Dipenghujung kekuasaannya, Bung Karno kebingungan untuk memilih Gubernur Jakarta yang baru. Dari beberapa nama yang disodorkan – termasuk beberapa jendral angkatan darat – tak seorangpun yang cocok. Saat itu dr. J. Leimena, waperdam menyebut nama Jenderal KKO itu kepada Bung Karno.
“ Ali Sadikin, orang menyebutnya een koppig heid. Keras kepala “.
Namun justru dia yang dipilih Bung Karno. Pada 28 April 1966, Mayor Jendral KKO Ali Sadikin dilantik sebagai Gubernur Jakarta diusianya ke 37 tahun.
Dalam sambutannya Presiden pertama Republik Indonesia itu menyebutkan, bahwa Jakarta membutuhkan seorang yang keras kepala untuk menertibkan para ndoro ayu dan tuan tuan yang suka seenak perutnya saja. Lebih lanjut ia mengatakan kelak suatu hari, orang akan mengenang apa yang telah dikerjakan oleh Ali Sadikin. ‘ Dit heft Ali Sadikin gedaan ‘. Inilah yang telah dilakukan oleh Ali Sadikin. Pidato Bung Karno telah memacu Gubernur baru ini untuk membawa perubahan pada Jakarta.
Dalam perjalanannya, Ali Sadikin kebingungan dengan kecilnya uang anggaran yang dimiliki ibu kota negara ini. Hanya 66 juta rupiah anggaran pertahunnya. Sepertiga dari pemasukan daerah, dan duapertiga dari subsidi pemerintah pusat.
“ Kita tak mungkin bisa memberi pelayanan terhadap penduduk “ keluhnya.
Disatu sisi ia melihat judi judi gelap disetiap pojok kota Jakarta. Liar dan bertebaran. Ali Sadikin melihat peluang lalu berkonsultasi dengan Bapak Jumadjitin , seorang tua yang sangat dihormati karena telah berpuluh tahun berkarir di Gubernuran.
Ternyata menurut Jumadjitin ada Undang Undang No 11 tahun 1957 dimana Gubernur dan Kepala daerah berhak memungut pajak atas judi. Selama ini tak ada yang berani melakukannya. Hanya Ali Sadikin yang berani melakukannya. Jadilah ia meresmikan judi di Jakarta. Sebuah kebijakan yang tak popular. Ironisnya dari pajak judi ini, Jakarta bisa membangun sekolah sekolah, pasar, proyek kampung Mohamad Husni Thamrin ( MHT ), gelanggang olah raga, pusat kesenian, kebun binatang, puskesmas sampai jalan raya.
Dengan tegas berani mengatakan ia rela menanggung resiko – termasuk resiko di akhirat – dengan menyekolahkan anak anak terlantar dari uang pajak judi.
Ia juga mengembangkan sisi lain dari ibu kota dengan membuat tempat hiburan Taman Impian Jaya Ancol yang dulunya bernama pantai Bina Ria. Juga kebun binatang ragunan dan Taman Mini Indonesia Indah , walau sebagian menuding Ibu Tien Soeharto ada di balik proyek TMII.
Ketika ia diserang, dengan entengnya ia berkata di depan anggota dewan. Tak perduli.
“ Bapak bapak silahkan naik helikopter saja karena seluruh jalan jalan di Jakarta dibangun dari uang judi “.
Ia beralasan bahwa bagi sebagian orang, terutama keturunan Tionghoa, judi merupakan budaya yang biasa dilakukan, dan ia memang tidak memperkenankan orang Islam memasuki arena judi. Seperti yang dilakukan oleh sebuah pusat judi di Genting, Malaysia.
“ Kalau ada orang Islam main judi bukan berarti gubernurnya yang brengsek “. Katanya lagi. Namun ia juga tak menutup mata, sulitnya mencegah orang Islam sendiri yang datang ke meja judi.
Ali Sadikin juga melokalisasi pelacur pelacur dalam sebuah tempat di Kramat Tunggak, Jakarta Utara. Sebelumnya para pelacur pelacur terbiasa tersebar menjajakan dirinya dengan bebas di setiap jalan jalan Jakarta. Bahkan dengan berkeliling kota naik becak.
Dengan demikian pemerintah kota bisa mengontrol prostitusi sekaligus memberikan penyuluhan dan bimbingan kesehatan.
Cerita lain tentang Ali Sadikin, yakni sosok temperamennya. Walau ia menggangap itu sebagai bentuk cara untuk berdisiplin. Suatu waktu dia melihat seorang truk yang jalannya ugal ugalan di jalanan. Serta merta ia memerintahkan supirnya menyusul truk itu dan memberhentikan.
