 3 novel lama di pasar festival, “ Nick Carter – Penculikan Perdana Menteri Russia “, “ Mbak Retno “ karya Motinggo Busye “ dan “ Janda “ karya La Rose. Buku buku era 70an tersebut bisa sangat terbuka dan sensual dalam menyampaikan hubungan badan antara pria dan wanita.

Coba bayangkan salahsatu petikan dari Mbak Retno.
Retno dalam hiasan pengantin itu kelihatan seperti bidadari impian. O gugup sekali buatnya, lebih gugup daripada sewaktu pacaran. Dan Retno merengek rengek manja sekaligus menolak setiap elusan Ramses. Retno ingin sekali memagut Ramses. Gadis dua puluh enam tahun itu selalu teringat nasehat dukun pengantin untuk menolak jika dielus. Tapi nasehat dukun itu lenyap sewaktu Ramses mengecup dadanya, dan Retno merintih, memelintirkan tubuhnya dengan liat dan akhirnya dirangkulnya Ramses. Tidak , tidak nasehat dukun pengantin itu hirap lenyap dari kepala gadis duapuluh enam tahun itu. Dalam suatu amukan menerjang dan menggeliat, menggelinjang bermandi keringat. Meronta meringis geram.

Demikian juga Janda dari tulisan La Rose, seorang penulis yang cukup produktif pada masanya.
Belum lama aku melangkah dia sudah menuju ke arahku dan seketika aku sudah dalam pelukannya. Lengannya mengitari pinggangku.
“ Marina..lepaskan kancing kancing kemejaku ..”
Didi seperti biasa tidak suka mengenakan kaos dalam. Terasa sarung itu terlepas dan meluncur ke lantai. Kemudian lengan Didi mengelus ngelus pinggulku.
“ Lupa bawa baju..lupa bawa daster “ aku berbisik dengan suara terputus putus pada lehernya, sambil bibirku mencium ringan lehernya kemudian wajahnya. Didi lantas menggendong aku tempat tidur dan menekan bahuku. “ Please please Marina..”

Agak bingung apakah ini dikategorikan porno, karena itu hanya petikan kecil dari sebuah drama atau kisah kisah sehari hari. Dan jamannya novel novel seperti itu sangat lazim dan mudah ditemui. Sehingga disebut generasi Roman picisan.
Jaman memang selalu berubah. Tulisan – pada masanya – seperti itu sudah membuat liar imajinasi kita, dan mungkin membacanya sembunyi sembunyi di dalam kamar. Mungkin juga pendapat saya salah bahwa jaman sekarang less vulgar dari segi pornografi. Karena jaman dulu belum dikenal internet, dvd, 3G, dan juga Miyabi.

Mungkin juga saya malah ketinggalan jaman dan karena melihat film kewer Miyabi baru baru ini. Itu karena jasa baik para penggemar kewer Jepang yang berbaik hati mengemasnya ke Jakarta.
“ Wah Miyabi sudah ketinggalan jaman mas ” , demikian kata orang.
Terus terang tidak begitu menarik, Saya hanya sekali melihatnya dan secara fast forward. Kasihan melihat Miyabi selalu menjerit dan tersiksa. Demikian saya katakan ke seorang eksponen penggemar kewer.
” Itulah kelebihan JAV mas “.
Saya jadi bergidik membayangkan Jugun Ianfu .
Jika Miyabi yang imut sepertinya jadi obyek kekerasan. Lalu mana kesetaraannya ? bukankah semestinya mutual benefit seperti imajinasi kita menafsirkan rintihan Mbak Retno ?
Ah, ini khan menurut versi saya. Namanya juga produk generasi lama.
Mudah mudahan juga tulisan ini tidak dikategorikan sebagai penyebaran pornografi. Ini khan sekadar membuang kantuk sambil menunggu Barcelona vs MU.

You Might Also Like

88 Comments

  • nico
    April 24, 2008 at 1:19 am

    Inih pornoh!*sebar paku*

  • sluman slumun slamet
    April 24, 2008 at 1:31 am

    ada gak yang mau neliti kenapa JAV kok mesti teriak-teriak githu…
    eh, ini artinya apa ya…. itaaa…itaaaa…
    😀

  • Aris
    April 24, 2008 at 1:42 am

    Dukung siapa mas, MU atau Barcelona ?, kalau saya pilih mbak retno MU aja

    *komen gak nyambung menjelang pertandingan MU vs Barcelona

  • sandal
    April 24, 2008 at 1:42 am

    Miyabi emang udah out-dated mas.
    Mending Sora Aoi atau Mihiro saja..
    **sopo meneh kuwiiii**

  • satria
    April 24, 2008 at 1:42 am

    emang miyabi udah basi..

