Ada apa dengan Krisis?

krisis-bursa.jpgSubuh pukul 2.30 Sabtu dini hari.  Hujan lebat baru saja berhenti membuat udara semakin dingin dan bau jalanan basah menyengat harum. Sendirian saya berjalan dari kantor Paman Tyo di kawasan mayestik, mencari taxi – yang tak ada – sampai di depan RS Pertamina.  Jalanan kosong, sepi dan daun daun luruh membuat saya mempercepat langkah. Diam diam saya menyesali keputusan saya nekad menembus malam jahanam ini.  Ada power book Macs, Nikon D 2 X dan Camera Mini DV di dalam tas saya. Membuat pikiran buruk berkelebat. Dibegal atau dirampok orang.
Namun berbekal ilmu kudu mestinya saya tak perlu kuatir. Kudu lari atau kudu teriak.

Ini bukan omong kosong. Saya mengalami masa masa menyeramkan, orang orang beringas akibat imbas krisis ekonomi dan huru hara 1998.  Jalanan sepi dan mencekam waktu itu, saya bersama jurnalis jurnalis luar dalam dan luar negeri harus dikawal tentara menembus jalanan Jakarta yang begitu saya kenal.  Ada rasa tak percaya bahwa masalah ekonomi dan urusan perut bisa meruntuhkan sebuah sistem.

Lalu apakah  krisis ekonomi seperti itu akan kembali lagi dengan gonjang gajing kerontokan pasar modal di Amerika ?  Rasa rasanya tidak.
Dulu krisis ekonomi 1997 hanyalah masalah regional, dan Indonesia just sitting duck on the corner. Entah benar atau tidak, justru Amerika membiarkan Indonesia ambruk untuk menekan pergantian rezim dan agenda agenda tertentu. Ditambah resep IMF yang konon malah ngawur.  Persis seperti Zimbabwe sekarang. Nobody cares. Siapa peduli.

Kini krisis keuangan ini mendadak sontak menjadi issue negara besar – Amerika – yang berkepentingan untuk menyelamatkan.  Seorang teman analis keuangan mengatakan, talangan US 800 milyar dollar dari Amerika tidak akan sia sia, karena asset rumah rumah yang gagal kredit masih ada.  Kelak suatu saat bisa menjadi asset yang likuid lagi dan bisa di jual.  Sementara dana talangan Pemerintah Indonesia dulu, sebagian besar menguap karena asset yang dijamin para koruptor busuk banyak yang bodong.
Pertambakan yang hanya kolam kosong, tidak ada udangnya.  Pabrik pabrik yang sudah karatan. Belum lagi uang Bank yang dibawa kabur pemiliknya ke luar negeri.

Wajar jika krisis ini ada imbasnya ke Pasar Modal Indonesia. Tapi hanya buat mereka kalangan ‘ the haves ‘. Kontribusi pasar modal di Indonesia  kecil sekali dibanding dengan sektor perbankan dan riil. Menurut Mirza Adhityaswara, di Amerika lebih dari 60 % penduduknya berinvestasi di pasar modal. Sementara di Indonesia hanya sekitar 1 juta orang yang bermain secara langsung , sementara yang lain bermain dalam investasi tidak langsung seperti reksadana dan saham campuran, dengan jumlah ‘ hanya ‘ Rp 30 trilyun.

Kalau saham Bakrie rontok, ya biarkan saja. Pemerintah tidak usah mengulangi kebodohan sok menjadi pahlawan bagi orang orang the haves yang semestinya sudah mengetahui resiko permainan bursa saham.
Richard S Fuld , CEO Lehman Brother mungkin terlalu sombong tidak mengira karirnya rontok dalam sekejab. Bahkan ia bisa masuk penjara.  Tapi kita memang tidak boleh terlalu sombong bisa mengatasi krisis ini.  Tak ada salahnya berguru dengan Malaysia – kalau perlu mengangkat Dr.Mahathir Mohammad sebagai penasehat SBY – yang pernah sukses menjaga negerinya dari gempuran krisis 1997.

pasar-kota-gede.jpgPaling penting menjaga sektor riil agar tetap bergerak, karena kekeringan modal yang ditarik dari perusahaan investasi.  Menjaga masyarakat tidak panik menarik duitnya di Bank. Sepanjang pasar pasar tetap menjalankan usahanya dan saya masih bisa berjalan aman sepanjang 1 km tengah malam buta. Saya percaya krisis ini tidak seseram yang kita bayangkan.

Ini juga tanda tanda zaman. Tidak lagi menoleh ke Amerika. Ekspor kita memang sudah banyak ke Eropa, bahkan negara negara Asia sendiri.
Bank Indonesia mesti meniru bank bank sentral di beberapa negara lain. Menyimpan devisa dalam mata uang Euro, tidak melulu dollar Amerika.