“ Plakkk “. Ia menempeleng supir truk itu seketika, lalu menasehati.
Begitu juga ketika ada seorang kontraktor pemerintah kota yang ingkar janji dalam menyerahkan pasokan semen untuk proyek proyek ibu kota. Ketika dipanggil pertama kali, ia tidak datang. Kedua kali juga tidak datang. Baru panggilan ketiga kontraktor itu bisa datang. Sang gubernur langsung menyemprotnya dan memberi hadiah tempelengan. Selanjutnya kontraktor tersebut selalu menepati janjinya. Sebuah treatment yang manjur.
Tentu saja kita tidak bisa membayangkan jaman sekarang ada pejabat yang menempeleng para pengusaha pengusaha kroninya.
Bagaimanapun Jakarta semestinya berhutang budi dengan Ali Sadikin. Ia menciptakan konsep pembangunan yang terencana. Kita harus mengakui Ali Sadikin adalah orang besar apapun kontroversial kebijakannya. Ia bisa mengubah kota Jakarta menjadi kota Internasional dengan cepat berdiri sejajar dengan kota kota lain di dunia. Planologinya tentang kota besar justru dirusak oleh penerusnya. Sudah sejak lama ia memperkirakan kemacetan, dan puluhan tahun yang lalu ia sudah memikirkan konsep transportation massal dan subway.
Orang besar itu telah meninggal. Meninggalkan jejak jejak pembangunannya yang masih bisa dirasakan sampai sekarang puluhan tahun sejak ia turun dari kursi Gubernur.
Benar kata Bung Karno. Semua orang akan selalu mengingatnya. Inilah yang telah dilakukan Ali Sadikin. ‘ Dit heft Ali Sadikin gedaan “.
Selamat jalan Bang Ali.
91 Comments
ikram
May 21, 2008 at 9:24 pmSaya nggak tahu banyak tentang Ali Sadikin, hanya pernah melihat nama dan tandatangannya di batu peresmian SMA saya di Depok. Sekarang baru tahu kalau orangnya tegas betul, ya.
Btw dua tokoh meninggal dalam hari yang sama, Mas.
Nayantaka
May 21, 2008 at 9:43 pmSebuah kepulangan yang teramat dirindukan, tidak untuk diratapi. Waktu lah yang akan tetap menebar harum kusuma yang ditinggalkan. Sampai suatu saat, gilirang kita untuk pulang. Itu pasti.
datum
May 21, 2008 at 10:02 pmada sisi gelap dan sisi terangnya ya pak 🙂
tapi salut dengan keras kepalanya yang bertujuan memajukan jakarta, bukan buat makan sendiri… 🙂
“Tentu saja kita tidak bisa membayangkan jaman sekarang ada pejabat yang menempeleng para pengusaha pengusaha kroninya.”
kalau tempeleng itu di terapkan, bagus juga kali ya… tapi pasti banyak pengusaha yang pipinya selalu merah berpola tangan kalo gitu :p heheheh
arif
May 21, 2008 at 10:35 pmWaktu nulis tanggal 20 Mei saya mau nulis juga tentang Ali Sadikin dan SK Trimurti yang tutup usia. Namun saya berpikir, “ah, nanti juga ada yang nulis.”
Eh, benar kan.
woelank
May 21, 2008 at 11:26 pmhanya bisa berharap ada Ali Sadikin baru yang mebereskan jakarta yang semrawut ini dan berani menghadapi para tokoh2 radikal yang anak buahnya pecicilan ga jelas itu.
sudah terlalu banyak orang2 berkuasa yang cuma bisa koar2 berlatar belakang golongan maupun pribadi dan tidak mengatas namakan kemajuan sama sekali…
hanya bisa berharap…
entah kapan…
Donny Verdian
May 22, 2008 at 12:09 amKadang saya berpikir, untuk apa kita menantikan pemimpin-pemimpin baru yang sehebat gunung dan sekuat karang.. jangan-jangan “stok” untuk pemimpin yang seperti itu bukannya belum datang tapi sudah habis ?
Ah, pikiran yang menakutkan!
leksa
May 22, 2008 at 2:29 amBang Ali pernah korupsi ga, Mas Iman?
ika
May 22, 2008 at 7:05 am“ Kita tak mungkin bisa memberi pelayanan terhadap penduduk “ keluhnya….
masih banyakkah pemimpin saat ini yang berpikir tentang pelayanan mas?