  • leksa
    April 24, 2008 at 3:11 am

    saya tidak pernah sreg dengan produk kewer jepang, apalagi produk eropa/amerika…

    entah kenapa, melihat produk lokal beraksi, lebih menggugah selera 😀 ..
    tapi durasinya pendek, dan susah dicari saat2 ini 😀

  • didut
    April 24, 2008 at 4:05 am

    miyabi juga punya blog loh om 😛

  • Nayantaka
    April 24, 2008 at 4:20 am

    Lionel Messiyabi vs Cristiano Retnoaldo ternyata 0 – 0 ya mas

  • yuki tobing
    April 24, 2008 at 4:42 am

    Iya, betul itu mas Iman, saya lihat koleksi buku orang2 tua jaman dulu banyak yang isinya begitu. 😆 Ngomong2, bisa disebutkan dengan jelas lokasi toko-toko buku tua itu?Thanks

  • fahmi!
    April 24, 2008 at 5:00 am

    wuih… banyak keyword yg asik asik di posting ini. pagerank blog sini bisa cepet terdongkrak mas hahahaaa 😀

  • احمد شهيدة
    April 24, 2008 at 5:01 am

    Ngomong-ngomong karya Motinggo Busye, saya teringat Fatimah Chen Chen yang dianggap karya terbaik novelis Indonesia ini.

    Sebagai lelaki, saya tak tahan menahan sebak. Haru biru bercampur gundah. Ada banyak rasa membuncah.

    Oh ya, saya juga nonton MU dan Barca, tapi sayang Ronaldinho tidak turun, sebab saya sebenarnya penggemar Brazil. Di manapun, pemainnya merumput, saya akan terus mendukungnya.

  • Anang
    April 24, 2008 at 6:32 am

    miyabi? ah masih bagus bikin vidio sndiri… wkwkwkwk

  • Epat
    April 24, 2008 at 6:37 am

    nick carter? wah…jadi inget jaman smp dulu, bacanya ngumpet-ngumpet kekeke

  • yudhi
    April 24, 2008 at 7:54 am

    UUITE (TM) !!! :))

  • tukangkopi
    April 24, 2008 at 8:06 am

    saya jadi inget dulu waktu SD sama Bapak dilarang baca “Anak Bajang Menggiring Angin” karya Sindhunata, padahal setelah saya baca adegan vulgar-nya cuman pas Shinta lagi mandi aja.. :mrgreen:

    eh, kalo mau yang lebih soft coba Sora Aoi, mas.. 😆

  • iway
    April 24, 2008 at 8:08 am

    ada yang tau website cerita seru yang dulu ada di 17tahun.com ? **pengen nostalgia mode** 😀

  • mr.bambang
    April 24, 2008 at 8:22 am

    * liat komen anang *
    Wah, di indonesia mau ada bintang baru neh.

  • Hedi
    April 24, 2008 at 8:46 am

    @Sluman Slumun Slamet

    Ita…itaaa itu mirip sama kai…kai..kurang lebih artinya “enak”

  • snydez
    April 24, 2008 at 9:02 am

    lebih tepatnya: erotis kali ya’ 😉 khan gak ada gambarnya , kecuali dalam imajinasi ..
    kalo miyabi mah beda lah 😀

  • aprikot manis sekali
    April 24, 2008 at 9:04 am

    nungguin antobilang koment 😀

  • detnot
    April 24, 2008 at 9:05 am

    Novel jaman jadul ada yg Vulgar juga kok kangmas.
    apalagi bikinan anny arrow :mrgreen:

  • iman Brotoseno
    April 24, 2008 at 9:11 am

    slamet & hedi,
    oh itaaa itaa semacam yes oh no gitu ya…
    yuki tobing,
    di pojokan pasar festival , Jl HR rasuna Said di sebelah Hartz & Chicken restaurant kemudian yang di Cinere, dari arah Mall Cinere ke arah gandul, melalui perempatan pertama terus kira kira 100 meter sebelah kiri ada deretan ruko.
    Anang,
    wah..jangan nang, jangan buat sendiri..
    Leksa,
    Jadi suka yang lokal yang sedikit sedikit running timenya
    Tukang Kopi, Sandal..
    Sora aoi ?…

  • kyai gantheng
    April 24, 2008 at 9:11 am

    … waktu kukecup dadanya … loh kok berbulu …

  • calonorangtenarsedunia
    April 24, 2008 at 9:18 am

    Mas, tak tinggal 2 minggu kenapa jadi beginihh??

