Semalam saya bermimpi bertemu Hugo Chavez dan Presiden Sukarno. Entah kenapa mereka ada disebuah warung kopi waralaba Internasional. Tentu saya kaget, dan memberanikan diri mendekat. Duduk dibelakang mereka, sambil menguping apa yang mereka bicarakan.
Bung Karno kelihatan menepuk bahu Chavez yang murung.
“ Sudahlah commandate, jangan dilawan takdir itu. Percuma kamu memohon kepada Jenderal Ornella, kepala keamananmu. Saya tahu kamu berbisik, memohon supaya jangan dibiarkan mati karena masih ingin mengabdi kepada rakyat Venezuela “.
Chavez mengatakan. Masih banyak tugas dia untuk melenyapkan imperialis barat dari negara negara berkembang. Mendadak Bung Karno menceritakan sebuah kisah.
Imperialisme Belanda itu datang terutama sekali adalah imperalisme daripada finanz–kapital, yaitu kapital yang ditanamkan di suatu tempat berupa perusahaan perusahaan. Oleh karena finanz-kapital membutuhkan buruh murah, sewa tanah murah.
Indonesia oleh imperialism finanz-kapital ini dijadikan tempat pengambilan basis grondstoffen untuk kapitalisme di negeri Belanda. Uang ditanamkan disini, misalnya dalam kebun karet, atau kelapa sawit. Minyak sawit dibawa ke negeri Belanda, menjadi salah satu basis grondstoffen untuk pabrik sabun dan lain lain sebagainya. Hasil daripada produksi ini dengan bahan baku kelapa sawit, dibawa lagi ke Indonesia. Dijual ke Indonesia. Jadi akhirnya menjadi tempat pengambilan bahan bahan untuk kapitalisme negeri Belanda, juga menjadi tempat penjualan produksi di negeri Belanda itu.
Lebih jauh Sukarno mengatakan pledoinya di ‘ Indonesia Menggugat “. Bahwa Imperialisme bukan saja sistem atau nafsu menaklukan negeri dan bangsa lain, tapi juga hanya nafsu atau sistem mempengaruhi ekonomi negeri dan bangsa lain. Ia tidak usah dijalankan dengan bedil, kapal perang atau perang, tapi bisa juga berjalan dengan ‘ putar lidah ‘ atau cara ‘halus halusan ‘ saja, bisa juga dengan cara penetration pacifique..
Saya tentu saja kegirangan mendengar suara baritone Bung Karno. Benar. Pemikiran Sukarno berpuluh puluh tahun lalu bukan sekadar omong kosong, ketika tahun 1933 untuk pertama kali Lever’s Zeepfabrieken NV – sekarang dikenal sebagai Unilever Indonesia – mulai menjual sabun di Batavia. Pemikiran ini tiba tiba saja relevan dengan berita meninggalnya Presiden Venezuela, Hugo Chavez.
Sama seperti Sukarno dengan konsep berdikarinya. Chavez juga sangat anti barat. Ia dikenal sebagai motor new emerging forces yang berupaya berdiri sendiri dengan dukungan kekayaan minyaknya dan pertambangan lainnya.
Atas nama rakyat, Chavez menasionalisasi perusahaan asing, memberikan perumahan murah dan pengobatan gratis. Buat rakyat miskin, Chavez jadi pahlawan tapi buat ahli ekonom mainstream, terobosan Chavez memberikan banyak bolong dan meninggalkan beban ekonomi.
Chavez memang dermawan. Melalui semangat teologi pembebasan yang sejak dulu menyebar di kawasan Amerika Latin, Ia mencoba mengangkat rakat dari kemiskinan. Ia terkenal dengan program Petro Caribie yang memberikan minyak murah bagi negara negara miskin disekitar karibia. Dalam organisasi OPEC, Ia bisa ‘ memarahi ‘ Arab Saudi yang tidak perduli dengan pengentasan kemiskinan negara negara tetangga.
Sambil mereguk kopi pahitnya. Bung Karno bersemangat bercerita.
“ Kau Chavez memiliki semangat yang sama dengan yang dimiliki aku. Seorang Sukarno. Walau waktu itu aku belum menyentuh soal kemiskinan. Tapi, soal kemerdekaan bangsa bangsa. Selain mendorong kemerdekaan bangsa bangsa Asia Afrika. Aku menyebar uang, senjata untuk pejuang pejuang Aljasair yang berjuang melawan kolonialisme Perancis. Aku meminjamkan pesawat Mig 19 kepada Pakistan. Jangan lupa, aku duduk bersama menghisap cerutu bersama Fidel Castro di Havana, hanya untuk mengejek Amerika “
“ Aku membatasi eksplorasi minyak sekitar 25 %. “ Tunggu sampai kita memiliki Insinyur insinyur sendiri yang akan mengelola tambang minyak kita “. Dan aku tahu sekarang ada yang mencibir, perekonomian bobrok dengan rakyat yang antri beras dan minyak tanah “
Lebih lanjut Bung Karno bercerita. “ Aku bukan ekonom , tidak bisa menilai apakah strategiku ini baik atau buruk. Hanya saja ketika aku mundur, aku meninggalkan hutang 2,5 milyar dollar yang sebagian besar untuk pembelian senjata.
Bandingkan dengan akumulasi hutang orde baru sampai sekarang yang sudah mencapai sekitar 200 milyar dollar. Tentu saja, masih ada rakyat di Madura yang antri beras, atau di pelosok negeri yang masih makan nasi aking. Sementara Jokowi dalam paparannya mengatakan percaya penduduk miskin di DKI sekitar 30 % sampai 40 %.