Rita
May 22, 2008 at 7:26 amInnalillah wainnailaihi rooji’un, semoga segala amal bang Ali diterima disisiNya amien….
Jaman sekarang menempeleng,… yang ada lansung dapat panggilan dari kantor polisi dengan tuduhan tindak kekerasan hehe….
kw
May 22, 2008 at 7:28 ambang ali top. indonesia perlu orang macam dia. 🙂
wieda
May 22, 2008 at 7:29 amsiapa seh yg ga kenal Bang Ali dan Mpok Nany yg dokter gigi????
wow…kiprahnya bikin geleng kepala……coba deh klo bukan bang Ali pasti Jkt ga punya IKJ…..
mas Imam pernah buka site ini???
http://ngesot.multiply.com/music/item/1642/_Sound_Of_Soekarno_
dilla
May 22, 2008 at 8:39 amwow..hebat…aku baru tau ceritanya sedetail ini…
Rasanya saat ini kita lebih butuh Bang Ali-Bang Ali yang baru…ada gak ya? 🙂
sphere
May 22, 2008 at 8:40 amsaya gak terlalu ngikutin beritanya, tapi..selamat jalan, bang Ali.
salam kenal, mas iman 🙂
Fitra
May 22, 2008 at 8:45 amSebetulnya Bangsa ini sangat memerlukan figure pemimpin otoriter seperti ini…..menurut saya caranya ga kontroversial kok, yah berusaha memanfaatkan sebuah keburukan untuk kebaikan…..masalah bagaimana hitungan di akheratnya….itu mutlak urusan Gusti Allah….
didut
May 22, 2008 at 8:50 amwaktu memang tdk pernah berbohong soal umur
Nazieb
May 22, 2008 at 8:53 amTenang saja, Mas..
Jakarta kan sudah dipegang sama ahlinya… yang punya kumis itu lho…
iway
May 22, 2008 at 8:57 amsaya tahu beliau karena beliau ikut petisi 50 😀
see, sejarah punya banyak wajah
escoret
May 22, 2008 at 9:55 amsetahu buku yg saya baca….
hanya ALI Yg berani menentang Sukarno..!!!!
selamat jalan bang ali…..
gajahkurus
May 22, 2008 at 10:08 amInnalillahi wainnailaihi raji’un, semoga segala amal bang Ali diterima Allah SWT.
detnot
May 22, 2008 at 10:09 amlagi banyak kehilangan tokoh nih bulan2 ini 🙁
Donny Reza
May 22, 2008 at 10:12 amSaya hanya tahu kalau beliau sosok yang memang kontroversial sekaligus visioner, pemikiran2anya belum sempat saya selami, sedikit rasanya buku yang bercerita tentang beliau.
daniel
May 22, 2008 at 10:30 amadakah orang seperti beliau saat ini?
tanpa beliau tidak ada ancol, TMII, ragunan, sekolah-sekolah dan masih banyak lagi. meskipun pembangunan yang beliau lakukan didapat dari pajak perjudian namun banyak membawa manfaat bagi rakyat Indonesia. pada waktu itupun tingkat kejahatan di indonesia terus menurun. waktu jaman beliau memimpin jakarta perjudian seperti Porkas, SDSB dilegalkan dan banyak sekali pendapatan negara yang dihasilkan darisana dan dipergunakan kembali untuk pembangunan yang dapat kita rasakan manfaatnya sekarang ini. bandingkan saja dengan masa sekarang contohnya busway, banyak penghasilan negara dari pembangunannya tapi apa manfaatnya bisa dirasakan oleh semua orang? tidak, kenapa saya bilang demikian, karena disamping manfaatnya memberi kemudahan bertransportasi didalam kota jakarta, tapi busway juga banyak menyebabkan kemacetan di jakarta semakin parah dari hari ke hari dan belum terlihat adanya alokasi dana pendapatan untuk pembangunan di jakarta, lalu dikemanakan pendapatan dari busway itu? lalu soal pelacuran, kenapa kramat tunggak dibongkar padahal hal itu merupakan hal yang positif menurut saya. bukan positif akan adanya pelacuran lho tapi positif akan tersentralisasinya pelacuran, coba bandingkan dengan masa sekarang, pelacuran dapat ditemui dimana-mana, di jalan, di mall, di sekolah dan kampuspun bisa kita temui dan hal ini bisa membahayakan generasi-generasi penerus bangsa.