    Memang yang sekarang sebenarnya lebih sopan ketimbang dulu. Apalagi pas SMP saya baca nobel “Ding Dong”. Parah betul itu buat saya. 😀

  • andrias ekoyuono
    April 24, 2008 at 10:05 am

    Jadi inget kalo jaman saya SD dulu ada perpustakaan persewaan buku, trus banyak novel2 gitu, lalu saya suka iseng2 baca di tempat 😀

  • Fitra
    April 24, 2008 at 10:13 am

    Miyabi itu apa hubungannya sama Wasabi??? *bener2 pasang muka bodoh sambil makan sushi* :p

  • [H]Yudee
    April 24, 2008 at 10:15 am

    he eh mas … MU vs Barca 0 – 0 tho ??
    jan kasian bener yaa miyabinya ?? tapi kan, dia menjerit untuk mendapatkan berlian mas ….

  • suprie
    April 24, 2008 at 10:44 am

    heh ,
    Miyabi ?
    ita ita ?
    gak tau saya gak pernah stel miyabi keras – keras, jadi gak tau dia ngomong apa… lagi pula klo pun di stel biasanya cuman teriak – teriak doank …

    itu beneran MU vs Barca 0-0 ?

  • Baja
    April 24, 2008 at 10:47 am

    Mas, kapan-kapan boleh pinjem ga 3 buku ini ? Sudah 20 tahun lalu terakhir baca NC..hehe
    Oh ya, menurut saya sih yang dilukiskan di novel-novel zaman baheula bukan sesuatu yang fulgar. Seingat saya selain Motinggo Busye, Mochtar Lubis juga beberap kali mendeskripsikan hubungan pria dan wanita di novelnya. Setelah masuk usia dewasa, terus terang membaca deskripsi di novel mereka lebih mendebarkan daripada membaca deskripsi di model EA (sengaja gak dipanjangin..hehe).

  • Ghatel
    April 24, 2008 at 10:56 am

    Gairah malam, saya dulu sering nonton di layar tancap… 😀

  • funkshit
    April 24, 2008 at 11:04 am

    ngg.. klo ngga Sora.. takako kitahara juga ngga kalah kok
    cuman sekarang udah pensiun dan membuat banjirair mata para penggemarnya
    *avatar saya takako.. sayang disini ngga nongol 🙂

    Wah nama retno lumayan sensual juga ya klo jaman dulu :D:D

  • rita nusa indah
    April 24, 2008 at 11:34 am

    jadi kasian liatnya pasti kedinginan deh.. hikss.. lagian diantara para co… huhhhh malu bgt…..
    oya mas Iman blognya ta’ add to my bolg ya

  • Tia
    April 24, 2008 at 12:31 pm

    duh, pas lagi puasa, mau nikah…kemudian baca sekilas cuplikan adegan buku mbak retno….*dhuarrr*….

    hehehe

  • Donny Verdian
    April 24, 2008 at 1:02 pm

    Punya stensilan Eni Erow…
    Bukan, saya bukan pengen ber mesum-mesum ria, tapi kalau ada saya mau beli satu buat koleksi mengenang kekonyolan saya SMP dulu 🙂

  • Silly
    April 24, 2008 at 1:54 pm

    Masyaolohhh… itu cuplikan dikit aja bikin GELISAH, gimana banyak yach.. 🙂

    Bisa kirimin saya bukunya gak mas???… **kedip2 mata** 😉

  • sandal
    April 24, 2008 at 1:56 pm

    Kata orang juga, semakin maju dan modern kita, semakin tipis batasan antara moral dan budaya. Tapi saya justru meragukan di negeri ini.

    Sepertinya keraguan perlu dihapus Mas, apa benar semakin maju negara kita ini? Atau sebenarnya malah mundur perlahan-lahan?

    Nenek moyang kita pernah membuat mahakarya saru tapi seru, yaitu candi-candi yang dihiasi lingga dan yoni. Jika merujuk pada kutipan di atas, berarti kita malah mengalami kemunduran.

    OOT:
    Produk JAV lainnya yang cukup interaktif adalah Mihiro Taniguchi, Mas. Beberapa skrinsyut ada di Kineda.com.