Tidak usah berbicara Freeport, karena sangat kompleks. Jangan lupa kita masih kebingungan bagaimana mengatasi Total untuk menguasai blok Mahakam lagi “
Saya terus mencatat, menulis apa yang saya dengar di mac Air saya. Saya bergumam. Baiklah, Sukarno atau Chavez bukan malaikat. Dengan membiarkan dirinya diangkat sebagai presiden seumur hidup. Sukarno telah menciderai demokrasi. Demikian pula Chavez yang merubah konstitusi agar Presiden yang sudah dua kali menjabat bisa kembali menjabat lagi. Tapi ada satu hal yang mestinya dlihat, bagaimana mereka menumbuhkan semangat berdikari. Berdiri diatas kaki sendiri. Ini menjadi ironis, membaca artikel di Adelaide Advertiser, senin kemarin yang mengatakan SBY adalah Presiden Indonesia yang paling pro Australia.
Pemimpin tidak melulu punya pendukung massa partai atau rakyat yang terpesona dengan penciraan. Tapi juga nyali dan juga visi, kemana akan membawa negeri ini. Kita sudah terlalu lama stagnan. Korea Selatan awal tahun 60an jauh lebih miskin daripada Indonesia. Sekarang ?
Saya ( rakyat ) butuh pemimpin yang punya nyali untuk menggerus ormas ormas fanatik yang mengancam kebinekaan negeri. Punya keberanian menjadi garda terdepan pemberantasan korupsi. Berani menggebrak meja perundingan dengan korporasi multinasional tentang pengelolaan hasil bumi Indonesia yang lebih menguntungkan kita.
Bung Karno pasti menangis melihat awal kekuasaan orde baru, ketika lawyer lawyer dan korporasi pertambangan, produk consumer, bank asing yang membagi bagi ‘kue’ Indonesia dalam sebuah pertemuan di Genewa tahun 1967. Sejarah tak bisa diulang tapi bisa ditulis untuk catatan yang lebih bagus buat anak cucu kita.
Tiba tiba saya teringat pidato Bung Karno, “ Saya ini penah pegang sapu, nyapu apa ? nyapu kakusnya pelayan pelayan. Saya marah kepada mereka. Saya bentak. Tapi dalam membentak saya kasih contoh. Kasih sapu ! saya sapu kakus kakus mereka. Kasih air. Saya schrob ( sikat ) kakus kakus mereka “
Mungkin ini yang kita butuhkan, pemimpin yang punya track record. Berani memberi contoh langsung tentang integritas, kesederhanaan dan keberpihakan pada rakyat. Ini semakin suram begitu kita melihat calon calon pemimpin yang mendaftar. Lewat social media atau infotainment. Tapi ini memang demokrasi. Jurnalis detektif swasta atau pesulap juga punya hak untuk jadi Presiden atau Bupati. Kalau begitu saya memang harus tersenyum atas nama demokrasi. Mengapa tidak ?
Ketika saya mendongak. Meja Bung Karno dan Chavez sudah kosong. Rupanya saya keasyikan menulis sehingga tak menyadari kepergian mereka. Saya berdiri berlari keluar mencari mereka. Mereka tak ada lagi. Ketika saya kembali ke meja, saya hanya menemui pelayan yang bercerita.
“Bapak bapak itu memberikan saya tip yang terlalu besar “
Photo dari :
http://iamnishfika.deviantart.com/
http://mapleleafbridge.blogspot.com/
12 Comments
hanny
March 8, 2013 at 1:22 pmAku suka cara penulisan yang ini. Entah mengapa kok pas baca aku langsung teringat tulisan-tulisan Capote 🙂
pramono
March 8, 2013 at 1:48 pmSejarah yg tak pernah ku dapat di sekolah. Bagus sekali mas. Aku bukan soekarno, tapi semangatnya akan aku pupuk. Terima kasih
Kurnia Septa
March 8, 2013 at 2:09 pmyang punya nyali, itu yang sekarang sulit ditemukan.
Achmad Ferdy Z
March 8, 2013 at 2:32 pmsebuah tulisan yg mengingatkan kita kembali kpd PEMIMPIN yang dicintai rakyat tp blm tentu disukai negara Imperialis…..thanks Iman, terus menulis dan menggugah kami semua….
Sarah
March 8, 2013 at 6:08 pmI love Bung Karno
Bayu
March 9, 2013 at 12:27 pmMerinding bacanya mas… Kangen saya dengan pemimpin seperti beliau2 ini… Tinggal ahmadinejad yang tersisa…
Swastika Nohara
March 10, 2013 at 4:56 pmJadi kapan mau bikin film tentang Bung Karno yg kabarnya udah mulai penulisan skenario dan pre produksi itu? Aku tunggu-tunggu nih….
Wiku Hning Wrahatnala
April 4, 2013 at 3:50 amBoleh ijin di share om?
Ondel Ondel
May 2, 2013 at 6:26 pmwow..seperti mimpi bacanya :-D. Sebuah Alam Pemikiran Jauh Ke Depan Untuk Memakmurkan Bangsanya, Tapi Sayang Tergerus Oleh KAPITALIS.
2 sosok pemimpin yang punya nyali. Iya Bagus Neh Om kalo dibuat FILM
Pertapa Genit
July 12, 2013 at 11:58 amMantap,..semoga menjadi nyata ada lagi sosok pemimpin yg seperti Bung karno di Negeri Nusantara ini.
seo packages jaipur
August 3, 2013 at 5:25 pmHello there! Do you know if they make any plugins to assist with
Search Engine Optimization? I’m trying to get my blog to rank for some targeted keywords but I’m not seeing very good gains.
If you know of any please share. Thanks!
ibas
October 10, 2023 at 10:59 amgood article, thank you