Ini hanya opini saya saja mas yang saya dapat dari hasil diskusi saya dengan teman saya semalam. oh iya sekedar pamer aja nih, kediaman pak Ali Sadikin itu letaknya di seberang kantor saya lho. kemarin itu banyak sekali yang melayat beliau dan juga banyak buangettt karangan bunga untuk beliau, saya lihat dari Univ.Pancasila Salemba sampai depan kantor saya yang letaknya di depan tugu proklamasi itu dipenuhi karangan bunganya.
Selamat jalan pahlawan jakarta…
Anusapati
May 22, 2008 at 10:33 amKoq bahasan terakhir tidak dilanjutkan Mas Iman? Bahasan Bang Ali sudah punya konsep transportasi massal itu sungguh menarik. Mengapa ia tak bisa merealisasikannya? Soalnya, saya memandang kemacetan supergila yang ada di Jakarta ini hasil polah penggede masalalu yang gagal memprediksi jaman.
Hedi
May 22, 2008 at 10:39 amharus menunggu sampai kapan lagi biar ada Ali Sadikin baru ya?
Ahmad
May 22, 2008 at 12:00 pmDoa saya agar beliau tentang di sisiNya dan mereguk berkah karena menuai kebaikannya yang telah ditunaikan selama ini. Amin.
Ahmad
May 22, 2008 at 12:52 pmMaaf, tenang di sisiNya, bukan tentang. Ralat telah dilakukan.
arman
May 22, 2008 at 1:04 pmsemoga ada alisadikin baru
sluman slumun slamet selalu
May 22, 2008 at 1:57 pmyahhh sosok yang patut diteladani oleh si kumis ituh…
bukan nempelengnya lho
😀
edratna
May 22, 2008 at 1:58 pmSaya termasuk pengagum Ali Sadikin. Saat awal kuliah di Bogor, begitu irinya mendengar anak Jakarta komentar..”Gue dong, punya Bang Ali.” Yahh, orang Jakarta begitu mencintai Bang Ali, dulu setiap ultah DKI Jaya, disetiap tempat ada pertunjukkan untuk menyenangkan rakyat dari segala lapisan…jadi yang tak punya uangpun bisa menonton gratis pertunjukan yang tersebar di seluruh areal Jakarta.
Dan cerita Bang Ali, yang memperbolehkan rakyat kampung Kebon Kacang, Kebon Melati, Kebon Pala, dan Tanah Abang melakukan piknik di taman di tengah jalan Thamrin setiap sore, dengan membawa bekal plus radio transistornya untuk menikmati gedung tinggi….belakangan kampung Kebon Kacang nyaris punah.
Selamat jalan Bang Ali, semoga Allah swt menerima permohonan maafmu, menerima amal baikmu, dan mengampuni dosa-dosamu. Amien
indra1082
May 22, 2008 at 2:27 pmSelamat Jalan Bang Ali, semoga tenang dialam sana, semoga Indonesia lebih baik sepeninggalmu.
Salam kenal buat tuan rumah……….
astrid
May 22, 2008 at 2:40 pmhebat ya, pak Ali Sadikin itu. Sayang saya masih anak-anak di masa kepemimpinannya, jadi tahu kehebatannya cuma dari buku, ulasan di koran dan blog-blog yg menulisnya.
Totok Sugianto
May 22, 2008 at 3:16 pmBang Yos sepertinya ada kemiripan sifat keras kepalanya. Seperti proyek busway yg banyak ditentang tetapi Bang Yos tidak perduli
Aris
May 22, 2008 at 4:44 pmSaya masih anak2 ketika Bang Ali jadi gubernur. Tapi saya masih ingat ketika ikut kegiatan pramuka di Ancol, Bang Ali yg masa jabatan akan berakhir, datang dan menyalami peserta. Di latar belakang terdapat spanduk bertuliskan “Selamat Jalan Bang Ali. kami akan meneruskan perjuanganmu”. Mengenai spanduk ini, baru2 ini teman saya menanyakan: “kami” itu termasuk kita juga enggak ya?
Neng Keke
May 22, 2008 at 5:10 pm“Bagaimanapun Jakarta semestinya berhutang budi dengan Ali Sadikin. Ia menciptakan konsep pembangunan yang terencana.” – Iman Brotoseno.
Kalimat ini yang paling bener. Terencana. Yang direncanakan masa depan, jangan kayak sekarang rencnanya cuma hari ini musti dapet proyek ini, besok proyek itu… Masalah 5 taun lagi proyeknya basi, bukan masalah… Duit dah masuk juga anyway… 🙂
Sedih karena sang pelopor pergi dalam keadaan Indonesia sedang bersedih.