  • Parta
    April 24, 2008 at 2:01 pm

    nunggu mas iman yang bikin aja lah.. jangan bikin iklan terus sekali-kali bikin yang seger mas, suruh para bloggers ikut casting untuk cari peran utamanya mas… 🙂

    gimana setubuuuh ?? 🙂

  • satpam p0rn0grafi
    April 24, 2008 at 2:14 pm

    wah…postingan ini memancing! banyak kata-kata mesum disini. 😈 eh gak mesum sih, cuma..ya…begitulah.. 😆

    btw nick carter itu kok mengingatkan saya sama personel bekstrit boi ya? 🙄

  • edratna
    April 24, 2008 at 3:32 pm

    Buku karangan Motinggo Busye memang “agak seram”…to the point, jadi saya kurang menikmati, enthlah ada rasa nggak nyaman aja…dulu saya bacanya ngintip-ngintip, karena takut ketahuan orangtua. Juga novel karangan La Rose…kalau karya sastra yang berani saya lihat karangan Ayu Utami (Saman), dan NH Dini (pada sebuah kapal, La Barka).
    Menurutku penulis Indonesia saat ini gaya penulisannya lebih halus, saya belakangan ini suka membaca karangan Clara Ng, menceritakan novel tentang lesbian dengan anggun. Juga buku lainnya yang lucu, sehingga menghibur.

    Miyaki saya belum pernah lihat…..karena biasanya menonton menemani si sulung yang maniak film.

  • Indahjuli
    April 24, 2008 at 4:59 pm

    toko kecil di pasar festival yang dilobby apa basement Mas ?
    saya juga sering kesana, suka kalap liat buku2nya.
    inget motinggo busye, inget saat SMP, nyolong2 baca 😀

  • Setiaji
    April 24, 2008 at 5:11 pm

    btw menang mana Mas ? Barcelona atau MU *sok hobby bola ….hehehe

  • Arif
    April 24, 2008 at 5:15 pm

    Hayo, selain Motinggo Busye dan La Rose pasti pada suka baca novelnya Abdullah Harahap!

    Ada yang punya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk nggak? Saya kok lupa sudah baca atau belum karya Hamka yang satu itu. Merantau ke Deli dan Di Bawah Lindungan Ka’bah pernah baca, walaupun yang terakhir lupa ceritanya.

    BTW, saya malas banget baca novel-novel Motinggo Busye dan Abdullah Harahap dan termasuk La Rose. Rasanya kok memang seperti roman picisan gitu. Masih mending baca Merahnya Merah, Atheis, Layar Terkembang, hahaha.

    Saya rekomendasikan Cinta Bersemi di Seberang Tembok yang pernah disinetronkan, Mas. Yang ada cerita mengenai Poh An Tui (laskar Tionghoa pro Belanda). Saya mencari-cari lagi belum ketemu.

  • ikram
    April 24, 2008 at 8:39 pm

    Kata Esutoru, dia menulisnya sampai ngilu. Emosional.

  • Agust Andy
    April 24, 2008 at 9:23 pm

    Beda zaman beda standar ke-p0rn0-an kali ya?
    Mungkin dulunya dianggap biasa, eh skarang malah dianggap parno.
    Tapi kalo yg Miyabi mah….

  • theloebizz
    April 24, 2008 at 9:57 pm

    nda mudeng….

    *pura2 ga liat* :mrgreen:

  • mitra w
    April 24, 2008 at 10:01 pm

    hahaha… saya jadi inget, dulu temenku pernah nyewa Vcd yg judulnya “ranjang bergoyang”, mbuh apa tepatnya…, trus pas diputer ternyata malah film silat-silatan Indonesia 😀

  • fitra
    April 24, 2008 at 10:27 pm

    Eh iya, buku2nya NH Dini juga mantab tuuhh!!! Sastra apik, tapi juga penuh dengan gelinjangan….hahahaha *duhh malem2 gini kok bahasa gw rada horrorr yaa* 😀

  • Embun
    April 24, 2008 at 10:53 pm

    Mas Iman, kayaknya topic yg seperti ini sangat cepat memanen komen… bikin forum aja deh..
    Hwaakakkak…

    Any Arrow, Mari Fransiska, Motinggo B, Bastian Tito, Abdulah Harahap, Iman Brotoseno adalah deretan pengarang-pengarang mesum Indonesia.

    *ngilang…..!!*

  • antobilang
    April 24, 2008 at 11:34 pm

    mas, kemarin terjadi salah koordinasi, sehingga yang terkirim ke jakarta adalah jenis hardcore.
    moga2 saya ada jadwal ke jakarta lagi, tak bawakan edisi takako + nana chunk yang lebih cihuy.

    😀 hare geeeene miyabi?

  • Dony
    April 25, 2008 at 2:07 am

    Kbetulan saya kmarin habis ntn ‘Opera Jawa’nya Garin Nugroho.Disitu ada juga tembang yg rusuh bin vulgar,kurang lebih kayak gini: ‘maniku nyembur nang surgo…’ dan ‘aku kangen nyucup payudaramu…’. Hihi,Nana chunk rintihannya lbh dahsyat ktimbang MYB!

1 2

Leave a Reply

*