Bapak tua penjual Indomie rebus di depan RS Pertamina tak mengerti urusan urusan saham, pasar bursa, krisi global dan sederet bahasa ekonomi yang sulit.  Demikian pula saya.  Baginya krisis adalah jika tidak ada orang orang yang mampir di warungnya yang kecil, Menjelang subuh pagi itu, semangkuk kuah mie rebus yang hangat dan mengepul ngepul sudah menjadi indikator tahap kepuasaan warga.  Hidup memang makin sulit, tapi bukankah hidup seperti bendera perang. Kadang jatuh, kotor dan robek. Serta terus dipertahankan sampai ke tangan Tuhan.

Siapa mau menambahkan pendapat ahli ekonomi dadakan sok wagu ini ?

You Might Also Like

59 Comments

  • bocah_ilang
    October 16, 2008 at 10:18 pm

    Rupiah besok anjlok lg,stlh sempat naek dua hari yg lalu..sudahkah teman2 percaya kekuatan ekonomi Islam yg hanya mempercayakan uang pd dinar[emas] dan dirham[perak]?yg nilainy konstan,tidak fluktuatip itu?seiring kemajuan jaman,harusnya daya beli uang itu naik,bukan turun.Satu lagi,jgn pernah percaya pasar bebas.Tak ada keadilan di situ.Mari brdayakan perekonomian kerayakyatan ala koperasi.Jayalah negaraku!

  • aditya sani
    October 17, 2008 at 4:08 pm

    krisis di Asia 1997 dikerjakan agen2 consensus washington yang memang ingin membuka aliran dana mereka agar tidak passive begitu saja di dalam IMF, WB, dan ADB..kita ingat pada tahun 1990an Asia sedang mengaum keras mengatakan pada seluruh dunia bahwa mereka sedang bangkit..jangan anggap Jepang sebagai bagian dari Asia, Jepang sekedar sepatu yang diinjak AS untuk masuk ke Asia..di tahun 1997 itulah Jepang bersama kawan2 baratnya di IMF mulai merusak dengan harapan negara2 Asia akan babak belur oleh krisis dan mulai meminta kredit dari IMF..waktu itu Michael Camdessus malah menawarkan proposal pemberian kredit pada Korea Selatan, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia..dari bbrp negara itu, Indonesia yang menerima proposal dan manggut2 seolah ketiban rezeki..

    Ironisnya, justru hanya Indonesia yang mendapat pinjaman besar pada 1997 itu dan hingga saat ini masih terpuruk secara ekonomi..negara2 lain yang menolak pinjaman, justru sekarang sudah bisa menentukan masa depannya dan mengangkangi nasib perekonomian Indonesia..

    Mau menyalahkan siapa? tanyakan Menteri Keuangan kita hari ini yang dulu salah satu Direktur IMF untuk Asia Pasifik.

  • Wibisono Sastrodiwiryo
    October 17, 2008 at 9:48 pm

    ekonom dadakan? hehehe…
    ini dari mendadak ekonom: perkuat ekonomi domestik titik.

  • oslogirl
    October 18, 2008 at 3:18 pm

    waduh kalau mikirin krisis mumet aku

  • marshmallow
    October 19, 2008 at 8:39 am

    agaknya ini bukti konkrit dari pepatah “roda pedati”, mas iman.
    namun ironinya, saat yang segelintir itu berteriak, seluruh dunia gempar, pakai speaker apa ya mereka?
    coba bandingkan dengan teriakan mayoritas, suaranya raib terbawa angin, padahal teriaknya sudah beramai-ramai.

  • dian
    October 21, 2008 at 9:03 am

    trus, taxinya dpt gak ?

  • Masduki
    January 25, 2009 at 4:21 pm

    Tebu Jambi memiliki rasa menyegarkan bila diminum dengan es batu, karena mengandung air tinggi dan cocok untuk dijadikan jenis usaha Es Sari Tebu. Bila Anda berminat membuka usaha minuman menyegarkan dan menyehatkan, saya siapmenyuplay Tebu Jambi ke berbagai kota di Jawa. Silahkan hub. 081373212009

  • masduki
    February 12, 2009 at 12:14 am

    Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri.
    Saya Masduki di Jambi. Saat ini di Jambi telah banyak dibudidayakan tebu buah sebagai bahan membuat es sari tebu yang menyegarkan. Tebu buah Jambi besar-besar dan airnya banyak serta memiliki rasa khas yang tidak dimiliki tebu dari daerah lain, sehingga cocok untuk dijadikan bisnis es sari tebu. Bila Anda berniat membuka usaha se sari tebu, saya siap untuk menjadi suplayer. Berminat silahkan call ke 081373212009.
    Terima kasih atas perhatiannya.
    Hormat saya
    Masduki

  • mbt shoes
    May 4, 2010 at 11:19 pm

    One again, your idea is very

    good.thank you!very much.

1 2

Leave a Reply

*