*KekeHusainBerbelaSungkawa*
yuswae
May 22, 2008 at 5:18 pmHidup Judi!!!
darma
May 22, 2008 at 6:26 pmSetau saya Bang Ali itu jadi Gubernur tahun 1966 bukan tahun 1967, Bang Ali jadi Gubernur karena Gubernur yang lama Mayjen dr Soemarno Sastroatmodjo yang juga Menteri Dalam Negeri termasuk 15 menteri yang ditangkap pasca Supersemar. Keterangan tambahan, Pak Harto dilantik jadi Pejabat Presiden 12 Maret 1967 sehingga pada April 1967 Soekarno hanyalah warga negara biasa jadi tidak mungkin dia melantik dan mengangkat Bang Ali pada tahun segitu ( 1967 ) jadi Gubernur karena Presidennya waktu itu sudah Pak Harto. Memang kalau ditilik dari masa jabatan Bang Ali ini paling lama yaitu 11 tahun di luar kelaziman Gubernur sesudahnya yang paling lama 10 tahun sehingga banyak orang yang menyangka Bang Ali itu baru jadi Gubernur tahun 1967 padahal yang benar menurut fakta sejarah adalah tahun 1966.
Iman
May 22, 2008 at 6:58 pmdharma,
terima kasih koreksinya, betul april 1966..tepatnya 28 April 1966 ( salah ketik sebelumnya )
theloebizz
May 22, 2008 at 9:24 pmkapan yah akan ada manusia sehebat beliau hadir kembali ke bumi indonesia??
atau kita kembali lalai?
nengDJ
May 22, 2008 at 10:31 pmINDEED Mas..i already knew this story from my parents, he’s the best governor of Jakarta EVER!!!
dian
May 23, 2008 at 12:29 amaku cuma tau sedikit ttg dia, and yg sedikit itu berisi ttg kehebatannya.
Parta
May 23, 2008 at 10:49 amselamat jalan bang Ali, kami merindukan kepemimpinan seperti mu…
adi
May 23, 2008 at 11:18 amwalikota bandung dulu, aa tarmana, juga suka maen tempeleng tuh tapi bandungnya tetep semrawut hihihi ……….
bangsari
May 23, 2008 at 11:31 am“…Dengan tegas berani mengatakan ia rela menanggung resiko – termasuk resiko di akhirat -…”
kalangan yang (mengaku) beragama islam sering menganggap lokalisasi judi dan pelacuran dianggap sebagai merendahkan agama. padahal hal itu bisa dibenarkan dengan menggunakan kaidah fikih
“mengambil yang terbaik dari yang hal hal yang terburuk”
dan
“Jika tak semua buruk, janganlah ditinggalkan semuanya”
cuma wong indonesia ki pancen parah. sok beragama, tapi buktinya negara tetap bobrok begini.
Ndoro Seten
May 23, 2008 at 1:13 pmyo semoga bang ali diterima disisiNya sesuai amal baktinya…
dan mudah-mudahan akan muncul bang ali-bang ali yang lain kelak dikemudian hari.
Alex
May 23, 2008 at 1:20 pmass.
doeloe semasa babe gue di jakarta si Abang Ali lah gubernurnya. Babe gue memang sangat mengagumi sekali tokoh yang satu ini. tapi referensi buku2 ttg beliau memang sedikit ya mas ? kalo boleh tau mas Iman dapet beli buku2 ttg beliau dimana ya ?
oiya satu yg sy kagum….. Jenderal Marinir yang bintang 3 kan dia seorang, sampe sekarang nggak ada Jenderal Marinir yang berbintang 3, cuman sampe 2 bintang. salut ama bang Ali.
moga semua amal kebaikannya diterima disisi-NYA.
Alex
May 23, 2008 at 1:21 pmSELAMAT JALAN BANG ALI
aAng
May 23, 2008 at 1:58 pmturut berduka cita
semoga amal jariahnya diterima Allah
de
May 23, 2008 at 3:24 pmsekarang pejabatnya yg di tempeleng (pake duit)
AngelNdutz
May 23, 2008 at 3:25 pmada gak yah yg gituh di era sekarang inih?? jgn2 Ndutz???
Iman
May 23, 2008 at 7:18 pmAlex,
ada 2 buku mengenai Bang Ali..saya lupa judulnya, tapi dua duanya ditulis oleh Ramadhan KH,..trus jendral marinir bintang 3 , dahulu ada Letjen KKO Hartono, Letjen Kahpi Suriadireja ( jamannya Pangab Jend M Yusuf ), dan sekarang ada Letjen Safzen Nordin ( Inspektur Jendral TNI )